Share

4. Perasaan yang buruk

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-31 11:35:15

Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.

Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.

Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu

“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya

“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah duduk di sebelahnya sejak 40 menit yang lalu.

“It’s oke” Lova kembali tersenyum tipis membuat wanita itu terperangah

“Aku Kimberly dan ini Sharon, aku tidak menyangka kita bertemu di sini”

“Aku Relova”

“Tentu saja aku tau. Siapa sih yang tidak kenal dengan jenius informatika kita ini” Kimberly berucap heboh membuat Sharon malu sendiri saat tatapan orang di sekitarnya tertuju pada mereka.

“Emm Kim, bisa pelankan suaramu” Bisik Sharon yang membuat Kimberly langsung menutup mulutnya. Lova kembali mengulas senyum tipis sama-samar dia mendengar MC yang menyebutkan sesuatu yang familiar di telinganya.

“Mari kita sambut mahasiswi kebanggaan Boston University yang berhasil menerima beasiswa…..” seruan MC tidak lagi Lova dengar karena rasa gugup yang melandanya, bukan, Lova bukan panik hanya saja perasaannya tiba-tiba menjadi buruk

“Relova Luvena” Namanya yang disebut disertai suara tepuk tangan membawa Lova melangkah menuju panggung.

Tidak ada rasa canggung yang Lova rasakan karena ini bukan pertama kali dirinya berada di panggung ini. Tetapi disisi lain Lova merasa akan ada sesuatu yang akan mengusiknya nanti.

Lova berdiri di atas panggung, mata hazelnya menyorot pada kursi khusus di bagian depan, pada seorang pria yang tadi menabraknya lalu beralih pada sosok wanita cantik berambut merah yang terus menatap pria itu.

“Penghargaan ini akan diberikan oleh Mr. Walton. Silahkan Mr. Walton”

Lova menatap pria yang kembali menaiki panggung lalu memberikan penghargaan sambil berjabat tangan. Tangan besar Caid menggenggam tangan mungil Lova agak lama, Lova tersenyum tipis. Jabatan tangan mereka baru terlepas saat sang MC memberikan arahan untuk berfoto bersama.

Tubuh keduanya hampir menempel dengan tangan Lova yang memegang sebuah buket bunga. Lova terdiam dengan tindakan pria itu yang merangkul pundaknya. Hanya sebentar namun mampu membuat Lova merasa tak nyaman. Mata abu-abu itu seperti mengintainya dan Lova harus lari darinya.

AH, mungkin inilah yang membuat parasaan Lova buruk sejak tadi.

Setelah sesi foto selesai, Lova turun dari panggung dan kembali ke kursinya. Dia duduk dengan diam mengabaikan Kimberly dan Sharon yang memekik bertanya padanya tentang bagaimana perasaannya saat melihat dan bersentuhan dengan Caid Walton.

Acara masih terus berlanjut hingga 30 menit kemudian sang MC pamit undur diri. Lova berdiri lalu keluar dari auditorium itu. Dia kembali ke apartemennya saat hari mulai gelap.

Lova membersihkan tubuhnya lalu duduk di depan meja rias. Dia memoleskan wajahnya dengan makeup dan terakhir meng-curly rambut coklatnya dan menggunakan dress satin berwarna abu-abu gelap tanpa lengan tak lupa kaki jenjangnya juga dihiasi dengan heels berwarna serupa.

Lova menuju basement dan menjalankan mobilnya ke tempat yang telah di janjikan. Begitu sampai di sana sosok Enid Malkin sudah menyambutnya. Lova tersenyum manis.

“Ku kira kau tidak jadi datang” ucap Enid sambil mengecup punggung tangan Lova

“Tidak mungkin aku membuat Tuan muda Malkin kecewa” Enid tersenyum lebar lalu mengusap pipi Lova pelan. Pria itu mengalihkan tangannya pada pinggang Lova dan mengajak wanita itu untuk duduk di kursi.

“Ini berlebihan” Ucap Lova. Dia menatap meja bundar yang ditata dengan nuansa romantis. Tak lupa sebotol wine yang Lova perkirakan sangat mahal.

“Tidak berlebihan untuk Angelic. Ngomong-ngomong aku sudah mengirimkan bayaran untuk waktu mu malam ini”

Lova tersenyum tipis “aku sudah menerimanya, itu terlalu banyak tapi terima kasih” Lova menuangkan wine pada gelas Enid, dentingan gelas keduanya terdengar bersamaan dengan Lova yang menyesap minuman itu dengan senyum tipisnya.

Makan malam mereka hampir selesai saat Enid berdiri dan izin ke toilet. Melihat kepergian Enid, Lova langsung meraih handphone Enid yang berada dimeja, dengan mudahnya Lova bisa mengetahui pin handphone Enid lalu mentransfer beberapa data yang Lova perlukan. Setelahnya Lova meletakan Handphone itu seperti sedia kala.

“Apa aku membuatmu menunggu?” Tanya Enid selang 5 menit setelah Lova meletakan Handphone itu

“Tidak sama sekali” Lova tersenyum tipis

Caid bergerak kearah Lova. Tangannya bergerak merangkul pinggang ramping wanita itu dengan erat

“Ingin bersamaku malam ini” Tanya Enid dengan maksud yang dapat Lova pahami.

Wanita itu tersenyum tipis lalu secara perlahan melepaskan tangan Enid yang berada di pinggangnya. Lova tersenyum tipis lalu mengecup pipi Enid.

“Angelic”

Panggilan itu membuat Enid menoleh ke belakang, menatap seorang pria yang berusia sekitar 45 tahunan di depannya. Jelas bukan Enid subjek yang ditatap pria itu melainkan wanita cantik dengan dress abu-abu disebelah Enid.

“Mr. Broker” Enid Menyapa dengan senyum tipis yang ditanggapi Mr. Broker dengan anggukan

“Sudah cukup bermainnya, Angelic.” Suara Mr. Broker terdengar berat

“Oh ya, kebetulan aku sudah selesai dengannya” Ucap Lova sambil tersenyum riang. Dengan santainya Lova berjalan kearah Mr. broker dan merangkul lengan pria itu mesra.

“Terima kasih atas makan malamnya, Pretty boy” ucap Lova. Mereka meninggalkan Enid di restoran itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status