Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)
***
POV Gilang.Ponselku bergetar saat aku hendak beristirahat memejamkan mata. Kira-kira siapa yang meneleponku selarut ini?
Dengan malas aku mengecek ponselku, ternyata Papa.
"Assalamualaikum, Pa."
"Walaikumsalam. Gilang katakan, selain belajar, apa kegiatan lainmu di sana?"
Nada suara Papa terdengan serius. Aku menelan ludah dengan getir.
"A-apa maksud pertanyaan Papa? Gilang hanya belajar di sini."
"Jangan berbohong! Papa meninggikan pendidikkanmu bukan untuk jadi seorang pembohong!"
Kuatur napas perlahan. Ucapan Papa sungguh menampar hatiku, karena saat ini aku memang merahasiakan sesuatu.
"Baiklah, Gilang. Jika tak mau mengatakannya, biar Papa yang akan mengungkap kebenarannya. Resti ada di sana, dan kau sering bertemu dengannya. Itu benar, bukan?"
Degh!
Jantungku seakan berhenti berdetak.
Dari mana Papa bisa t
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Setelah hampir tiga minggu, kini aku bisa bernapas lega. Semua urusanku hampir selesai. Tak aku terima kabar dari Susi lagi. Mungkin wanita itu sudah pulang ke kampung halamannya.Proses perceraian juga sangat cepat, karena dari awal dirinya tak pernah hadir.Siang ini, aku sudah bersiap-siap untuk terbang ke Amerika. Tiket sudah aku pesan, dan keberangkatan sebentar lagi.Mama dan Papa mendukungku."Berikan kabar terbaik, Nak. Bawa pulang kembali wanita terhebat itu!" ujar Mama.Aku mengangguk sembari mencium punggun tangannya, bergantian dengan Papa..Waktu berjalan. Aku sudah berada di dalam pesawat. Pikiranku melayang-layang, tak sabar ingin segera bertemu dengan Resti.Kali ini, aku akan membawanya bersamaku. Tidak ingin kehilangan sosoknya lagi..Waktu terus berlalu, tak terasa aku pun sampai.Tak in
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Hari berganti, semua kenalanku di sini sudah aku hubungi. Pencarian Resti berjalan tanpa henti. Aku tak mau kalah cepat dari Gilang.Bahkan Bima juga sudah berangkat, tak lama lagi dirinya akan sampai.Aku pun tak berdiam diri, aku turut dalam pencarian. Sepanjang jalan aku telusuri bersama orang-orang kenalanku yang tentunya akan lebih paham akan tempat ini.'Aku harus menemukanmu, Res. Apapun alasannya.'Tak lepas pandanganku mencari sosok itu. Namun, memang Amerika sangat luas. Mencari Resti membutuhkan kesabaran yang penuh, dan kesungguhan yang besar.Waktu terus berlalu ....Hingga sore datang, aku tak menemukan apa-apa. Orang suruhanku yang lain pun tak mendapatkan informasi saat ini.Akhirnya aku kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak, dan membersihkan diri.Saat tiba di kamar hotel, kurebahkan tubuh yang terasa begitu lelah. Ma
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Pov Resti.Aku telah pindah, dan bersembunyi dari semua keluarga Bang Ardan. Namun, lagi-lagi Gilang menemukanku.Tak mengerti kenapa Gilang begitu gigih mencari keberadaanku."Mbak, jangan pergi lagi! Saya tidak akan memberitahu siapa pun. Saya berjanji," ucap Gilang."Maafkan saya, Gilang. Namun, saya benar-benar belum siap bertemu dengan Bang Ardan. Saya ...." Aku menunduk."Sudahlah, Mbak. Saya mengerti. Mbak masih mencintai Kak Ardan, bukan?"Cinta?Aku benci padanya. Sungguh benci, karena perasaan ini masih saja tetap dalam dan utuh. Mendengar kabarnya yang tengah mencariku, rasanya aku ingin luluh.Aku ingin menyambutnya, dan melepaskan semua kerinduan yang bergelora. Namun, apalah daya aku bukan untuknya lagi, dan dia sudah asing bagiku.Lalu kenapa hati ini tetap mendamba, mendengar kesungguhannya dalam usaha mencariku, membuat seulas s
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Hari ini Pak Tarjo membawa aku ke rumah Ayah untuk bertemu dengan keluarga Bang Ardan.Detak jantungku tak beraturan, gugup serta belum siap berhadapan dengan mereka.Sampai di rumah, Ibu menyambut dengan senyum khasnya. Ada kecemasan dari balik bola matanya."Res, kamu tidak sendiri, Nak. Jangan khawatir," ucapnya dengan lembut."Iya, Bu. InsyaAllah Resti tidak akan kenapa-napa," sahutku.Aku dan Ibu melangkah ke dalam bersama-sama. Terlihat Ayah sudah duduk dengan tenang di ruang tengah."Sebentar lagi Ardan dan orang tuanya sampai," ujar Ayah.Aku hanya berdehem pelan sambil memaksakan sebuah senyuman. Biar bagaimana pun, kedua orang tuaku tak boleh merasa dilema. Aku tahu, banyak bantuan yang diberikan mantan mertuaku itu hingga membuat kehidupan Ayah menjadi sukses seperti sekarang ini.Aku juga percaya, bahwa mantan Papa mertuaku tida
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Setelah dua jam berlalu, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Itu pasti Gilang.Rumi dengan sigap membukakan pintu."Hay, Mbak! Eh, maaf ... saya kira Mbak Resti yang membukakan," ucap Gilang.Aku yang duduk di ruang tengah dapat melihat dan mendengar mereka."Mbak Resti ada di dalam. Silakan masuk!"Rumi melangkah ke arahku bersama Gilang."Hey, apa kabar?" tanyaku sambil tersenyum."Saya baik, dan menjadi lebih baik ketika melihat senyummu itu lagi, Mbak."Gilang memang begitu, selalu membuatku tertawa."Saya akan membuatkan minum," ujar Rumi sembari berlalu.Seperginya Rumi ke dapur, aku langsung membisikan sesuatu pada Gilang."Bagaimana menurutmu tentang sosok wanita itu?"Alis Gilang bertaut mendengar pertanyaanku."Maksudnya gimana, Mbak?""Itu si Rumi. Cantik dan baik, menurutmu g
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Hari ini aku ke rumah sakit karena Marasa sedikit kurang sehat. Namun, aku bertemu dengan Resti. Aku menghampirinya, dan wajah mantan istriku itu sangat pucat.Aku ingin mengantarnya, tapi ia menolak. Sepertinya Resti benar-benar masih menutup diri dariku.Sembunyi-sembunyi aku mengikuti mobilnya, hingga sampai ke rumah yang ia huni.Akan tetapi aku melihat Gilang juga di sana. Jadi terpaksa aku menampakkan diri untuk bertamu.Aku pikir Gilang tidak akan nekat mendekati Resti lagi, ternyata aku salah.Gilang bahkan tak gentar, ia berusaha mengambil hati Resti. Dasar tidak punya pikiran sehat.Setelah berbasa-basi sebentar, Gilang berpamitan pulang, dan aku juga pulang..Sampai di rumah aku langsung mengajak Gilang bicara di harapan Mama dan Papa."Kalian dari mana?" tanya Mama menatap ke arah kami berdua.Gilang hanya berge
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Waktu terus berjalan, usia kehamilan Resti semakin membesar.Sesekali aku mengunjunginya dengan Mama. Sikap mantan istriku itu masih tetap sama. Ia sedikit menutup diri dariku.Sedangkan Gilang pun masih sering mendatangi Resti. Bahkan Bima sempat merekam kebersamaan mereka. Resti tampak ceria dan bahagia saat bicara dengan Gilang. Berbeda saat bersamaku.Jujur saja, sekarang ini aku sudah lemah. Namun, tak ada niat sedikit pun untuk menyerah.Sebulan lagi calon anakku akan lahir ke dunia ini. Aku harus bisa memenangkan hati ibunya kembali."Ardan, kamu tidak ke kantor Nak?" tanya Mama saat aku datang ke rumahnya."Tidak, Ma. Pikiran Ardan sedang tak karuan. Ardan ingin di sini berbagi bersama Mama," ucapku.Mama tersenyum sambil meraih tanganku."Sini, sayang! Dirimu memang sudah sangat dewasa, bahkan sebentar lagi akan m
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Sampai di rumah Mama, aku langsung masuk setelah dibukakan pintu."Mbok, di mana Mama?" tanyaku panik."Di dalam kamar. Nyonya menolak ketika saya yang menawarkan obat," ujar Si Mbok.Aku bergegas berlari menuju kamar Mama."Ma, apa masih sakit? Ayo kita ke dokter saja," ajakku sambil menyentuh lembut kening Mama."Tidak, Ardan. Mama hanya perlu istirahat dan minum obat.""Tadi kata Si Mbok, Mama menolak ketika diberi obat.""Iya. Mama maunya kamu ada di sini menemani Mama, barulah Mama akan minum obat."Aku tersenyum, kemudian meraih obat yang sudah disediakan Si Mbok di meja samping tempat tidur Mama."Ya, sudah. Sekarang Mama minum obat ini, dan istirahat. Ardan akan tetap di sini sampai Papa kembali," ucapku.Mama mengangguk. Detik berikutnya Mama tertidur setelah meminum obat tersebut.Aku perlahan keluar dari kamar. Kini aku duduk