Share

55

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 00:56:49

“Kenapa sih, bisa-bisanya kamu nyuruh tuh orang kerja di bengkel Abang? Kenapa nggak di kantor kamu aja? Kan bisa jadi OB, atau apa lah.” Reza mengomel sepanjang jalan pada Alya karena kejadian di pasar. Apalagi Alya meminta Abdi dan Amat datang besok ke bengkel Reza.

“Kalau di kantor, harus ada ijazah, minimal SMA kalau untuk jadi OB, Bang. Kalau di bengkel, kan nggak,” kata Alya. “Lagian bengkel Abang kan rame. Apalagi di cabang yang baru. Kayaknya Abang butuh bantuan tambahan.”

“Tapi lihat model mereka begitu, bisa kabur pelanggan. Lagian, belum tentu mereka tau mesin.”

“Ya dilatih lah, Bang. Kan bisa? Abang juga dulu nggak langsung pinter kan? Kalau masih awal, Abang kan bisa kasih tugas yang mudah dulu. Bersihkan bengkel kek, ngerapihin perkakas, atau nyuci mobil,” usul Alya.

“Abang bengkel mesin, bukan doorsmeer,” sungut Reza.

“Ya udah, Abang sekalian aja buka doorsmeer.”

“Aduh, Al. Kamu tuh kalau ngomong enteng banget. Mana ada lagi lahan buat doorsmeer mobil. Kamu kan liha
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Wanita Lain di Hati Papa   55

    “Kenapa sih, bisa-bisanya kamu nyuruh tuh orang kerja di bengkel Abang? Kenapa nggak di kantor kamu aja? Kan bisa jadi OB, atau apa lah.” Reza mengomel sepanjang jalan pada Alya karena kejadian di pasar. Apalagi Alya meminta Abdi dan Amat datang besok ke bengkel Reza. “Kalau di kantor, harus ada ijazah, minimal SMA kalau untuk jadi OB, Bang. Kalau di bengkel, kan nggak,” kata Alya. “Lagian bengkel Abang kan rame. Apalagi di cabang yang baru. Kayaknya Abang butuh bantuan tambahan.”“Tapi lihat model mereka begitu, bisa kabur pelanggan. Lagian, belum tentu mereka tau mesin.” “Ya dilatih lah, Bang. Kan bisa? Abang juga dulu nggak langsung pinter kan? Kalau masih awal, Abang kan bisa kasih tugas yang mudah dulu. Bersihkan bengkel kek, ngerapihin perkakas, atau nyuci mobil,” usul Alya. “Abang bengkel mesin, bukan doorsmeer,” sungut Reza. “Ya udah, Abang sekalian aja buka doorsmeer.”“Aduh, Al. Kamu tuh kalau ngomong enteng banget. Mana ada lagi lahan buat doorsmeer mobil. Kamu kan liha

  • Wanita Lain di Hati Papa   54

    “Kita mau apa kesini? Belanja? Jauh banget,” tanya Reza setelah mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan tradisional. Alya mengarahkan Reza agar motornya masuk ke area parkir.“Banyak amat nanyanya,” kata Alya. “Kayaknya cuma dua,” bal as Reza“Selama aku kabur dari rumah, aku jualan di sini,” ungkap Alya. “Hah.” Reza sampai terpelongo. “Biasa aja dong. Aku jualan es di sini,” kata Alya lagi sambil turun dari atas motor setelah Reza memarkirkan motornya.“Jadi, selama kamu kabur dari rumah, kamu tidur di sini?” tanya Reza. “Sembarangan,” pungkas Alya. “Ya nggak lah. Aku ngekost di gang sebelah itu,” kata Alya menunjuk ke arah samping kanan pasar tersebut. “Nanti temani aku ke sana. Mau permisi sama Ibu kos.”“Ayuk cepetan. Jangan banyak tanya dulu. Ada yang mau aku temui,” kata Alya. “Siapa?” “Abang dari tadi nanya melulu. Cepetan lah.” Reza pun turun dari motornya. Alya jalan lebih dulu. Reza jalan di belakangnya. “Aku jualan di sini,” kata Alya menunjuk gerainya yang masih

  • Wanita Lain di Hati Papa   53

    Suara derap langkah kaki yang dibalut sepatu kets seperti saling berkejaran di koridor rumah sakit. Alya setengah berlari menuju ke kamar rawat mamanya. Hatinya cemas, setelah mendapat kabar dari Nanik kalau mamanya sudah lebih dari seminggu dirawat di rumah sakit. Kesehatan mamanya mulai menurun sejak dia pergi dari rumah. Perasaan cemas yang dibalut rasa bersalah mengalungi hatinya saat ini. Alya melangkah tergesa-gesa. Langkah kakinya saling berkejaran. Dia tak bertanya lagi ke receptionist letak kamar tempat Ratna dirawat, karena sudah diberitahukan oleh Nanik. Ketika sampai di depan kamar VIP, Alya mengatur nafasnya terlebih dahulu. Dia sangat berharap, saat membuka pintu kamar itu, dia akan melihat mamanya baik-baik saja. Perlahan, tangannya menekan handle pintu ke bawah. Dia masuk dengan hati-hati. Dua orang yang ada di dalam kamar itu, seketika melihatnya. Alya tertegun, ketika melihat Laras duduk di sisi ranjang Ratna. Ratna tampak duduk di atas ranjang, dengan bantal di p

  • Wanita Lain di Hati Papa   52

    Alya mendekati Amat yang tertunduk dalam. Antara kesal dan merasa dipermalukan di depan orang banyak. “Kalau ada yang ngasih kerjaan, Abang mau kerja?” tanya Alya. Belum lagi sempat Amat menjawab, terdengar suara seorang laki-laki.“Percuma ngasih kerjaan sama dia. Pemalas, dia juga mau mencuri.” Mendengar itu, Amat semakin tak buka suara. Namanya sudah sangat buruk di mata warga. “Iya, jangan kasih kerjaan sama orang-orang ini. Meresahkan sampah masyarakat kayak gini. Tuanya cuma judi, mabuk, malak orang. Pokoknya sok jago. Giliran kena batunya, kayak ayam sayur. Tapi tak ada kapoknya juga. Sebentar lagi, juga buat ulah,” kata yang lainnya. Alya melihat Amat, Abdi dan temannya bergantian. Hatinya merasa iba. Dia merasa, tak ada salahnya memberi mereka kesempatan. “Kalau saya kasih abang-abang pekerjaan, abang-abang mau buktiin bisa berubah?” lanjut Alya dengan suara mantap. Dia sama sekali tak takut memberi kesempatan pada tiga orang preman itu. Amat mengangkat wajahnya perlah

  • Wanita Lain di Hati Papa   51

    Baru lagi motor mereka masuk ke dalam gang, tiba-tiba saja mereka dicegat oleh tiga orang laki-laki. Ketiga teman Alya mengenal ketiga lelaki itu sebagai preman pasar. Alya hanya mengenali salah satunya, dia Amat. Preman yang kemarin meminta es teh padanya. Amat mendekati Alya yang dibonceng oleh Yeni, dan tiba-tiba saja menarik tangan Alya dengan kasar. “Turun!” hardiknya. “Eh, lepas!” Yeni memukul tangan Amat. Amat melotot dan menam par Yeni. Sontak saja, Alya memekik, begitu juga teman-temannya yang lain. “Awas kalau teriak,” ancam salah satunya dengan menodongkan sajam ke salah satu teman mereka. Sontak mereka semua terdiam dengan ekspresi ketakutan. “Cepat turun!” Kembali Amat menarik Alya, kali ini hijabnya yang ditarik paksa hingga terlepas, hingga membuat rambut panjang Alya yang lurus tergerai. “Hmm, lebih cantik nggak pake jilbab,” kata Amat membuat Alya ngeri. “Apalagi nggak pake apa-apa,” sahut temannya. “Kalian mau apa? Uang!” kata Alya. “Sombong!” tukas Amat se

  • Wanita Lain di Hati Papa   50

    Puput memandang langit yang kelam, sekelam hidupnya, dari balik jendela kamar kosnya yang ada di lantai dua. Puput adalah Alya, yang mengubah identitasnya dari orang-orang sekitar. Dia juga memakai hijab. Sengaja, dia memilih tempat yang jauh dari tempat tinggalnya agar tak ada yang mengenali. Alya juga menggunakan kartu ATM, hanya saat dia pergi dari rumah. Dengan uang itu, dia membayar sebuah kamar kos di dekat pasar tradisional. Kebetulan, banyak perantau yang bekerja di pasar itu, menyewa kamar kos di tempat Alya menyewa juga. Bedanya, mereka menyewa patungan. Satu kamar, bisa dihuni dua atau tiga orang. Alya lebih suka sendiri, agar lebih punya privasi. Di pasar itu, dia juga mencari tempat untuk berjualan es teh dibantu teman-temannya. Ide jualan es teh, juga dari teman-teman yang satu kos dengannya. Tok tok tokPintu kamarnya diketuk. Seketika jantung Alya berdegup kencang. Setiap kali ada yang mengetuk pintu kamarnya, dia sangat takut kalau yang datang adalah keluarganya. D

  • Wanita Lain di Hati Papa   49

    Sudah beberapa hari berlalu, tak ada kabar dari Alya. Ratna dan Bastian sampai melaporkan kehilangan Alya ke kantor polisi, tetapi belum juga berhasil ditemukan. Apalagi polisi kali ini menganggap, kalau Alya mungkin pergi dan bersembunyi di suatu tempat atas keinginannya sendiri. Reza dan Laras juga turut mencari. Namun, mereka juga tak mengenal kawan-kawan Alya, dan kemana biasanya dia pergi. “Ini semua salah Ibu,” kata Laras menyesali diri. Sejak Alya tidak pulang ke rumahnya, Laras terus menyalahkan dirinya. Menganggap kepergian Alya, karena rasa kecewa pada dirinya. “Ya sudah lah, Bu. Buat apa lagi menyalahkan diri. Dari kemarin, Ibu terus menyalahkan diri Ibu. Nanti lama-lama Ibu jatuh sakit,” kata Reza yang pasrah. Dia juga sudah berusaha mencari, bahkan lewat sosial media. Tetapi, Alya seperti raib ditelan bumi. Bahkan jejaknya tak diketahui arah kemana. “Seandainya, sejak awal Ibu mengenalkan kalian, pasti ini tak akan terjadi,” sesal Laras. Reza terdiam. Dia juga menye

  • Wanita Lain di Hati Papa   48

    Laras sangat cemas, karena sampai tengah malam Reza tak pulang ke rumah. “Ya Allah, kemana kamu, Nak?” gumamnya. Berulangkali matanya tertuju pada jam yang ada di dinding rumah. Hapenya tetap berada di genggaman. Sejak tadi, dia sudah berusaha menghubungi Reza, tetapi hapenya tidak aktif. Akhirnya, Laras mencoba menghubungi Alya. Alya yang tak bisa tidur, juga gelisah di kamarnya. Matanya bengkak, karena menangis sejak tadi. Dia merasa marah atas semua yang terjadi. Dia marah pada Ratna, Wijaya juga Laras. Hapenya yang diletak di atas bantal berdering. Dia cepat melihat nama orang yang memanggil. Melihat nama Bu Laras, Alya menolak panggilan itu. Malah langsung menonaktifkan hapenya. Laras langsung melihat hapenya, karena Alya menolak panggilannya. Dia tertegun, dan terduduk lemas di sofa. ~~~~~~Mendengar pintu diketuk, Laras yang tertidur di sofa langsung bangkit dan tegas jalan menuju jendela rumah untuk melihat siapa yang datang. Melihat Reza yang berdiri di depan pintu ru

  • Wanita Lain di Hati Papa   47

    Seketika suasana menjadi lebih tegang. Bastian tak perlu bertanya lebih jauh, dia tau kalau yang Laras yang dimaksud adalah wanita yang selama ini selalu Ada di hatinya. Tubuh Alya seketika menjadi lemas, begitu juga dengan Ratna. Alya memandang Reza dengan mata berkaca-kaca. Ternyata, Reza adalah abangnya yang sangat ingin dia temui.Air mata Alya jatuh. Ia membekap mulutnya, mencoba menahan isak. Ratna menunduk, menahan perasaan yang berkecamuk, karena menyadari, dia lah yang memulai semuanya. Sementara Bastian berdiri dan melangkah ke jendela, membelakangi mereka semua.“Alya?” Reza bangkit dari duduknya, bingung melihat tangis calon istrinya dan suasana yang mendadak kaku. “Ada apa sebenarnya? Apa kamu kenal sama Ibu Abang?”Alya mendongak perlahan, menatap Reza dengan mata yang mulai memerah. Suaranya bergetar ketika bicara. Bibirnya bergetar, sambil mengangguk pasrah. “Ibu Laras ... adalah–” Alya tercekat, matanya beradu dengan netra Reza. “Dia … ibuku juga, Bang.”Reza terpa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status