Bab 14Riri lelah. Dan ia memilih untuk tidak peduli. Sore ini Leo kembali ke apartemen. Seperti biasa dia menyambut kedatangan suaminya, mengambil tas kerja dan menaruhnya di meja kerja suaminya. Setelah itu ia pun keluar dari ruang kerja itu."Sekali-sekali kamu memang harus diberi pelajaran, Mas, untuk belajar menghargai pemberian orang lain, karena kesabaran manusia itu ada batasnya." Gadis itu nampak asyik memainkan ponsel sembari berkaca di depan meja rias.Rasa penasaran membuatnya membalas pesan itu, karena tidak mungkin orang itu adalah orang asing. Bagaimanapun, hanya orang-orang tertentu yang mengetahui nomor ponselnya.[Selamat sore, Cantik. Apakah kamu sudah menerima kiriman makan siang dariku?]Gadis itu tersenyum dan segera memijat tombol reply.[Tentu. Menunya enak sekali. Terima kasih ya. Boleh aku tahu nggak, kamu itu siapa?][Kamu akan mengetahuinya nanti][Jangan membuatku menebak-nebak. Katakan saja siapa dirimu. Sebab nomor ini hanya orang-orang tertentu yang tah
Bab 15"Sesakit ini mencintai tanpa balasan dan aku tidak mau kamu mengalami hal yang sama. Aku tidak mencintaimu, Ri. Kita realistis saja ya. Aku mencintai Zakia. Itulah kenapa aku setiap hari memarahimu. Aku tidak ingin kamu mengurusku, lalu berharap setelah itu aku akan jatuh cinta sama kamu." Tangannya mengangkat kepala gadis itu dari bahunya. Kini Leo memindahkan posisi dirinya dengan berbaring di pangkuan gadis itu.Baru kali ini Leo terlihat rapuh di hadapan Riri. Mulut dan tangan yang biasa dia pakai untuk menyakiti gadis itu mendadak seperti tak bisa digunakan. Tak ada lagi kalimat yang terucap dari mulut lelaki itu. Leo memejamkan mata, hingga tanpa sadar dia terbawa ke alam mimpi. Leo tertidur di pangkuan istrinya.Riri hanya tersenyum getir saat menyadari suaminya tertidur."Kalau kamu merasa lelah, aku jauh lebih lelah dari itu, Mas. Buat apa kita menikah jika hanya untuk saling menyakiti?" Matanya kembali memanas. Namun sekuatnya ia tahan. Dia tidak mau air matanya jatuh
Bab 16"Tante Vira?" Riri langsung mengenali wanita itu. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tetapi Riri tak pernah melupakan sosoknya. Sosok wanita angkuh yang pernah memaki-makinya saat ia datang ke rumah wanita itu untuk meminta bantuan sang ayah turut serta membiayai pengobatan ibunya.Vira Yuniar, wanita yang pernah menjadi sekretaris ayahnya, kemudian mereka berselingkuh dan akhirnya mereka menikah. Prasetyo, ayahnya Riri dan Daffa memilih menceraikan Diana, ibu mereka demi menikahi Vira. Belasan tahun telah berlalu. Namun luka itu masih terasa di hati Riri. Dia ingat betul saat mereka terusir dari rumah mewah mereka dan memulai hidup baru di sebuah rumah petak sederhana. Ibunya bekerja keras sebagai buruh masak di sebuah pabrik sembari tetap mengasuh Daffa dan Riri.Bertahun-tahun Riri berusaha membalut lukanya. Tumbuh dan besar tanpa kasih sayang seorang ayah. Namun, penyakit ibunya yang memerlukan biaya besar membuat Riri harus kembali mendatangi rumah mewah itu, me
Bab 17"Mas Leo, kamu kemari?" Riri berkata terbata-bata seraya merasakan lembut jemari Leo yang mengusap-usap bahunya. Seketika itu juga, rasa perih di bahunya akibat cengkraman jemari runcing milik Vira lenyap seketika."Lebih tepatnya sengaja kemari, karena aku tahu tempat apa yang sedang kamu kunjungi," sahut Leo. Aura dingin CEO PT Indo Tekstil Berdikari ini sangat mendominasi suasana. Leo memang sengaja mengorbankan salah satu acara meetingnya, karena tahu jika tempat yang dikunjungi oleh Riri secara tidak sengaja ini adalah milik Vira. Vira, yang berarti adalah tantenya Nilam."Maksudnya?" sela Riri."Tempat ini memang milik wanita ini, Sayang," tunjuk Leo pada Vira yang hanya bisa berpaku, tak menyangka jika Leo tiba-tiba muncul di tempat ini."Benarkah?" Riri mendongakkan wajah, menatap manik-manik mata suaminya.Lagi-lagi Leo mengangguk. "Lain kali kamu izin dulu, Sayang. Agar aku tahu tempat apa yang akan kamu kunjungi. Ini saja aku tahu dari istri Dilan yang kebetulan le
Bab 18Seperti kerbau dicocok hidungnya, Riri menurut saja ketika dirinya digandeng oleh Satria menuju mobil. Antara perasaan takut dan malu bercampur menjadi satu saat ia memasuki mobil dan menjatuhkan tubuhnya di jok. Satria menyusul beberapa detik kemudian. Lelaki itu duduk di balik kemudi."Kamu yang tenang ya, nggak usah takut. Om bukan macan kok," ucap Satria sambil melirik Riri sekilas, sebelum akhirnya menghidupkan mesin. Mobil meluncur meninggalkan tempat itu menuju suatu tempat.*Kita ini mau ke mana, Om?" tanya Riri."Kamu juga akan tahu nanti, tapi yang jelas bukan ke tempat yang tidak baik," ujar Satria seraya mengulas senyum tipisnya.Ucapan Satria bukan isapan jempol. Pria dewasa itu membawa Riri ke sebuah pantai yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung, bahkan cenderung sepi."Om tahu jika kamu masih merasa sungkan dengan Om, karena bagaimanapun rumah tanggamu dengan Leo adalah privasi. Jadi kalau memang kamu ingin meluapkan kegusaranmu, ya di sinilah tempatnya. Ayo te
Bab 19"Dasar gadis pembangkang! Apa susahnya sih nurut sama aku?! Kamu itu sudah aku bayar mahal. Jadi menurut lah, Riri!" bentak Leo. Lagi-lagi pria itu mencengkeram kemudi."Mas pikir selama ini aku nggak nurut?" tantang Riri. Dia benar-benar gemas. Dia hanya bercerita dan kebetulan menyebut nama Zakia. Tapi itu membuat Leo marah besar. Ini seperti mengada-ada."Aku hanya melakukan apa yang aku anggap terbaik, Mas. Demi kita dan orang tua kita....""Orang tuaku tidak merestui pernikahan kita. Jadi kamu melakukan itu untuk ibumu. Benar begitu?" tuduh Leo. Pria itu menoleh sekilas. Kini ia sudah melepaskan tangannya dari kemudi.Riri tertegun. Ucapan Leo memang benar. Dia melakukan semuanya yang dianggap terbaik untuk ibunya, demi ibunya. Dia hanya berusaha untuk mencegah, jangan sampai Leo menceraikannya.Dia tidak mau perceraian itu terjadi. Dia benci dengan perceraian, apalagi luka masa lalunya belum sembuh. Dia tidak ingin ibunya kembali terluka jika nanti harus mendapati percer
Bab 20Namanya Satria Adi Nugraha. Pria dewasa berumur 35 tahun ini bekerja sebagai CEO di salah satu anak perusahaan yang berada di bawah naungan Amanah Group. Dengan pastur tubuh tinggi besar, tegap dan tampan, memiliki rambut sedikit bergelombang, dan sorot mata setajam elang, seolah merupakan magnet tersendiri bagi siapapun wanita yang berada di dekatnya. Namun, Satria hanya memilih Disty, seorang model internasional yang kini memilih tinggal di Paris. Satria memilih melakukan hubungan jarak jauh karena tak ingin kehilangan istrinya, sementara Disty tidak mau karirnya tamat begitu saja saat menikah dengan Satria, walaupun Satria sudah menjanjikan kehidupan yang tak kalah mewah dan glamor seperti yang dijalani Disty saat ini.Pernikahan Leo dan Riri sedikit menyita perhatiannya. Pernikahan yang terasa mendadak. Keluarga mereka bahkan hanya diberitahu jelang hari H saja, itupun kakak sulungnya memberitahu dengan bersungut-sungut, seolah tak rela jika Leo harus menikah dengan Riri y
Bab 21Satria tertegun. Tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Pertanyaan Riri begitu sulit ia jawab. Tahukah Riri, jika sebenarnya dia sudah hampir kehilangan komunikasi dengan istrinya, kecuali di saat kunjungan rutinnya setiap bulan ke Paris? Pria itu kembali meneguk minumannya hingga gelas berwarna bening itu tak lagi menyisakan air."Yang jelas dia tidak menampakkan kecemburuan saat aku menceritakan soal kamu. Dia orangnya sangat pengertian." Begitu jawab Satria. "Aku tidak tanya itu, Om. Aku hanya tanya, apakah pertemuan kali ini diketahui oleh Tante Disty dan dia mengizinkan Om bertemu dengan aku?" desak Riri."Aku hanya nggak ingin ada masalah baru. Sudah cukup masalahku dengan Mas Leo serta kedua orang tuanya. Jangan lagi ditambah dengan masalah lain. Aku tidak mau Tante Disty mengira aku yang macam-macam....""Jujur Om nggak bisa jawab, Ri, tapi kapan-kapan Om akan bercerita banyak soal kehidupan pribadi Om," sergah Satria. Lelaki itu menghela nafas. Tak ingin Riri