Share

Wanita Lugu Pilihan CEO
Wanita Lugu Pilihan CEO
Author: Jannah Zein

Tawaran Leo

Bab 1

"Apa?" Riri memekik. Gadis itu terhenyak dari tempat duduknya. "Coba ulangi kata-katamu, Mas. Apa aku tidak salah dengar?"

"Jadilah kekasih dan nantinya akan menjadi istri pura-puraku. Itu pekerjaan yang cukup mudah, bukan?" Leo kembali mengulang ucapannya. Nada bicaranya terdengar santai dan sangat ringan, seolah tanpa beban.

"Menikah? Menikah pura-pura?" ulang Riri. Sepasang alisnya naik turun. Kepalanya menggeleng. Sementara matanya menatap sekeliling ruangan. Riri mengamati dengan detail semua bagian apartemen ini.

Apartemen ini demikian mewah. Kemewahan yang sungguh tak sebanding dengan penghasilan seseorang yang ia kenal hanya memiliki pekerjaan sebagai pengawal pribadi. Kejanggalan itu semakin terasa saat Leo mengucapkan kalimat yang alih-alih bernada pernyataan cinta, melainkan tawaran pekerjaan paling aneh yang pernah ia dengar.

Menjadi kekasih, calon tunangan, kemudian istri pura-pura!

Riri benar-benar tak habis pikir. Mengapa Leo memintanya menjadi kekasih pura-puranya? Apakah sedemikian sulit lelaki itu mendapatkan kekasih beneran?

Riri kembali menggeleng. Rasanya tidak mungkin. Meski hanya seorang pengawal pribadi, tapi Leo bertubuh tinggi tegap dan berparas tampan. Rasanya tidak sulit untuk mencari wanita yang bersedia menjadi kekasih sekaligus calon istri.

"Bagaimana, Ri? Kamu bersedia, bukan? Jangan khawatir. Kalau kamu bersedia menjadi kekasih dan istri pura-puraku, kamu bisa tinggal di apartemen ini. Sebuah mobil juga akan aku sediakan, berikut uang bulanan yang berjumlah cukup besar. Kamu tinggal sebut nominalnya dan aku akan memenuhinya." Leo mengambil dompet dari saku celananya dan memberikan sebuah kartu sakti kepada Riri. "Peganglah, Ri. Setiap bulan aku akan transfer untuk memenuhi kebutuhanmu...."

"Mas Leo seperti akan membeliku!" protes lirih Riri. Spontan ia mengembalikan kartu itu kepada Leo.

"Aku tidak sedang membelimu, tetapi aku sedang menawarkan sebuah pekerjaan yang membuat kamu nggak perlu lagi menjadi baby sister," ujar Leo santai. Bibirnya melengkungkan senyuman, seringai yang samar. Dia merasa yakin bahwa Riri akan luluh dengan bujukannya.

Riri adalah yang terbaik. Gadis itu gampang dikendalikan dan lagi pula jika kedepannya dia sudah bisa menemukan seorang wanita yang seperti Zakia, maka ia bisa menceraikan Riri kapan saja, beda ceritanya jika ia memiliki kekasih atau calon istri beneran. Urusannya bakal rumit.

Riri bangkit dari sofa, kemudian melangkah menuju kaca jendela. Pemandangan kota nan indah kini tersaji di depan matanya. Namun, tak sedikitpun keindahan itu membuat hatinya merasa terhibur. Gadis itu memutar tubuhnya menghadap Leo yang rupanya juga ikut-ikutan berdiri.

"Jelaskan semua ini, Mas. Jelaskan semuanya! Selama ini aku mengenal Mas Leo sebagai pengawal pribadi Nyonya Zakia dan kita pernah bekerja di tempat yang sama. Tetapi kenapa hari ini aku malah mendapatkan kejutan, bahkan terlalu banyak kejutan yang harus kudapat...." Tenggorokannya terasa tercekat.

Dalam hati ia sangat menyesal karena telah mengikuti ajakan Leo setelah ia dinyatakan berhenti bekerja sebagai pengasuh anak nyonya Zakia. Andai tahu begini, dia tidak akan pernah mau mengikuti lelaki itu dan kini malah tercebur ke pusaran masalah yang dihadapi oleh lelaki itu. 

Leo memintanya untuk menjadi kekasih sekaligus calon istri pura-puranya. Bukankah ini berarti dia harus bersiap dengan masalah lain yang akan terjadi dan itu di luar perkiraannya? 

Riri tak bisa membayangkan setelah ini dunianya pasti jungkir balik. Bukankah tidak akan mungkin seorang lelaki meminta kepadanya untuk menjadi kekasih dan calon istri pura-pura, jika lelaki itu tidak memiliki masalah dengan keluarganya?!

Tangan kokoh itu segera meraih tangan Riri di barengi dengan sebuah anggukan dari lelaki itu. 

"Duduk dulu, Ri. Aku akan jelaskan pelan-pelan. Aku tahu kamu bingung," ajaknya.

Riri menurut dan kembali ke sofa. Mereka duduk berdampingan. Riri membiarkan lelaki itu merangkul bahunya.

"Kita sudah lama saling mengenal, Ri. Dan kita pun berteman baik selama ini. Itulah satu-satunya alasan pekerjaan ini aku tawarkan kepadamu. Aku minta maaf, selama ini tidak jujur sama kamu, karena situasinya memang tidak memungkinkan. Kalau kamu mengenalku sebagai seorang pengawal pribadi Nyonya Zakia, itu memang benar. Dan aku menjalani itu dengan nyaman. Akan tetapi...." Leo menjeda ucapannya sembari melihat reaksi Riri yang kini menatapnya tanpa berkedip. 

"Di samping pekerjaan itu, aku juga memiliki pekerjaan lain." Sepasang mata Leo pun balas menatap Riri begitu dalam.

"Ketahuilah, Ri, mobil yang barusan kita tumpangi dan apartemen ini adalah milikku."

"Milik Mas Leo?" Tanpa sadar Riri memegang tangan kokoh itu. "Jadi Mas Leo ini sebenarnya siapa?"

Dada Riri seketika berdesir. Dia memegang dadanya. Meresapi getaran di jantungnya. Tak pelak, ia pun sangat kaget dengan pengakuan Leo.

"Sebenarnya aku adalah CEO dari  PT Indo Tekstil Berdikari, perusahaan tekstil yang menginduk ke Amanah Group," jelas Leo. 

"Jadi kamu nggak usah khawatir. Jika kamu bersedia menjadi kekasih dan istri pura-puraku, hidupmu pasti akan terjamin." Meski berusaha bersikap seramah mungkin, tetap saja aura dingin dan arogan Leo tidak bisa disembunyikan.

"Tapi Mas, kenapa harus menikah pura-pura? Dengan kedudukan dan harta yang Mas miliki, rasanya tidak mungkin tidak ada wanita yang mau dengan Mas Leo...." Riri menyela sembari memainkan jemarinya pada ujung gaun yang ia kenakan.

"Aku hanya belum menemukan calon istri yang cocok. Dan jelas, kamu itu bukan tipeku. Jika aku sudah menemukan calon istri yang cocok untukku, kita bisa bercerai," jawab lelaki itu terus terang. Seolah ia ingin menyampaikan kepada Riri, bahwa di dalam hubungan pernikahan seperti itu, tidak boleh melibatkan perasaan di dalamnya.

 

"Sementara kedua orang tuaku terus memaksa, menjodohkan dengan wanita-wanita yang tidak aku sukai. Dan aku tahu persis, mereka melakukan itu lantaran pertimbangan bisnis, bukan karena ingin memberikan pendamping hidup yang terbaik untukku," imbuhnya.

Mata gadis itu seketika membulat saat Leo kembali meletakkan kartu sakti itu ke telapak tangannya. Namun, Riri segera sadar, dia bukan seorang gadis yang haus dengan harta. Dia memang membutuhkan uang, tetapi bukan berarti dengan cara seperti itu. 

"Maaf, Mas. Aku tidak bisa menerima." Gadis itu mengembalikan lagi benda itu kepada Leo.

Lelaki itu mendesah. Dia merangkul gadis itu semakin erat. 

"Tapi aku hanya menginginkan kamu, Ri.  Hanya kamu gadis yang cocok untuk dijadikan kekasih dan istri pura-puraku. Apalagi kamu adalah temanku. Aku hanya percaya sama kamu, Ri...."

Gadis itu kembali menggeleng. 

"Tidak ada pernikahan pura-pura, Mas. Jangan permainkan pernikahan."

Akhirnya Riri mengibaskan tangan Leo yang melekat kuat di bahunya. Gadis itu berdiri dan melangkah menuju tumpukan barang-barangnya. 

"Sudahlah, Mas. Kamu cari gadis yang lain saja. Kurasa aku tidak cocok untuk kamu jadikan kekasih dan istri pura-pura. Aku juga tidak punya bakat untuk berakting di depan keluargamu." Riri terus menolak 

Dia tahu tawaran Leo begitu menggiurkan. Namun harga dirinya lebih mahal lagi. Menerima tawaran Leo sama saja dengan memasukkan dirinya ke dalam permasalahan keluarga Leo yang ia tidak tahu seperti apa. Riri menghela nafas seraya mengibaskan rambutnya. Anak-anak rambutnya yang menjuntai di dahi ia rapikan sebelum akhirnya memutar tubuhnya melangkah menuju pintu apartemen.

"Tunggu, Ri. Tunggu!" Secepat kilat Leo kembali meraih gadis itu.

"Apalagi sih, Mas? Lepas!" pekik Riri saat tangan kokoh itu mengunci pergerakannya. Kini mereka tak ada lagi jarak. Riri jatuh ke dalam pelukan Leo.

"Ri, jangan begitu. Jangan pergi! Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Hanya kamu yang terbaik. Kamu yang paling bisa aku percaya. Aku tidak punya kandidat lain. Tolong aku, Ri. Kamu bisa sebutin berapa uang bulanan yang kamu inginkan. Kamu bisa sebut merk mobil apa yang ingin kamu kendarai, atau mungkin kamu punya permintaan lain? Aku akan memenuhinya...."

"Tapi aku punya harga diri, Mas. Dan harga diriku lebih mahal dari apapun." Riri berontak. 

Namun pegangan tangan kokoh lelaki itu begitu kuat. Kali ini Leo memang tidak ingin lagi melepaskan Riri. Dia harus berhasil membujuk Riri untuk mengikuti kemauannya.

"Aku tidak sanggup menukar harga diriku dengan semua kemewahan yang Mas tawarkan. Seandainya Mas memintaku sebagai kekasih ataupun calon istri atas dasar cinta, mungkin aku bisa pertimbangkan, tetapi Mas menganggap semua itu sebagai sebuah pekerjaan. Ketahuilah, Mas. Pernikahan itu sesuatu yang suci, sakral. Jangan pernah bermain-main dengan akad." 

Nafasnya tersengal. Riri berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya, tetapi aroma maskulin yang keluar dari tubuh Leo begitu memabukkan. Seumur hidup dia belum pernah dipeluk seperti ini. Ini adalah pelukan pertama dari seorang lelaki selain kakaknya, Daffa. 

Riri terus berontak. Ketika ia hampir berhasil melepaskan pelukan Leo, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Nama Daffa tertera di layar yang membuat Riri seketika menekan tombol berwarna hijau.

"Iya, Mas. Kenapa?" sambutnya. Riri berani bertaruh. Kalau Daffa yang menelpon, pasti urusannya tidak jauh-jauh dari seputar biaya pengobatan ibunya. Bulan ini Riri memang belum mengirim uang, padahal biaya pengobatan ibunya tidaklah sedikit. Dua kali seminggu ibunya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah.

"Maaf, Ri." Suara berat Daffa di ujung telepon. "Kamu ada uang nggak? Bisa nggak transfer sekarang? Soalnya Ibu masuk rumah sakit lagi...."

"Ibu masuk rumah sakit lagi?" Ekspresi wajahnya berubah seketika, antara cemas, panik dan takut.

"Iya, Ri. Sekarang aku dan Mbak Nelly sedang di rumah sakit...."

"Ibu gimana?" sela Riri tak sabar.

"Ibu masih belum sadar, masih di ICU, tapi barusan Dokter bilang jika ginjal Ibu sudah tidak bisa dipertahankan. Ibu harus segera menjalani operasi transplantasi  ginjal dan biayanya nggak sedikit, Ri...."

***

Hai....

Assalamualaikum, teman-teman. 

Mak Jannah bawa cerita baru lagi nih. Semoga kalian suka ya.

Cerita ini masih ada hubungannya dengan novel terdahulu, yang judulnya Ditalak Setelah Melahirkan.

Bagi yang belum baca novel itu dan masih bingung siapa sebenarnya Riri dan Leo ini, bisa baca novel Ditalak Setelah Melahirkan, pada bab ekstra part 1 dan ekstra part 2.

Terima kasih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status