Share

Bertemu Kembali

“Selamat pagi, Pak,” sapa Lisa yang membuat Ellena langsung menoleh.

‘Pak Sean. Mati aku! Dia inget aku gak ya?’ ucap Ellena dalam hati yang kaget melihat kehadiran Sean di belakangnya.

Tubuh Ellena bergetar melihat sosok yang selama ini selalu dia kagumi itu ada di hadapannya. Entah mengapa tiba-tiba inti tubuhnya terasa perih lagi, seolah sedang mengingatkan Ellena pada luka yang ada di sana.

Bayangan malam itu kembali muncul di kepala Ellena. Tubuhnya kaku seolah tidak bisa digerakkan sama sekali.

Sean melihat ke arah Ellena. Wanita yang baru pertama kali dia lihat itu seperti sedang sakit karena wajahnya cukup pucat dan beberapa bulir keringat ada di wajahnya.

“Kenapa kamu ngeliatin saya kayak gitu?!” tanya Sean sambil menatap aneh ke arah Ellena.

“S-sa—saya ....”

“Ell, kamu kenapa sih? Ditanya Pak Sean itu loh,” tanya Lisa sambil menyenggol lengan Ellena dengan sikunya.

“Hem ... oh, enggak kok. Saya gak papa. Saya gak sakit kok, Pak,” jawab Ellena yang kemudian memilih menundukkan pandangannya saja.

“Ellena, kamu di sini juga?” sapa Bima yang melihat ada Ellena di samping Lisa.

“Pak, ini Ellena. Orang yang kemarin saya ceritakan akan mendapatkan promosi dua tingkat, karena dia akan menjadi salah satu kandidat pegawai terbaik tahun ini.” Bima memperkenalkan Ellena pada Sean.

Sean melihat ke arah Ellena, “Oh, ini orangnya. Bagus,” ucap Sean datar lalu melengos begitu saja.

“Terima kasih Pak, saya akan berusaha lebih keras lagi,” suara Ellena terdengar bergetar.

“Pak, Ellena ini mengagumi Pak Sean loh. Katanya dia bisa sampai di titik ini karena meniru kerja Pak Sean yang pekerja keras dan selalu penuh semangat,” ucap Lisa yang ingin sedikit memuji Sean lewat Ellena.

Lagi-lagi Sean melirik Ellena lewat sudut matanya, “Hmm,” jawaban hanya sebuah deheman yang lebih terdengar seperti sedang menyindir Ellena yang ingin menirunya.

“Maaf, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak,” ucap Ellena setelah dia mendengar tanda pintu lift akan segera terbuka.

Ellena langsung berusaha secepatnya masuk ke dalam lift, meskipun dia harus sedikit mendorong teman-temannya agar memberinya jalan. Dia tidak sanggup berlama-lama berada di dekat Sean karena kenangan malam itu masih cukup lekat di pikirannya.

Meskipun tadi Sean terlihat tidak mengenalinya, tapi tetap saja hal itu membuat Ellena takut pada pria itu. Tatapan mata Sean bahkan mampu membuat tubuh Ellena demam mendadak, hingga keringat dinginnya keluar.

“Astaga. Kenapa orangnya jadi nyeremin banget ya sekarang. Ketus banget mulutnya,” gerutu Ellena pelan saat dia sudah ada di dalam lift.

‘Ayo Ellena, jangan terlalu berlebihan gini, biasa aja. Dia atasan kamu, santai aja, jangan malah kelihatan mencurigakan,’ gumam Ellena dalam hati.

Ellena mencoba untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena ketika tadi di dekat Sean rasanya asupan oksigennya sangat tipis. Napasnya bahkan sempat tersengal, setiap kali pandangan matanya bertemu dengan sorot tajam mata Sean.

Saat Ellena berpamitan, ekor mata Sean menangkap sosok Ellena yang akan berbalik. Dia menangkap kibasan rambut Ellena yang bergerak mengikuti tubuhnya.

Sean sedikit terganggu dengan pemandangan itu. Siluet wajah Ellena dari samping yang ditutupi sebagian rambutnya itu, mirip dengan wanita yang memberontak dalam kuasanya di malam itu.

‘Gak mungkin. Ngapain juga dia ke hotel malam itu. Pasti aku salah, cuma mirip doang,’ ucap Sean dalam hati.

Pintu lift khusus atasan terbuka. Bima menahan pintu itu agar Sean bisa masuk ke dalam.

“Mau ngapain kamu di sini?” tanya Sean saat Lisa akan masuk ke dalam lift.

“Mau ke atas kan, Pak,” jawab Lisa sambil menatap Sean.

“Kamu gak tau ini lift untuk atasan?!” tegas Sean.

“Maaf, Pak.” Lisa terpaksa mundur lagi membiarkan pintu besi itu menutup kembali dan meninggalkan dirinya sendirian di sana.

“Gak sopan banget! Emang kenapa sih kalo aku ikut di lift itu? Giliran Pak Bima aja boleh, kenapa aku gak boleh. Dasar pilih kasih!” gerutu kesal Lisa sambil menatap pintu besi itu.

“Liat aja ya, bentar lagi kamu pasti bakalan jadi milik aku. Aku gak akan lepasin kamu lagi Pak Sean. Aku bakal cari kesempatan lagi,” ucap Lisa yang sangat bertekad ingin memiliki Sean.

Lisa memang sudah sejak lama menyukai Sean. Meskipun Sean dikenal sebagai seorang playboy, tapi hal itu tidak mengendurkan niat Lisa untuk memiliki pria pujaan banyak wanita itu.

Malam itu Lisa memang berencana ingin menghabiskan malam dengan Sean. Dia sengaja memasukkan obat perangsang di minuman Sean, berharap dirinya akan mendapatkan malam indah bersama atasannya itu.

Tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia merasa sangat mengantuk ketika acara tengah berlangsung. Matanya yang sudah tidak bisa bertoleransi lagi itu membuat Lisa harus meninggalkan ruang acara lebih cepat. Meskipun dia sudah berpesan pada Sean untuk menjemputnya di salah satu kamar hotel, tapi pagi hari itu Lisa tidak mendapati Sean tidur di kamarnya.

***

Ellena sedang duduk di ruang kerjanya sambil mengatur degup jantungnya. Rasanya jantungnya ingin melompat keluar, saat dia bersama dengan Sean tadi.

“Heh, bengong aja. Nggak baik tahu anak gadis bengong pagi-pagi, ntar jodohnya dipatok ayam,” ucap Vira sambil menepuk pundak Ellena

“Ih apaan sih, bikin kaget aja. Lagian mana ada jodoh dipatok sama ayam. Belum sempat ayamnya matok jodoh aku, ntar ayamnya udah aku potong duluan,” jawab Ellena ketus.

“Ye ... serius amat Bu nanggepinnya. Santai aja kali.”

“Lagian nyebelin. Apa hubungannya coba, orang bengong sama jodoh dipatok ayam.”

“Anggap aja lah ada. Eh, ayo persiapan, briefing udah mau dimulai. Bisa kena masalah kita kalo ntar sampe telat,” ajak Vira yang segera menyambar ponselnya untuk bersiap berangkat menuju ke ruang briefing.

Dulu Ellena selalu bersemangat kalau dia akan berangkat ke ruang briefing setiap pagi. Tapi entah mengapa hari ini dia menjadi malas untuk pergi ke ruangan itu. Bukan tidak ingin mendengarkan materi briefing yang selalu baru tiap hari, tapi Ellena malas jika nanti dia harus bertemu dengan Sean di sana.

Meskipun Sean tidak ingat akan dirinya, tapi tetap saja hal itu membuat Ellena sedikit tidak nyaman jika berada di sekitaran Sean. Tapi sebagai karyawan di perusahaan ini, Ellena tidak bisa seenaknya saja libur briefing.

Ruangan itu sudah cukup ramai, namun acara belum dimulai. Tampaknya para anggota manajemen utama di perusahaan ini belum hadir, sehingga acara belum bisa dimulai.

“Vir, aku ke toilet dulu ya. Kebelet banget nih,” ucap Ellena yang sudah tidak tahan karena ingin buang air kecil.

“Jangan lama-lama. Ntar keburu acaranya dimulai,” pesan Vira.

“Iya, beres.”

Ellena yang duduk di tengah ruangan harus sedikit bersusah payah untuk keluar dari barisan tempat duduknya. Sesekali dia menyapa beberapa kenalannya yang dia lewati meskipun hanya lewat senyum dan lambaian tangan.

Ellena berjalan cepat keluar dari ruangan agar dia bisa segera kembali ke ruangan tersebut sebelum acara dimulai. Langkah cepat dan panjangnya itu terhenti ketika dia melihat ada Sean dan beberapa manajemen utama kantor ini mulai berjalan menuju ke ruangan briefing.

“Aduh, Pak Sean udah datang. Ya udahlah, bentar dulu,” Ellena tidak tahan lagi menahan panggilan alamnya.

Ellena agak sedikit menjauh dari rombongan Sean setelah dia memberikan hormat pada para atasannya itu. Sean bahkan tidak melihat ke arah Ellena sedikit pun, ketika wanita cantik itu memberikan salam pada atasannya.

Tapi ada OB yang sedang mengepel di dekat Ellena, sehingga dia sedikit mendekati Sean dari arah belakang untuk menghindari OB itu. Pria tampan pimpinan tertinggi dari perusahaan tempat Ellena bekerja itu langsung berdiri mematung dan tidak melanjutkan langkah kakinya. Sean langsung menoleh ke belakang dan mengedarkan pandangannya mencari sesuatu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status