Share

Temukan Dia

Author: Lady_Rain
last update Last Updated: 2023-11-20 12:06:11

Sean menoleh ke belakang, “Ini kan ....”

“Pak, kita udah ditunggu di dalam,” ucap Bima yang mengajak Sean untuk segera masuk.

“Oh iya. Ayo kita masuk.”

Sebelum melangkah masuk menuju ke ruang briefing, Sean menyempatkan diri untuk menoleh lagi sejenak ke belakang. Dia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sepertinya dia kenal.

Indra penciuman Sean mendapati sesuatu yang tampak sangat dia kenal. Aroma wanita malam itu tercium di sekitar Sean berdiri saat ini.

Sayangnya, terlalu banyak orang di lobby kantor yang cukup luas itu dan tidak ada wajah mereka yang mampu menggetarkan hati Sean. Pria muda nan tampan itu memutuskan untuk mengabaikan perasaan yang baru saja melintas di benaknya.

Sean masuk ke dalam ruang briefing dan duduk di barisan paling depan. Dia mulai mendengarkan paparan dari pemberi materi briefing hari ini, yang kebetulan akan membahas tentang proyek besar mereka berikutnya.

Tapi entah mengapa pikiran Sean hari ini tidak ada di ruang briefing itu. Pikirannya seolah sedang tertinggal di luar ruangan yang kini dipenuhi oleh karyawan perusahaan yang dipimpinnya itu.

‘Parfum itu. Aroma itu sama persis dengan wanita malam itu. Apa dia ada di sini?’ ucap Sean dalam hati.

‘Tapi parfum itu pasti tidak hanya dia aja yang punya. Kemeja yang dia pake aja, harganya murah. Pasti parfum itu juga bukan parfum eksklusif. Dia pasti bukan orang di sini.’ Sean kembali meyakinkan dirinya.

Sean kembali teringat akan aroma tubuh wanita yang dia nikmati malam itu. Aromanya sangat khas dan belum pernah dia rasakan selama ini. Aroma parfum ditambah dengan aroma sabun bercampur keringat si wanita, membuat perpaduan yang membuat hasrat Sean makin naik.

Sean kembali berkonsentrasi mendengarkan materi. Dia juga harus memberikan penilaian sebelum acara ini berakhir nanti.

Ellena datang sedikit terlambat. Dia jalan mengendap-endap untuk kembali duduk di tempat duduknya tadi. Sayangnya ketika dia datang, Sean sedang berdiri di atas mimbar. Tatapan tajam Sean menangkap sosok Ellena yang sedang berjalan sambil membungkuk.

“Heh, kamu! Kenapa jam segini baru datang!” panggil Sean dengan suara sedikit lantang dan menyita perhatian semua orang.

Sontak saja semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari siapa orang yang dimaksudkan oleh pimpinan mereka. Tidak terkecuali Ellena yang juga tampak bingung karena beberapa pandangan rekan kerjanya tengah tertuju kepadanya.

Ellena memberanikan diri untuk berdiri dan melihat ke arah Sean, “Maaf Pak, saya sedikit terlambat,” jawab Ellena dengan perasaan takut.

“Kamu berani datang terlambat? Dari mana kamu?!” tanya Sean tegas.

“Maaf Pak, saya tadi ke toilet dulu sebentar,” jawab Ellena dengan sedikit takut.

“Ke toilet? Kenapa kamu ke toilet waktu briefing udah dimulai. Kenapa nggak pergi ke toilet waktu kamu baru datang. Atau kamu emang datang telat, terus alasan ke toilet.” Sean semakin menyerang Ellena.

“Enggak Pak, saya nggak datang telat kok. Tadi Saya bahkan ketemu sama bapak di lift, waktu Bapak datang. Tapi saya kan nggak mungkin juga Pak menolak yang namanya panggilan alam. Nggak lucu Pak, kalau nanti saya malah kebobolan di sini.” Ellena geram karena dia sudah merasa dipermalukan oleh Sean.

“Alasan aja kamu! Kali ini kamu saya peringatkan, tapi lain kali kalau kamu kelihatan terlambat lagi mengikuti briefing, saya nggak akan segan untuk kasih hukuman ke kamu,” tegas Sean.

“Baik, Pak,” jawab Ellena pelan menahan geram di dadanya.

Ellena berjalan sambil membungkukkan badannya. Dia berusaha kembali ke tempat duduknya yang ada di tengah ruangan.

Setelah duduk kembali, tanpa sengaja tatapan mata Ellena bertabrakan dengan mata tajam Sean, yang tampaknya sejak tadi mengikutinya. Tentu saja Ellena langsung menundukkan wajahnya lagi, karena dia masih belum memiliki kekuatan besar menentang Sean.

“Kasar banget jadi orang. Pantes aja sampe sekarang gak dapet pasangan. Kerjaannya cuma kerja ama marah-marah aja,” gerundel Ellena pelan sambil meremas jari-jarinya sendiri.

Sean memang dikenal di kantor ini sebagai jomblo. Pria muda tampan dan kaya raya itu disinyalir terlalu pemilih untuk mencari pasangannya. Tapi gosip beredar, pria itu sangat suka menghabiskan malam bersama dengan wanita-wanita yang memujanya.

Tentu saja hal itu sangat jauh dari kriteria pria idaman Ellena. Dia bahkan sudah kecewa berat ketika Sean memaksanya untuk menyerahkan kehormatannya bahkan itu adalah bibit kebencian di hati Ellena untuk Sean. Ellena hanya mengagumi sikap pantang menyerah Sean dalam bekerja.

***

Tiga hari sudah Sean terus terganggu dengan sosok wanita misterius yang hanya ada di pikirannya itu. Meskipun dia sudah memaksa otaknya untuk mengingat wajah wanita yang dia nikmati malam itu, tapi tetap saja dia tidak mendapatkan bayangan itu meskipun hanya sekilas.

Sean sedang memainkan kancing kemeja yang dia temukan di kamar itu. Dia yakin kalau kancing kemeja itu adalah salah satu dari kancing kemeja milik si wanita.

“Selamat pagi, Pak,” sapa Bima yang masuk ke ruang kerja Sean dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

“Berkas apa itu?” tanya Sean.

“Ini ada laporan keuangan bulan lalu dan juga laporan tentang penilaian akhir dari karyawan yang mendapat promosi. Saya harap Bapak bisa memeriksanya dan menilai, apakah mereka lulus dalam kualifikasi kita.” Bima meletakkan berkas di tangannya di atas meja kerja Sean.

“Ya udah, kalau gitu nanti saya periksa.”

“Baik, Pak. Kalau gitu saya permisi dulu.” Bima berpamitan.

“Tunggu dulu!” cegah Sean sebelum orang kepercayaannya itu pergi.

Bima melihat ke arah atasannya lalu duduk kembali, “Iya Pak, ada yang bisa saya bantu.” Bima selalu siap menerima tugas dari atasannya.

Sean sedikit ragu untuk menceritakan kepada Bima tentang apa yang selalu mengganggu pikirannya beberapa hari ini. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kalau pria yang ada di hadapannya itu seringkali membantunya untuk menyelesaikan tugas yang dia berikan.

“Saya ada tugas buat kamu,” ucap Sean.

“Tugas? Apa itu, Pak?” Bima tampak serius karena atasannya mengubah mimik wajahnya menjadi lebih serius.

“Tugas ini rahasia. Kerjakan diam-diam.”

“Saya siap, Pak.” Bima sudah biasa menerima tugas pribadi seperti ini dari Sean.

Sean menyodorkan kancing kemeja yang dia temukan itu ke arah Bima. Sang asisten pribadinya itu pun melihat dengan aneh ke arah kancing tersebut.

Bima melihat kancing baju di tangannya itu dengan saksama. Dia kemudian melihat ke arah atasannya itu dengan pandangan penuh tanya.

“Kancing baju. Milik siapa ini, Pak?” tanya Bima ingin tahu.

“Temukan siapa pemiliknya dan bawa dia kemari!” perintah Sean dengan tegas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Malam Sang Presdir   Kejutan Untuk Sean

    “Selamat pagi Pak Sean,” sapa ramah Lisa sambil memamerkan senyum terindahnya pagi ini untuk sang atasan.Namun sayangnya lagi-lagi Lisa mendapatkan ekspresi dingin dari pria tampan itu. Sean hanya berjalan melintasinya tanpa melihat atau sekedar melirik ke arah Lisa pria itu berjalan seolah tidak ada seorangpun di sekelilingnya kecuali dia dan Bima.Lisa memonyongkan bibirnya ketika melihat Sean melewatinya begitu saja. Pria itu terus saja bersikap dingin meskipun dia selalu bekerja di dekatnya. Tapi Lisa berusaha untuk tetap tersenyum karena dia memiliki sebuah kejutan untuk Sean yang sudah dia letakkan di dalam ruang kerja sang atasan tampan.Sean masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Bima sambil mendengarkan rentetan jadwal yang harus dia hadiri hari ini. Mata Sean terhenti pada sebuah paper bag berukuran cukup besar yang ada di atas meja kerjanya.“Apa itu?” tanya Sean.“Saya tidak tahu, Pak. Saya akan periksa,” jawab Bima yang kemudian segera mengambil paper bag itu untuk dia p

  • Wanita Malam Sang Presdir   Jackpot!

    “Pak Johan, saya telat ya?” tanya Ellena ketika dia baru sampai di Cafe dan sudah melihat Lisa duduk di depan Johan. “Enggak kok, nggak apa-apa. Minum dulu Ell, kayaknya kamu capek banget habis lari-larian.” Johan menuangkan air ke dalam gelas minum dan dia sodorkan pada Ellena. “Makasih, Pak,” ucap Ellena sambil meletakkan paper bag belanjaannya, lalu segera menegak habis air yang disuguhkan oleh Johan. Lisa melihat ke arah paper bag milik Ellena yang ada di atas meja, “Waduh! Curiga kita beliin barang yang sama nih, tapi lain toko,” celetuk Lisa. “Emang kamu beli apa, Lis?” tanya Johan. Lisa meletakkan paper bag belanjaannya di atas meja, headset, “Senjata untuk para introvert yang malas keluar rumah,” jawab Lisa sambil menyodorkan barang belanjaannya. “Eh, seriusan kamu juga beli headset?” Ellena kaget dengan pilihan barang yang dibeli oleh sahabatnya. “Iya. Dan kalau boleh nebak, pasti kamu juga beli barang yang sama kan?” “Beneran Ell, kamu juga beli headset?” Johan ingin

  • Wanita Malam Sang Presdir   Tantangan Dari Johan

    “Disingkirkan.Tubuh Ellena bergetar ketika dia mendengar kata-kata tersebut. Entah mengapa kata-kata itu terdengar seperti sebuah ancaman yang sangat menakutkan bagi dia.Kalau hanya disingkirkan dari pekerjaannya alias dipecat, mungkin Ellena masih bisa mencari pekerjaan lain. Tapi kalau yang dimaksud oleh Lisa arti disingkirkan itu adalah menghilangkan nyawa, tentu saja ini merupakan sebuah beban untuk Ellena.Dia tidak mungkin meninggalkan ibu dan adiknya yang saat ini tengah sangat bergantung pada dirinya. Ellena sampai bergidik mendengar penuturan dari sahabatnya itu.“Kamu kenapa, Ell?” tanya Lisa yang melihat ekspresi wajah Ellena berubah.“Oh enggak kok, aku nggak apa-apa. Tapi emang bener ya Pak Sean itu orangnya sekejam itu?” tanya Ellena ingin tahu dan sekedar ingin memastikan bagaimana nasibnya jika nanti Sean menemukannya.“Dari kabar yang aku dengar sih kayak gitu. Tapi nggak tau juga ya ... soalnya kan bisa aja itu cuma gosip. Tapi setahu aku Pak Sean itu emang nggak

  • Wanita Malam Sang Presdir   Cerita Lisa

    “Apa ini Elll?” tanya Lisa.Mendengar apa yang dikatakan oleh Lisa, Ellena segera menoleh ke arah temannya itu. Matanya langsung terbelalak lebar melihat Lisa memegang sesuatu di tangannya.Lisa menunjukkan pil penunda kehamilan yang sempat dibeli oleh Ellena di apotek beberapa hari lalu. Dia sepertinya lupa menyimpan pil itu di tempatnya, sehingga Lisa bisa menemukannya.“Loh, kok ada di sini sih. Sembarangan aja deh naruhnya,” ucap Ellena berusaha untuk tetap tenang agar Lisa tidak curiga kepadanya.Punya siapa sih, Ell? Bukannya itu kayak pil KB ya?” tanya Lisa yang tidak menyangka dia akan menemukan barang seperti itu di kamar Ellena.“Punya salah satu anak di sini,” jawab Ellena yang kemudian segera memasukkan pil itu ke dalam laci meja yang ada di kamarnya.“Punya anak di sini? Kok ada di lemari kamu? Itu bukan punya kamu kan, El?” selidik Lisa.Ellena menoleh ke arah Lisa, Menurut kamu, orang kaya aku butuh ya pil kayak gitu?” Ellena meminta pendapat dari temannya itu.Lis

  • Wanita Malam Sang Presdir   Gosip Tentang Pak Presdir

    “Apa sudah ketemu, Pak?” tanya Bima sedikit berbisik saat dia mengikuti langkah atasannya dari belakang.“Sudah.”Sean terus melangkah dengan pasti menuju ke ruang kerjanya kembali. Dia melangkah sedikit cepat untuk menuju ke lift yang akan mengantarkannya kembali ke ruang kerjanya.Sean memang sengaja melakukan inspeksi mendadak ke kantin, karena dia mendapatkan laporan dari Bima kalau Ellena datang ke hotel pada malam itu. Namun menurut Bima juga, Ellena tidak bertemu dengan Sean meskipun Ellena datang ke hotel.Sean semakin yakin kalau wanita yang bersamanya itu adalah Ellena. Tapi setelah kembali dari kantin, Sean kembali meragu dengan apa yang sudah dia yakini tadi.“Apa benar cuma Ellena yang memakai parfum itu, Pak?” tanya Bima ketika dia dan Sean sudah kembali ke ruang kerja Sean.“Gak. Ada dua orang lagi yang memakai parfum dengan aroma yang mirip dengan yang dipakai Ellena. Coba selidiki mereka, termasuk apa saja yang mereka lakukan setelah mereka pulang dari kantor,” peri

  • Wanita Malam Sang Presdir   Sidak

    “Eh eh ... lihat tuh siapa yang datang. Nggak salah tuh si ganteng makan di sini,” ucap salah satu teman Ellena yang di depannya. “Si ganteng? Siapa lagi sih itu.” Ellena memutar badannya untuk melihat orang yang ada di belakangnya. Ellena melihat ada dua orang pria masuk ke dalam area kantin kantor dan menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin itu. Suasana kantin yang tadinya riuh dengan candaan santai para karyawan, langsung menjadi sepi ketika sosok yang tampak sangat dingin itu muncul di sana. Sean seolah sedang menyebarkan aura dinginnya ke setiap sudut ruangan kantin. Banyak orang yang kini memilih untuk duduk diam dan segera menghabiskan makanan mereka, daripada harus banyak berinteraksi dengan rekan sejawat mereka seperti tadi. “Wah, gila ya. Langsung sepi loh,” celetuk Vira sambil sedikit berbisik tanpa berani melihat ke arah Sean. “Udah buruan makan. 15 menit lagi jam istirahat selesai, jangan cari masalah,” balas Ellena mengingatkan sahabatnya itu agar sege

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status