Wanita Malam Sang Presdir

Wanita Malam Sang Presdir

Oleh:  Lady_Rain  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
15Bab
506Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ellena secara tidak sengaja menghabiskan malam dengan Sean, atasannya di kantor. Ellena memilih untuk pergi dari kamar itu, karena dia tidak mau menambah urusan dengan Sean. Sean yang ingat dirinya telah bermalam dengan seseorang, berusaha mencari orang tersebut. Ternyata, ada orang lain yang mengaku telah menjadi wanita malam Sean dan datang membawa bukti. Apakah Sean akan menemukan wanita malamnya yang asli? Apa yang akan dilakukan Ellena saat dia ternyata hamil anak Sean?

Lihat lebih banyak
Wanita Malam Sang Presdir Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Allina
Keren banget ceritanya, lanjut kak
2023-12-03 07:42:00
0
15 Bab
Kesucian Yang Terenggut.
“Jangan, Pak! Tolong sadarlah!”Ellena berusaha keras untuk melepaskan cengkraman pria yang saat ini sedang bersamanya. Tubuhnya yang lebih mungil jika dibandingkan dengan Sean, tentu saja harus mengeluarkan tenaga ekstra agar pria itu bisa menjauh darinya.Sean yang malam ini seperti orang yang sedang kesetanan itu tidak peduli atas penolakan Ellena dan serangan kecil Ellena di tubuhnya. Sean yang sudah dipenuhi oleh gairah itu ingin menuntaskan semuanya pada wanita yang saat ini ada dalam kuasanya itu.Kraak!Sean membuka paksa kemeja yang dikenakan oleh Ellena hingga kancing yang tadinya menempel kuat di depan dada Ellena kini harus terpelanting tak tentu arah. Ellena sudah menangis sesenggukkan sambil berusaha menjauhkan dirinya dari lingkungan Sean meski tenaganya sudah mulai habis.“Pak, sadar, Pak. Sadar!” ucap Ellena yang lebih terdengar seperti sebuah teriakan.“Diam kamu!” bentak Sean.Aroma alkohol langsung memenuhi rongga hidung Ellena ketika Sean berbicara. Tampaknya pria
Baca selengkapnya
Siapa Yang Bersamaku
“Darah?!” Mata Sean terpaku pada sesuatu yang baru dia lihat ketika dia menyibak selimut penutup ranjang.Mata Sean menyorot tajam pada satu noda merah kecokelatan yang tampak sangat jelas di hamparan putih. Noda kecil itu tampak terlalu jelas hingga menyita perhatiannya.Sean kembali mengangkat pandangannya. Dia berusaha mengingat siapa orang yang bersamanya tadi malam.“Aku harus segera menangkap orang itu, sebelum mulutnya akan membuat ulah! Aku gak akan biarkan orang dengan seenaknya menghancurkan aku!” tekad Sean sambil sedikit menggerutukan giginya dan meremas seprei di tangannya dengan kuat.Saat ini Sean sedang ada dipuncak kariernya. Meski dia baru saja pindah ke Jakarta, tapi dalam dua tahun ini, dia mampu membawa perusahaan milik papanya itu terbang makin luas menguasai dunia.Sean tahu, kalau dirinya saat ini sedang menjadi bidikan banyak orang yang menjadi pesaing bisnisnya. Namun Sean selalu tetap waspada pada segala sesuatu yang terjadi kepadanya. Dia tidak mau hancur h
Baca selengkapnya
Sang Penyelamat
“Aach, sakit!” ucap Ellena saat dia merasakan perih di pergelangan tangannya.Ellena yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya lewat pisau tipis itu, jadi mengurungkan niatnya karena ya mendengar dering telepon yang cukup nyaring, sehingga merusak konsentrasinya. Sebenarnya Ellena juga tidak yakin dengan tindakannya itu, tapi dia hanya berusaha nekat saja karena merasa hidupnya sudah hancur.“Ibu,” ucap Ellena ketika dia melihat nama ibunya di layar ponsel.Ellena mengambil tisu untuk membungkus goresan luka yang baru saja dia torehkan di pergelangan tangannya. Dia juga meminum air dulu, agar suaranya tidak terlalu serak.“Halo, Bu,” sapa Ellena mencoba bersikap biasa saja agar ibunya tidak curiga kepadanya.“Ell, maaf Ibu ganggu kamu pagi-pagi gini. Tapi kamu lagi sibuk nggak, Ell?” tanya Sari ingin memastikan keadaan putrinya.“Enggak kok Bu, Ellena nggak lagi sibuk. Emang ada apa Bu, kok kayaknya penting banget.”“Anu Ell, ini soal uang sekolah adik kamu. Surat tagihan dari sekolah ud
Baca selengkapnya
Bertemu Kembali
“Selamat pagi, Pak,” sapa Lisa yang membuat Ellena langsung menoleh.‘Pak Sean. Mati aku! Dia inget aku gak ya?’ ucap Ellena dalam hati yang kaget melihat kehadiran Sean di belakangnya.Tubuh Ellena bergetar melihat sosok yang selama ini selalu dia kagumi itu ada di hadapannya. Entah mengapa tiba-tiba inti tubuhnya terasa perih lagi, seolah sedang mengingatkan Ellena pada luka yang ada di sana.Bayangan malam itu kembali muncul di kepala Ellena. Tubuhnya kaku seolah tidak bisa digerakkan sama sekali.Sean melihat ke arah Ellena. Wanita yang baru pertama kali dia lihat itu seperti sedang sakit karena wajahnya cukup pucat dan beberapa bulir keringat ada di wajahnya.“Kenapa kamu ngeliatin saya kayak gitu?!” tanya Sean sambil menatap aneh ke arah Ellena.“S-sa—saya ....”“Ell, kamu kenapa sih? Ditanya Pak Sean itu loh,” tanya Lisa sambil menyenggol lengan Ellena dengan sikunya.“Hem ... oh, enggak kok. Saya gak papa. Saya gak sakit kok, Pak,” jawab Ellena yang kemudian memilih menundukka
Baca selengkapnya
Temukan Dia
Sean menoleh ke belakang, “Ini kan ....”“Pak, kita udah ditunggu di dalam,” ucap Bima yang mengajak Sean untuk segera masuk.“Oh iya. Ayo kita masuk.”Sebelum melangkah masuk menuju ke ruang briefing, Sean menyempatkan diri untuk menoleh lagi sejenak ke belakang. Dia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sepertinya dia kenal.Indra penciuman Sean mendapati sesuatu yang tampak sangat dia kenal. Aroma wanita malam itu tercium di sekitar Sean berdiri saat ini.Sayangnya, terlalu banyak orang di lobby kantor yang cukup luas itu dan tidak ada wajah mereka yang mampu menggetarkan hati Sean. Pria muda nan tampan itu memutuskan untuk mengabaikan perasaan yang baru saja melintas di benaknya.Sean masuk ke dalam ruang briefing dan duduk di barisan paling depan. Dia mulai mendengarkan paparan dari pemberi materi briefing hari ini, yang kebetulan akan membahas tentang proyek besar mereka berikutnya.Tapi entah mengapa pikiran Sean hari ini tidak ada di ruang briefing itu. Pikirannya se
Baca selengkapnya
Sebuah Petunjuk
“Temukan siapa pemiliknya dan bawa dia kemari!” perintah Sean dengan tegas. Bima menatap kaget ke arah atasannya. Bukan karena dia tidak mau untuk melaksanakan perintah atasannya, tapi dengan modal sebuah kancing baju saja, Bima menjadi ragu apakah dia bisa menemukan orang yang sedang dicari atasannya itu. Bima menatap ke arah kancing itu lalu kembali ke wajah tampan Sean, “Saya harus mencari pemilik diri kancing baju ini, Pak?” tanya Bima mengulang permintaan atasannya. “Iya. Emang kenapa?” Ada getaran keraguan di dalam suara Sean. “Maaf Pak, tapi ini hanya sebuah kancing dari kemeja murah. Saya yakin kalau kemeja Ini diproduksi masal dan pasti banyak sekali pemiliknya. Apakah Bapak punya petunjuk lain untuk mencari orang yang ingin Bapak temukan?” tanya Bima yang juga ragu dia akan bisa menemukan orang pemilik dari kancing kemeja itu. “Nggak ada. Aku nggak punya petunjuk lain selain kancing itu. Aku memang agak pesimis kalau kita bakal bisa nemuin pemilik dari kancing itu, tapi
Baca selengkapnya
Prediksi
“Oh iya, ada satu lagi yang aku baru ingat,” ucap Sean sambil menatap ke arah Bima.“Apa itu, Pak?” Bima sangat antusias.Bima menatap serius ke arah atasannya, berharap petunjuk yang diberikan oleh Sean kali ini bukanlah sebuah petunjuk abal-abal yang tidak ada artinya sama sekali. Bima sangat berharap kalau petunjuk ini akan membawa dirinya sedikit mudah untuk mencari orang yang sedang dicari oleh Sean.“Jaket. Jaketku nggak ada, pasti dia ambil jaket aku waktu dia pergi dari hotel,” ucap Sean yang sangat yakin kalau wanita malamnya itu yang membawa jaketnya pergi.“Jaket? Jaket yang mana, Pak?” Bima ingin petunjuk yang lebih spesifik.“Jaket yang aku beli kemarin waktu kita tugas ke Singapura.”“Oh jaket itu, saya ingat dengan jaket itu. Bapak yakin kalau jaket itu dibawa oleh wanita yang meninggalkan, Bapak?”“Yakin banget. Aku masih ingat kalau malam itu aku datang ke pesta pakai jaket itu. Dan paginya jaket itu udah nggak ada.”Bima terdiam sesaat, “Sepertinya wanita yang
Baca selengkapnya
Selidiki Ellena!
“Heh, kamu. Berhenti!” panggil Sean sedikit berteriak.Panggilan dari Sean itu mampu menghentikan langkah kaki Ellena. Wanita itu langsung merasa tulangnya seperti membeku dan tidak bisa bergerak lagi.Sean masih menetap ke arah Ellena yang kini berada sedikit jauh di depannya. Pandangan mata Sean tertancap lurus ke arah punggung Ellena yang sampai detik ini belum juga bergerak sedikit pun dari posisinya.“Ada apa Pak, kok panggil Ellena?” tanya Bima yang sedikit kaget kenapa Sean sampai memanggil karyawannya seperti itu.“Siapa dia?” tanya Sean mencoba untuk mengenali wanita di depan ya itu.“Ellena. Dia Ellena, karyawan bagian pemasaran yang saat ini sedang ada di urutan teratas daftar promosi kita,” sahut Johan yang sejak tadi tengah berbincang dengan Sean.“Ellena,” panggil Johan agar wanita itu bisa mendekat pada dirinya.‘Aduh, kenapa pakai dipanggil sama Pak Johan segala sih,’ gumam Ellena dalam hati.“Iya, Pak,” jawab Ellena sambil tersenyum aku.Ellena melangkah perlahan
Baca selengkapnya
Gak Peka
Deg!Ellena kaget mendengar pertanyaan dari Bima. Dia tidak menyangka kalau Bima akan menanyakan hal itu kepadanya saat ini.Padahal Ellena sudah beberapa kali bertemu dengan Bima, tapi pria itu tidak pernah menanyakan hal ini kepadanya. Ellena jadi curiga apakah ada maksud lain dari pertanyaan Bima tersebut.“Ell, kok kamu malah ngelamun. Jadi gimana Ell, kamu waktu itu ketemu nggak sama Pak Sean?” tanya Bima mengulang kembali pertanyaannya.“Oh maaf Pak, saya agak nggak konsen gara-gara lapar. Soal malam itu, saya nggak jadi ketemu sama Pak Sean,” bohong Ellena yang tidak ingin Bima tahu kalau dia malam itu bersama dengan Sean.“Beneran kamu nggak ketemu sama Pak Sean?”“Iya, Pak. Malam itu saya emang datang ke hotel dan langsung naik ke kamar yang Bapak sebutkan. Tapi waktu itu saya nunggu agak lama di depan pintu, tetap aja Pak Sean nggak bukain pintu kamarnya. Padahal saya udah nekan bel pintu beberapa kali, mungkin Pam Sean udah tidur kali ya, Pak. Ya terus saya pulang aja.”
Baca selengkapnya
Sidak
“Eh eh ... lihat tuh siapa yang datang. Nggak salah tuh si ganteng makan di sini,” ucap salah satu teman Ellena yang di depannya. “Si ganteng? Siapa lagi sih itu.” Ellena memutar badannya untuk melihat orang yang ada di belakangnya. Ellena melihat ada dua orang pria masuk ke dalam area kantin kantor dan menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin itu. Suasana kantin yang tadinya riuh dengan candaan santai para karyawan, langsung menjadi sepi ketika sosok yang tampak sangat dingin itu muncul di sana. Sean seolah sedang menyebarkan aura dinginnya ke setiap sudut ruangan kantin. Banyak orang yang kini memilih untuk duduk diam dan segera menghabiskan makanan mereka, daripada harus banyak berinteraksi dengan rekan sejawat mereka seperti tadi. “Wah, gila ya. Langsung sepi loh,” celetuk Vira sambil sedikit berbisik tanpa berani melihat ke arah Sean. “Udah buruan makan. 15 menit lagi jam istirahat selesai, jangan cari masalah,” balas Ellena mengingatkan sahabatnya itu agar sege
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status