Ellena secara tidak sengaja menghabiskan malam dengan Sean, atasannya di kantor. Ellena memilih untuk pergi dari kamar itu, karena dia tidak mau menambah urusan dengan Sean. Sean yang ingat dirinya telah bermalam dengan seseorang, berusaha mencari orang tersebut. Ternyata, ada orang lain yang mengaku telah menjadi wanita malam Sean dan datang membawa bukti. Apakah Sean akan menemukan wanita malamnya yang asli? Apa yang akan dilakukan Ellena saat dia ternyata hamil anak Sean?
ดูเพิ่มเติม“Jangan, Pak! Tolong sadarlah!”
Ellena berusaha keras untuk melepaskan cengkraman pria yang saat ini sedang bersamanya. Tubuhnya yang lebih mungil jika dibandingkan dengan Sean, tentu saja harus mengeluarkan tenaga ekstra agar pria itu bisa menjauh darinya.
Sean yang malam ini seperti orang yang sedang kesetanan itu tidak peduli atas penolakan Ellena dan serangan kecil Ellena di tubuhnya. Sean yang sudah dipenuhi oleh gairah itu ingin menuntaskan semuanya pada wanita yang saat ini ada dalam kuasanya itu.
Kraak!
Sean membuka paksa kemeja yang dikenakan oleh Ellena hingga kancing yang tadinya menempel kuat di depan dada Ellena kini harus terpelanting tak tentu arah. Ellena sudah menangis sesenggukkan sambil berusaha menjauhkan dirinya dari lingkungan Sean meski tenaganya sudah mulai habis.
“Pak, sadar, Pak. Sadar!” ucap Ellena yang lebih terdengar seperti sebuah teriakan.
“Diam kamu!” bentak Sean.
Aroma alkohol langsung memenuhi rongga hidung Ellena ketika Sean berbicara. Tampaknya pria muda nan tampan itu sudah dipengaruhi oleh alkohol yang membuatnya berubah menjadi serigala lapar malam ini.
Sean langsung menyeret Ellena dan membantingnya begitu saja ke atas peraduan. Tubuh Ellena sedikit terpental sehingga membuat kemejanya terbuka dan menampilkan pemandangan indah yang membuat Sean semakin lapar.
Ellena yang melihat tatapan liar Sean langsung menutup kemejanya dan berusaha untuk bangun. Tapi baru saja dia akan bangun, Sean sudah langsung mendidih tuh kecil dan kurusnya itu.
“Jangan, Pak. Jangan!” teriak Ellena sambil menangis saat bibir Sean kini menjamah lehernya.
Sean yang tidak peduli pada teriakan Ellena terus saja melakukan aktivitasnya. Yang ada dalam pikiran pria itu hanyalah ingin melepaskan hasrat yang menghubungkan tinggi secara tiba-tiba malam ini.
Sean bahkan sedikit melakukan pemaksaan pada Ellena ketika wanita itu berusaha untuk menghalangi Sean ngelucuti pakaiannya. Ellena yang sudah kehabisan tenaga kini hanya bisa menangis melihat Sean yang semakin beringas kepadanya.
Butiran bening itu terus mengalir membasahi pipi Ellena saat Sean sudah menguasainya. Keselamatan mahkota yang selama ini dia jaga sedang terancam, tapi Ellena sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk melawan Sean.
Sakit. Kehormatannya yang direnggut paksa oleh Sean membuatnya sakit. Sakit yang dalam, secara fisik maupun mental. Ellena tidak menyangka kalau hidupnya akan dihancurkan oleh pria mabuk seperti Sean.
***
Ellena terbangun dari tidurnya. Tenggorokannya terasa sangat panas dan kering sehingga membuatnya ingin segera mencari air untuk membasahi tenggorokannya itu.
Ellena menggeliat karena badannya terasa sangat sakit. Dia sampai merintih ketika dia berusaha bangun dari tidurnya.
“Aduuh! Sakit banget badanku,” gumam Ellena dengan suara serak.
Baru saja kesadaran Ellena kembali, bayangan akan kejadian tadi malam langsung terputar kembali dalam ingatannya. Ellena terbayang bagaimana penderitaan yang dia rasakan tadi malam di bawah kungkungan Sean.
Ellena melihat tubuhnya yang ada di bawah selimut. Dia berharap tadi malam hanyalah sebuah mimpi buruk yang menimpanya. Ellena berdoa sambil memejamkan matanya sebelum dia melihat keadaannya di bawah selimut tebal itu.
“Ya Tuhan!” Ellena hampir berteriak melihat tubuhnya tidak berpakaian di dalam selimut tebal itu.
Bulir air mata kembali menetes di pipi Ellena. Dadanya terasa sangat sesak karena hidupnya telah dihancurkan oleh seseorang begitu saja. Ellena mengantukkan keningnya ke lututnya yang saat ini sedang dia peluk.
Dengkuran lembut terdengar di telinga Ellena. Wanita yang sedang berlinang air mata itu menoleh ke samping dan mendapati seorang pria yang sedang tidur membelakanginya. Pria yang tadi malam merenggut kesuciannya dengan paksa.
Tidak sepatah kata pun yang bisa keluar dari mulut Ellena saat ini. Dadanya terasa kian sesak dan dipenuhi dengan luka yang ditorehkan oleh orang yang sempat dia sanjung karena menjadi panutannya dalam bekerja.
Dengan mengumpulkan sisa tenaganya, Ellena berusaha untuk turun dari tempat tidur. Dia tidak ingin berlama-lama di sana, karena dia tidak ingin terlalu lama melihat paras tampan Sean yang sempat dia kagumi itu.
“Aww.” Ellena merintih pelan.
Dengan langkah kaki tertatih, Ellena memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia kemudian berjalan perlahan sambil menahan sakit di inti tubuhnya menuju ke kamar mandi. Perih dan terasa sangat nyeri, membuat pergerakan Ellena kian terbatas.
Ellena mengunci pintu kamar mandi. Dia ingin segera pergi dari tempat itu sebelum atasannya itu bangun. Ellena tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Sean.
Ellena segera membasuh wajahnya dengan air dingin di wastafel, lalu sedikit merapikan rambutnya yang sudah seperti singa itu.
Matanya bengkak, bahkan bukan hanya mata, tapi semua wajah Ellena bengkak setelah dia banyak menangis. Bayangan kejadian tadi malam, terus saja berputar di memori ingatannya. Membuat Ellena kian sedih dan terpuruk.
Ellena semakin kaget saat dia mendapati hampir semua kancing kemejanya terlepas. Dia semakin bingung, karena dia tidak akan mungkin keluar dengan pakaian terbuka seperti itu.
Ellena keluar dari kamar mandi sambil mengendap-endap. Dia ingin memastikan keadaan di luar, karena dia takut Sean sudah bangun.
“Aku harus cepat pergi dari sini. Aku gak mau terus di sini. Aku gak mau tampak lebih menyedihkan di depan Pak Sean.” Ellena menyambar jaket milik Sean yang tergeletak di lantai untuk dia kenakan.
Ellena pernah mendengar gosip beredar di kantor kalau atasannya itu sudah biasa menghabiskan malam dengan siapa saja. Dan kalau ada orang yang menuntut tanggung jawab, maka Sean akan membayarnya seperti seorang wanita malam.
Harga diri Ellena pasti akan lebih terluka jika itu sampai terjadi. Dia tidak mau terlihat lebih rendah dari orang yang telah menghancurkan kehidupannya.
Saat Ellena baru saja menutup pintu kamar, kilatan sinar mentari yang masuk melalui gorden kamar, menggoda mata Sean untuk terbuka. Dengan malas, pria yang masih bergelung dalam selimut hangat itu mulai membuka matanya secara perlahan.
Sean mengerjapkan matanya beberapa kali sambil mengumpulkan nyawanya. Dia mencoba mencari tahu di mana dia berada saat ini.
“Sakit banget kepalaku,” ucap Sean sambil menyugar rambutnya sambil sesekali menggerakkan lehernya yang terasa kaku.
Sekelebat kejadian tadi malam terlintas di pikiran Sean. Dia langsung membuka matanya dengan sempurna lalu melihat ke sebelah dia tidur.
“Sama siapa aku semalam?” ucap Sean yang tidak mengingat sosok wanita yang memberinya kepuasan tadi malam.
Sean tidak mendapati ada orang lain di kamar ini. Bahkan setelah dia mengedarkan pandangannya pun, tampaknya dia benar sendiri di kamar ini.
Tapi anehnya, kejadian itu terasa nyata. Bahkan Sean pun masih merasakan sisa kenikmatan itu pagi ini. Tidurnya juga terlalu pulas, padahal dia termasuk orang yang susah mendapatkan tidur nyenyak terlalu lama.
“Siapa dia? Aku harus cari tau siapa orangnya. Aku gak mau orang itu akan merusak reputasiku kalo dia ngomong sembarangan!” geram Sean sambil sedikit menyipitkan matanya.
Pagi ini Sean ada janji penting yang harus dia hadiri. Sean tidak ingin membuat kliennya itu menunggu terlalu lama, jadi dia harus segera membersihkan diri dan kembali bekerja.
Sean keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sean langsung mencari ponselnya untuk menghubungi sekretarisnya.
“Ke mana dia! Berani dia abaikan telponku!” geram Sean semakin kesal.
Sean segera memindah panggilannya ke asisten pribadinya. Dia tahu saat ini Bima sedang sakit, oleh karena itu, tadi malam dia ditemani oleh Lisa untuk bertemu dengan kliennya.
“Halo, Pak. Sel ....”
“Jemput saya di Hotel Cempaka, sekarang!” Sean langsung memutus panggilan teleponnya.
Setelah memberikan perintah pada asisten pribadinya, Sean segera memutus sambungan teleponnya. Dia ingin segera bersiap untuk bekerja, karena ini adalah salah satu kegiatan favorit Sean.
Sean mengambil pakaiannya yang ada di lantai hotel. Saat dia sudah memakai celana dan kemejanya, Sean teringat kalau tadi malam dia memakai jaket. Sean pun mencari-cari jaket itu, karena dia tidak melihatnya.
Sean menyibak tumpukan selimut di atas ranjang, “Darah?!”
“Selamat pagi Pak Sean,” sapa ramah Lisa sambil memamerkan senyum terindahnya pagi ini untuk sang atasan.Namun sayangnya lagi-lagi Lisa mendapatkan ekspresi dingin dari pria tampan itu. Sean hanya berjalan melintasinya tanpa melihat atau sekedar melirik ke arah Lisa pria itu berjalan seolah tidak ada seorangpun di sekelilingnya kecuali dia dan Bima.Lisa memonyongkan bibirnya ketika melihat Sean melewatinya begitu saja. Pria itu terus saja bersikap dingin meskipun dia selalu bekerja di dekatnya. Tapi Lisa berusaha untuk tetap tersenyum karena dia memiliki sebuah kejutan untuk Sean yang sudah dia letakkan di dalam ruang kerja sang atasan tampan.Sean masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Bima sambil mendengarkan rentetan jadwal yang harus dia hadiri hari ini. Mata Sean terhenti pada sebuah paper bag berukuran cukup besar yang ada di atas meja kerjanya.“Apa itu?” tanya Sean.“Saya tidak tahu, Pak. Saya akan periksa,” jawab Bima yang kemudian segera mengambil paper bag itu untuk dia p
“Pak Johan, saya telat ya?” tanya Ellena ketika dia baru sampai di Cafe dan sudah melihat Lisa duduk di depan Johan. “Enggak kok, nggak apa-apa. Minum dulu Ell, kayaknya kamu capek banget habis lari-larian.” Johan menuangkan air ke dalam gelas minum dan dia sodorkan pada Ellena. “Makasih, Pak,” ucap Ellena sambil meletakkan paper bag belanjaannya, lalu segera menegak habis air yang disuguhkan oleh Johan. Lisa melihat ke arah paper bag milik Ellena yang ada di atas meja, “Waduh! Curiga kita beliin barang yang sama nih, tapi lain toko,” celetuk Lisa. “Emang kamu beli apa, Lis?” tanya Johan. Lisa meletakkan paper bag belanjaannya di atas meja, headset, “Senjata untuk para introvert yang malas keluar rumah,” jawab Lisa sambil menyodorkan barang belanjaannya. “Eh, seriusan kamu juga beli headset?” Ellena kaget dengan pilihan barang yang dibeli oleh sahabatnya. “Iya. Dan kalau boleh nebak, pasti kamu juga beli barang yang sama kan?” “Beneran Ell, kamu juga beli headset?” Johan ingin
“Disingkirkan.Tubuh Ellena bergetar ketika dia mendengar kata-kata tersebut. Entah mengapa kata-kata itu terdengar seperti sebuah ancaman yang sangat menakutkan bagi dia.Kalau hanya disingkirkan dari pekerjaannya alias dipecat, mungkin Ellena masih bisa mencari pekerjaan lain. Tapi kalau yang dimaksud oleh Lisa arti disingkirkan itu adalah menghilangkan nyawa, tentu saja ini merupakan sebuah beban untuk Ellena.Dia tidak mungkin meninggalkan ibu dan adiknya yang saat ini tengah sangat bergantung pada dirinya. Ellena sampai bergidik mendengar penuturan dari sahabatnya itu.“Kamu kenapa, Ell?” tanya Lisa yang melihat ekspresi wajah Ellena berubah.“Oh enggak kok, aku nggak apa-apa. Tapi emang bener ya Pak Sean itu orangnya sekejam itu?” tanya Ellena ingin tahu dan sekedar ingin memastikan bagaimana nasibnya jika nanti Sean menemukannya.“Dari kabar yang aku dengar sih kayak gitu. Tapi nggak tau juga ya ... soalnya kan bisa aja itu cuma gosip. Tapi setahu aku Pak Sean itu emang nggak
“Apa ini Elll?” tanya Lisa.Mendengar apa yang dikatakan oleh Lisa, Ellena segera menoleh ke arah temannya itu. Matanya langsung terbelalak lebar melihat Lisa memegang sesuatu di tangannya.Lisa menunjukkan pil penunda kehamilan yang sempat dibeli oleh Ellena di apotek beberapa hari lalu. Dia sepertinya lupa menyimpan pil itu di tempatnya, sehingga Lisa bisa menemukannya.“Loh, kok ada di sini sih. Sembarangan aja deh naruhnya,” ucap Ellena berusaha untuk tetap tenang agar Lisa tidak curiga kepadanya.Punya siapa sih, Ell? Bukannya itu kayak pil KB ya?” tanya Lisa yang tidak menyangka dia akan menemukan barang seperti itu di kamar Ellena.“Punya salah satu anak di sini,” jawab Ellena yang kemudian segera memasukkan pil itu ke dalam laci meja yang ada di kamarnya.“Punya anak di sini? Kok ada di lemari kamu? Itu bukan punya kamu kan, El?” selidik Lisa.Ellena menoleh ke arah Lisa, Menurut kamu, orang kaya aku butuh ya pil kayak gitu?” Ellena meminta pendapat dari temannya itu.Lis
“Apa sudah ketemu, Pak?” tanya Bima sedikit berbisik saat dia mengikuti langkah atasannya dari belakang.“Sudah.”Sean terus melangkah dengan pasti menuju ke ruang kerjanya kembali. Dia melangkah sedikit cepat untuk menuju ke lift yang akan mengantarkannya kembali ke ruang kerjanya.Sean memang sengaja melakukan inspeksi mendadak ke kantin, karena dia mendapatkan laporan dari Bima kalau Ellena datang ke hotel pada malam itu. Namun menurut Bima juga, Ellena tidak bertemu dengan Sean meskipun Ellena datang ke hotel.Sean semakin yakin kalau wanita yang bersamanya itu adalah Ellena. Tapi setelah kembali dari kantin, Sean kembali meragu dengan apa yang sudah dia yakini tadi.“Apa benar cuma Ellena yang memakai parfum itu, Pak?” tanya Bima ketika dia dan Sean sudah kembali ke ruang kerja Sean.“Gak. Ada dua orang lagi yang memakai parfum dengan aroma yang mirip dengan yang dipakai Ellena. Coba selidiki mereka, termasuk apa saja yang mereka lakukan setelah mereka pulang dari kantor,” peri
“Eh eh ... lihat tuh siapa yang datang. Nggak salah tuh si ganteng makan di sini,” ucap salah satu teman Ellena yang di depannya. “Si ganteng? Siapa lagi sih itu.” Ellena memutar badannya untuk melihat orang yang ada di belakangnya. Ellena melihat ada dua orang pria masuk ke dalam area kantin kantor dan menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin itu. Suasana kantin yang tadinya riuh dengan candaan santai para karyawan, langsung menjadi sepi ketika sosok yang tampak sangat dingin itu muncul di sana. Sean seolah sedang menyebarkan aura dinginnya ke setiap sudut ruangan kantin. Banyak orang yang kini memilih untuk duduk diam dan segera menghabiskan makanan mereka, daripada harus banyak berinteraksi dengan rekan sejawat mereka seperti tadi. “Wah, gila ya. Langsung sepi loh,” celetuk Vira sambil sedikit berbisik tanpa berani melihat ke arah Sean. “Udah buruan makan. 15 menit lagi jam istirahat selesai, jangan cari masalah,” balas Ellena mengingatkan sahabatnya itu agar sege
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น