Share

BAB 6 menggoda 2

Bagi Logan Kesetiaan adalah sebuah keharusan. Bukan hanya sekedar dalam hubungan antara dua insan dalam ikatan pernikahan, namun dalam dunia bisnis sekalipun Logan sangat menjunjung tinggi nilai kesetiaan. Baginya, partner yang setia adalah aset yang berharga dan ia rela membayar mahal untuk itu.

Logan merasakan pusing yang menekan kepalanya, sepertinya pesona Layla cukup memabukkan dari pada meminum obat perangsang sekalipun. Ia merasa harus menuntaskan hasratnya kali ini, meski harus bersolo karir.

Tak Lama kemudian, Layla keluar dari kamar mandi. Kini ia telah menggunakan gaun rumahannya. Meski tak seseksi pakaian yang sebelumnya, punggung Layla yang indah cukup membuat Logan semakin menggila. Melihat Layla menggulung rambutnya ke atas benar-benar pemandangan yang tidak tepat dalam kondisinya yang hampir menuju puncak saat ini.

"Sayang, kamu sangat cantik. Pantas saja jika orang-orang menyebutmu sebagai harta Karun keluarga Johnson." Logan mendekati Layla dengan pandangan sayu dan suara serak yang hampir tak pernah dilihat oleh Layla.

"Aku sudah peringatkan padamu, bahwa jangan sekali-kali menggoda jika ingin tetap perawan seperti permintaan konyol ibumu itu. Tapi sepertinya kini istriku yang cantik sudah siap melepaskan keperawanannya untukku." Logan meracau dan semakin mendekati Layla yang mulai menjadi candu baginya.

"Logan tunggu, aku tidak bermaksud. Tolong jangan lakukan itu, aku tidak akan menggodamu lagi." Layla mulai ketakutan.

"Menggodaku lagi? Jadi kamu mengakui bahwa kamu sedang menggodaku?" Logan menunjukkan seringainya yang semakin menghakimi Layla

"Tidak, Logan aku mohon." Layla mengiba.

"Karena kau sudah nakal, maka aku akan menghukummu sedikit." Logan segera menarik tengkuk Layla untuk menyatukan bibir mereka.

Layla segera memberontak namun tenaganya tak sanggup membuatnya lepas dari sergapan Logan. Layla hanya setinggi seratus enam puluh sentimeter sangat berbanding terbalik dengan tubuh Logan yang tingginya lebih dari seratus delapan puluh sentimeter. Dengan perawakan tegap, tubuh atletis milik logan tentu saja dipenuhi otot yang sangat tidak mungkin menjadi tandingan Layla jika harus berduel untuk melepaskan diri dari Logan.

Logan mengangkat tubuh Layla dan membantingnya ke kasur milik logan yang tidak berdipan, agar tidak menimbulkan suara. Logan kemudian bangkit dan membuka kausnya untuk memamerkan tubuh indah dan perut berotot miliknya. Layla tak banyak perlawanan lagi, karena ia pun kini telah mabuk oleh pesona Suaminya itu. Meski bibirnya menolak, namun jauh didalam dirinya, ia sangat menginginkan Logan.

"Logan, tolong... Aaah..." Desah Layla menahan rasa geli ketika lidah Logan mengeksplor telinga dan lehernya.

Logan melucuti gaun milik Layla dengan mudah, dan kini terpampang bongkahan luar biasa yang selama ini tak pernah terlihat oleh logan.

"Kamu tidak memakai bra? Istriku benar-benar gadis nakal." Logan kini meraup dua gundukan indah milik Layla hingga Layla semakin tak terkendali. Hanya desahan yang mampu keluar dari bibir Layla, bahkan ia tak ingin permainan ini cepat berakhir. Jika bagi Logan hal ini sudah biasa, tentu berbeda dengan Layla. Sentuhan Logan adalah yang pertama baginya di dua puluh tujuh tahun kehidupannya. Gelenyar darahnya semakin cepat seiring dengan sensasi yang diberikan oleh Logan.

Puas dengan benda kenyal milik Layla kini Logan meraba pangkal paha istrinya itu.

"Sudah basah." Cibir Logan kemudian bangkit dan menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya sendiri dengan tangannya. Sembari membayangkan tubuh indah istrinya, Logan akhirnya dapat menuntaskan nafsu yang telah menyiksanya itu.

Setelah selesai ia segera mandi dan kembali keluar kamar mandi dengan handuk terlilit di pinggangnya.

"Apa maksudmu?" Berang Layla seketika pintu kamar mandi terbuka.

"Kenapa sayang? Kamu ingin melanjutkannya? Nikmat bukan sentuhanku? Bahkan kamu belum merasakan benda pusakaku yang akan semakin menbuatmu bertekuk lutut padaku." Goda Logan, ia terkekeh melihat istrinya yang masih mengharapkan sentuhannya.

"Belum saatnya Layla, kau harus membuktikan dulu bahwa kau layak mendampingiku." Ucap Logan di dalam hati. Baginya Layla cukup menarik untuk dijadikan sebagai kandidat ratu dalam kerajaannya. Bukan hanya kiasan, kekayaan yang dimiliki Logan cukup pantas membuatnya memiliki kekuasaan seorang raja.

"Ayo sarapan? Aku sudah membuat sandwich, mungkin kamu lapar setelah mendesah tadi. Suatu saat nanti aku akan memberikan yang lebih dari pada tadi." Logan benar-benar menjatuhkan harga diri Layla.

"Kamu benar-benar laki-laki tak punya hati! Apa maksudmu melakukan hal menjijikkan itu? Aku sangat membencimu Log!" Kini Layla tak sanggup lagi dan menumpahkan air mata yang berusaha keras ia tahan agar tidak jatuh.

Melihat hal tersebut, Logan melunak. Ia sadar bahwa dirinya telah menyakiti Layla. Seringai nakal yang sedari tadi ia tunjukkan pada Layla seketika ia kendurkan.

"Maafkan aku Sayang, kemarilah!" Logan menarik tubuh Layla kedalam pelukannya dan membiarkan Layla menangis di dadanya yang masih polos belum berbalut kain. Setelah beberapa menit berlalu tangis Layla reda, namun ia masih belum mundur dari pelukan suaminya.

"Sudah? Kalau sudah menepilah dulu, aku harus memakai pakaianku sebelum otak kotorku kembali menguasai lagi. Karena jika itu sampai terjadi lagi, mungkin aku tidak akan berhenti seperti tadi." Goda Logan lagi, namun kali ini Layla nampak lebih tenang. Senyum manisnya mengembang entah karena apa. Logan tak ambil pusing, ia segera memakai pakaiannya dan mengajak Layla duduk di ruang makan untuk sarapan pagi yang tertunda.

"Makanlah, kemudian kita pergi untuk mencari gaun malam yang akan kamu pakai di pesta Nathan nanti malam." Titah Logan tak ingin ada penolakan.

"Tapi..." Belum selesai Layla mengucapkan kalimat sanggahannya.

"Jangan membantah, aku yang akan membeli gaun untuk mu." Logan menutup perdebatan sepihak, namun entah mengapa Layla yang selalu bertindak tegas dan sedikit kasar pada Logan kini melunak bahkan terkesan penurut seperti anjing kecil yang manis.

"Kalian sudah keluar dari kamar? Kenapa sampai terlambat sarapan?" Tanya Suzy penuh selidik. Ia tentu sangat takut jika sampai anak gadisnya yang merupakan harta berharganya itu benar-benar jatuh cinta pada Logan. Apalagi Suzy mulai menyadari bahwa pandangan Layla pada Logan sedikit berubah akhir-akhir ini.

"Iya kami bersiap-siap tadi." Ucap Layla gugup.

"Kenapa kamu terlihat gugup?" Bentak Suzy pada Layla.

"Kenapa kau marah, Ibu mertua. Layla di kamar bersamaku jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ucap logan santai kemudian kembali menggigit sandwichnya.

"Sudahlah Bu, jangan membuat keributan. Aku sudah cukup pusing dengan sumpah serapah kakek yang akhir-akhir ini datang setiap hari ke kantor. Dan kini di hari libur aku masih harus mendengarkan ibu marah-marah. Tidakkah ibu merasa sedikit saja kasihan kepadaku?" Layla benar-benar kesal dengan tingkah Suzy yang semena-mena.

"Sudah Sayang, cepat habiskan dan kita segera pergi. Karena setelah mengantarmu membeli gaun, aku masih harus mengurus sesuatu." Logan menengahi dua wanita itu.

"Sayang, aku ingin pergi untuk membeli sepatu. Berikanlah sedikit uang dari gaji Layla kemarin untuk membelikanku sepasang sepatu. Semua sepatuku sudah tak layak pakai, apalagi pesta Nathan nanti malam adalah pesta yang mewah." Bob memohon pada Suzy.

"Kita tidak boleh boros Bob, keuangan kita sedang tidak baik-baik saja. Terkadang aku heran, Janda adikmu itu bisa mendadak kaya raya setelah adikmu itu meninggal. Apa aku juga akan mengalaminya?" Suzy kesal dengan permintaan konyol Bob ditengah kesulitan ekonomi mereka.

"Kau mendo'akan aku cepat mati?" Tanya Bob geram.

"Sudah! Sudah! Tolong jangan bertengkar, aku akan membelinya untuk Ayah, aku masih punya tabungan Yah." Lerai Layla.

"Benarkah? Terimakasih Nak, kau memang anak yang sangat berbakti." Puji Bob tulus.

"Ayo sayang, kita berangkat." Ajak Logan pada Layla.

"Tunggu, aku akan berganti pakaian dulu." Ucap Layla kemudian berlari ke kamarnya.

Tak lama kemudian Layla keluar dengan setelan rok jeans pendek, t-shirt pendek yang memperlihatkan sebagian perutnya, dan dibalut dengan jaket denim juga sepatu boot. Namun Logan menyeret Layla kembali ke kamarnya,

"Ada apa?" Layla mendengus kesal.

"Ganti! Apa maksudmu karena tidak berhasil merayuku lantas kamu mau merayu pria lain?" Ujar Logan kesal wanitanya berpenampilan terbuka seperti itu.

"Kau cemburu?" Tanya Layla tersipu.

"Tentu saja, kau adalah wanitaku. Tidak boleh ada pria manapun yang menikmati tubuhmu meski hanya menggunakan sepasang mata sekalipun." Jelas Logan sambil membuka pintu lemari dan memilihkan kaus panjang dan rok selutut berwarna gelap untuk Layla.

Entah perasaan apa yang tengah dirasakan oleh Layla, namun segala sesuatu tentang Logan menjadi sangat menarik baginya. Bahkan ia membiarkan Logan mengatur gaya berpakaiannya.

Setelah berganti pakaian, Logan dan Layla pergi ke sebuah tempat perbelanjaan dan masuk ke salah satu toko sepatu kalangan atas 'Cinderella story' foot wear.

"Log, untuk apa masuk kesini? Kita tidak akan mampu membeli bahkan barang termurah pun disini." Bisik Layla pada suaminya.

"Benarkah? Aku jadi penasaran berapa harga high heels itu?" Logan pun melangkah tanpa ragu mendekati sepatu cantik itu.

"Log!" Tolonglah." Layla memelas di depan Logan.

"Kau hanya belum tahu saja sayang, bahwa suamimu ini memiliki kekayaan tanpa batas." Gumam Logan dalam hati.

"Berapa harga sepatu itu." Tunjuk logan pada sepatu incarannya.

"Itu cukup mahal pak, harganya seratus dua puluh juta." Ucap seorang pramuniaga dengan wajah sinis.

"Sudah kukatakan, kita tak kan sanggup membeli apapun disini. Ayo keluar!" Ajak Layla sedikit memaksa.

Logan pun mengalah dan memilih keluar dari toko itu karena tidak ingin memulai perdebatan dengan Layla.

"Jangan permalukan lagi aku seperti tadi."

Layla begitu kesal pada Logan. ia kemudian ia menyeret Logan ke arah toko sepatu yang cukup terjangkau untuk kantung mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status