Share

BAB 5 Menggoda

"Ada apa sayang?" Tanya Logan pada Layla.

"Tidak, aku hanya kasihan pada kakek. Di hari tuanya ia bahkan masih harus bekerja keras untuk keluarga ini. Sedangkan kami para anak cucu hanya bisa menghambur-hamburkan uangnya saja." Ratap Layla.

"Kamu, sangat mirip dengan si tua itu." Ucap Logan sambil tersenyum menatap wajah Layla sekilas.

"Apa kamu bilang?" Tanya Layla bingung dengan sedikit tersinggung.

"Hahahaha... Benar, kalian benar-benar mirip. Kamu dan kakekmu sama-sama seorang pekerja keras, tulus, namun bodoh." Logan masih tertawa-tawa melihat ekspresi Layla yang semakin kesal.

"Apa maksudmu?" Geram Layla.

"Lupakan, ayo sudah sampai. Kita turun!" Titah Logan tanpa menghiraukan lagi Layla yang terus mengomel. Ia melangkah masuk kedalam sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari rumah mertuanya.

"Aku sudah bilang Logan, aku tidak bisa menghambur-hamburkan uang. Perusahaan sedang kekurangan dana." Layla mencoba berjalan cepat mensejajari langkah suaminya.

"Perusahaan kalian yang kekurangan dana, bukan aku. Jadi tenang saja Sayang, aku akan mentraktirmu makan sampai kamu kenyang." Logan dengan santai meminta ruang VIP pada manager restoran.

"Kamu gila, untuk apa kamu mendepositkan puluhan juta hanya untuk makan berdua denganku. Sedangkan ayah dan ibuku mungkin belum makan." Layla cukup tercengang dengan perlakuan suaminya.

"Duduk, dan nikmati hidangannya. Tolong sekali saja jangan mengeluarkan sumpah serapahmu terutama didepan makanan." Logan tersenyum-senyum melihat kepanikan Layla.

"Logan kau harus jelaskan ini padaku sekarang!" Layla sudah tidak sanggup lagi menahan kekesalannya.

"Kita bicarakan setelah makan." Ucap logan santai sambil mencicipi hidangan pembuka mereka.

"Aku benar-benar tidak nafsu makan." Umpat Layla lirih.

"Justru aku sangat nafsu makan, karena akhirnya aku bisa makan makanan yang nyaman di lidahku setelah dua tahun belakangan aku terpaksa menjalani kehidupan yang berat selama menikahimu." Ucap Logan di dalam hati, namun diluar penampakannya seperti sangat menikmati hidangan tersebut.

Tak berapa lama, Logan meminta menu utama dihidangkan. Steak daging berukuran besar yang sangat digemari oleh Logan.

"Ini enak Sayang." Ucap Logan acuh dengan kegelisahan yang dirasakan Layla. Layla hanya bergeming, meski perutnya kini semakin meronta melihat hidangan lezat dihadapannya.

"Makanlah, aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk mentraktirmu kali ini. Setidaknya hargai usaha suamimu ini." Logan menyuap daging penuh jus itu.

"Dari mana kamu dapatkan uang sebanyak ini? Sudah beberapa kali aku curiga, pasti ada yang kamu sembunyikan dariku." Tanya Layla penuh selidik.

"Aku bekerja." Jawab Logan.

"Apa pekerjaanmu, kulihat kamu hanya menghabiskan waktu dengan bersantai saja." Bantah Layla.

"Lihatlah kakekmu? Dia juga bersantai di atas kursi rodanya." Logan menjawab asal.

"Logan! Jangan kau samakan dirimu dengan kakekku karena kalian berdua sangatlah kontras bagai langit dan bumi." Kemarahan Layla memuncak. Sedang Logan justru tak bereaksi, ia sibuk dengan hidangan di hadapannya. Merekapun duduk diam menikmati hidangan masing-masing. Meski sempat ragu untuk memakan makanan yang telah disediakan untuknya, namun ego Layla akhirnya runtuh juga karena tak kuat menahan rasa laparnya.

Logan mengelap bibir dan menyudahi acara makannya. Ia memundurkan kursi dan berniat beranjak pergi dari ruangan itu.

"Log, uang yang kamu depositkan jauh diatas harga hidangan yang kita makan. Ayo ambil kembaliannya." Layla tergesa-gesa mengejar Logan. Para pelayan sedikit mengangguk ketika Logan dan Layla melewati mereka, membuat Layla seketika menata cara jalannya dan bersikap manis.

"Silahkan istriku yang cantik." Logan membuka pintu mobil untuk Layla setelah sampai di tempat parkir mereka. Tanpa basa-basi Layla masuk ke dalam mobil dengan wajah dongkolnya. Logan segera menuju kemudi dan melajukan mobilnya menuju ke rumah mertuanya.

Sesampainya di rumah Layla banyak diam karena kesal pada tingkah suaminya itu. Baginya uang yang telah dikeluarkan oleh Logan untuk acara makan mereka tadi adalah jumlah yang tak masuk akal, terutama karena itu bukanlah makan malam penting bagi mereka berdua. Tanpa ada perayaan apa pun dan lagi pula hanya sekedar menghilangkan rasa lapar, untuk apa mengeluarkan uang puluhan juta.

Layla menggenggam handphone miliknya, bahkan handphone itu tak lebih dari sepuluh juta. Ia sangat berhemat, karena ia tahu ia adalah tulang punggung keluarga kecilnya. Ayah maupun ibu Layla tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan apapun. Mereka hanya bertahan hidup dengan gaji Layla yang tak terlalu besar, sehingga harus sering berhemat apalagi kini perusahaan keluarga Johnson dikhawatirkan akan bangkrut setelah pemutusan kontrak dengan perusahaan Williams Skyworks.

"Kamu sedang apa Sayang?" Logan baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya.

"Lain kali, jangan keluar kamar mandi hanya memakai handuk seperti itu. Berkali-kali juga aku telah mengingatkan!" Omel Layla tanpa memperdulikan pertanyaan Logan.

"Baik maaf. Aku hanya ingin memamerkan ini. Aku bahkan melatihnya tanpa pergi ke gym. Bukankah ini bagus." Goda Logan sambil menunjukkan area perutnya yang semakin terbentuk indah.

Sejenak Layla tersipu melihat keindahan di depannya. Namun ia berusaha menguasai diri dan segera sadar dari lamunannya.

"Terserah kau saja." Ucap Layla kesal kemudian memilih keluar kamar menemui kedua orang tuanya.

"Bu, Ayah sedang apa kalian?" Tanya Layla pada kedua orang tuanya.

" Ohh, ini ibu sedang memilih songket yang cantik untuk kado pertunangan Nathan esok hari." Ucap Suzy memilih-milih songket mana yang ia ingin berikan kepada pasangan Nathan dan Aine. Layla menghela nafas panjang kemudian duduk disebelah ibunya yang masih sibuk dengan songket-songket miliknya.

"Ohh iya Bu, Apakah Bibi Nova adalah orang kaya?" Tanya Layla pada ibunya.

"Nova hanya wanita dari kalangan biasa. Setelah menikahi pamanmu ia menjadi sekaya sekarang. Tapi entahlah beberapa tahun belakangan ini Nova terlihat lebih berkelas dan elegan. Aku bahkan ingat saat ia memakai set perhiasan berlian salah satu koleksinya yang membuatku silau. Itu sangat indah, andai saja aku juga memilikinya." Ujar Suzy polos.

"Benarkah? Baru beberapa tahun belakangan?" Tanya Layla memastikan.

"Iya, apa lagi Nathan juga akan menikah dengan Aine. Keluarga mereka sangat beruntung." Suzy seakan iri akan hal-hal yang didapatkan oleh Iparnya itu.

"Aku harus menyelidiki kasus ini lebih serius." Gumam Layla kemudian segera melangkah ke kamarnya kembali.

Saat Layla masuk, ia mendapati Logan yang tengah sibuk mengotak-atik Laptopnya sambil duduk bersila di atas kasurnya. Seakan mengaktifkan mode jangan ganggu, Layla pun urung untuk bertanya ini itu pada suaminya. Ia naik ke ranjangnya dan segera tidur untuk menghadapi hari esok yang ia bayangkan akan sangat melelahkan.

Keesokan paginya, Logan seperti biasanya berjoging di area danau melewati medan terjal yang menjadi favoritnya. Apalagi dengan pemandangan danau yang jernih dan hutan disekelilingnya. Baginya acara joging pagi adalah cara terbaik untuk merefresh otaknya yang lelah dengan keseharian.

Setelah puas berputar mengelilingi hutan dan tepian danau, logan segera kembali pulang untuk menyiapkan makan pagi untuk Layla dan kedua mertuanya. Ia mampir ke pasar untuk membeli beberapa potong daging dan roti.

Beberapa potong sandwich dengan saus yang aromatik telah terhidang di meja makan rumah Suzy. Bob sedang membaca koran di teras ditemani segelas teh, sedangkan Suzy ia sedang membongkar lemari perkakas antiknya di ruang tengah.

"Bu, sarapan sudah matang. Ayo kita makan pagi terlebih dahulu. Setelah itu ibu bisa melanjutkan pekerjaan ibu yang kurang Bermanfaat itu." Ucap Logan acuh kemudian melangkah kembali ke belakang, ia berniat mengajak Layla untuk ikut sarapan juga.

"Dasar menantu sialan!" Umpat Suzy yang terkejut dengan perkataan Logan.

Ia ingin mengejar dan menjitak kepala menantunya itu, namun apa daya ia sedang dikelilingi benda-benda pecah belah antik kesayangannya. Ia pun segera merapikan semua koleksinya itu dan mengajak Bob ke ruang makan untuk mengisi perut mereka.

Logan masuk ke dalam kamar bertepatan dengan Layla yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Log, apa kamu sudah menyiapkan hadiah untuk Nathan dan Aine?" Layla menyapa Logan dengan pakaian rumahan yang sedikit terbuka.

"Kau sedang menggoda ku?" Tanya Logan heran. Sepertinya beberapa waktu terakhir ini istrinya semakin bertingkah di depannya. Jika biasanya Layla selalu berpakaian tertutup dan selalu menghindar dari Logan, kini sering kali Layla seakan sedang menggoyahkan pertahanan Logan.

"Apa maksudmu?" Tanya Layla kesal. Namun yang di tanya justru mendekat dan mendekatkan kepalanya ke telinga Layla dengan sedikit membungkuk.

"Pakaian ini terlalu mengekspos kulit bersihmu. Bahkan lihatlah ini, aku bisa melihat bias dari dalam kaus putih yang kamu kenakan. Itu sangat menggodaku, jika kamu masih ingin mempertahankan keperawanan yang kamu dewakan itu, segeralah berganti pakaian." Logan berbisik dengan nafas yang semakin tak beraturan tepat di leher jenjang Layla.

Seketika wajah Layla memerah menahan malu karena ia sendiri juga tidak sadar bahwa dirinya berpenampilan seperti hendak menggoda Logan. Layla segera mendekat ke lemari pakaian miliknya dan menyambar sebuah gaun rumahan yang tidak terlalu terbuka, kemudian ia masuk kembali ke dalam kamar mandi.

Logan menjatuhkan tubuhnya kekasur milik Layla, aroma tubuh Layla yang masih menempel dikasur itu semakin membuatnya mabuk. Kali ini sesungguhnya ia sudah tak sanggup menahan hasrat biologisnya itu. Bahkan bagian intinya menegang hingga sensasinya benar-benar menekan otaknya. Apalagi kegiatan suami istri bukanlah hal asing baginya, namun semenjak menikahi Layla ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan melakukan penghianatan dalam pernikahan. Karena kesetiaan baginya sangat penting dalam sebuah hubungan. Meski hubungan itu dimulai dari sebuah keterpaksaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status