Share

BAB 7 tingkah manis Layla

Ketika Layla tengah sibuk mencoba-coba sepatu yang bagus menurutnya. Logan segera mengambil gawainya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo Marry, tolong bantu aku membeli sebuah sepatu di toko Cindy store. Aku ingin sebuah sepatu cantik bertahtakan berlian yang dipajang di sana." Titah Logan pada Marry.

"Cinderella story?" Marry meralat.

"Iya benar." Jawab Logan.

"Untuk istrimu? Berapa ukuran kakinya?" Marry terkekeh di ujung sambungan telepon.

"Jangan tertawakan aku, iya ini untuk istriku. Sebentar kutanyakan ukuran kakinya." Logan menjeda.

"Sayang, berapa ukuran kakimu?" Tanya Logan pada Layla.

"Ukuranku tiga puluh delapan. Kamu mau membantuku mencari sepatu yang cocok?" Tanya Layla senang.

"Tentu!" Jawab Logan dengan membalas antusiasme Layla.

"Terimakasih Logan, kamu suami yang sangat romantis dan pengertian." Puji Layla yang dibalas oleh senyuman logan.

Logan pun segera menepi untuk mengatakan ukuran kaki Layla pada Marry.

"Tiga puluh delapan, harus sudah datang di rumah mertuaku tepat pukul dua siang nanti. Juga tolong batalkan meeting dengan para programmer hari ini. Aku sedang ingin bersama istriku sepanjang hari ini." Ucap Logan sebelum menutup sambungan teleponnya.

"Kamu menemukan sesuatu untukku Logan?" Tanya Layla.

"Ada sebuah sepatu indah yang telah kubeli. Itu surprise untukmu." Ucap Logan penuh percaya diri.

"Benarkah? Aku sangat ingin melihatnya." Rengek Layla manja.

"Aku tahu, maka dari itu aku langsung meminta agar sepatu itu dikirim kerumah. Akan sampai jam dua nanti." Cegah Logan yang sangat menikmati sikap manja Layla. Hal yang tak pernah terjadi selama dua tahun kebelakang pernikahannya.

"Ooohh, kenapa harus dikirim. Tapi baik lah, aku hanya akan memakai sepatu darimu saja. Mari kita memilihkan sepatu untuk ayah dan ibu. Kemudian memilih gaun dan segera pulang." Ucap Layla dengan semangat.

"Sepatu untuk ayah dan ibu sudah, sekarang tinggal gaun saja. Ini pasti akan butuh waktu yang lama." Gerutu Logan.

"Kalau begitu aku akan memakai gaun yang kamu pilihkan saja." Ucap Layla yang membuat hati Logan berbunga.

"Mungkin selama ini aku terlalu bodoh dengan tidak berusaha merayunya. Sedangkan sedikit dirayu saja Layla sudah seperti kelinci penurut yang manis." Gumam Logan dalam hati dan ia pun terkekeh sendiri.

"Kenapa tertawa begitu?" Tanya Layla kesal.

"Aku suka melihatmu tersenyum, sangat cantik. Tapi aku jadi mengingat saat kamu marah seperti nenek sihir." Goda Logan yang berakhir dengan cubitan Layla di pinggangnya.

"Ayo cepat pilih gaunnya." Pinta Layla pada suaminya seketika mereka sampai di butik yang menjual gaun-gaun pesta.

"Coba ini!" Titah Logan pada Layla. Ia menyodorkan sebuah gaun berwarna merah hati dengan potongan sederhana di bagian depan, namun mengekspos keseluruhan kulit punggung Layla yang mempesona. Logan benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh punggung istrinya itu.

Setelah memakai gaun yang dipilih Logan, Layla segera keluar dari ruang ganti untuk menunjukkan penampilannya di depan Logan. Layla berputar-putar menunjukkan setiap sisi dari gaun tersebut.

"Sangat sempurna." Logan bersungguh-sungguh memuji kecantikan istrinya itu.

"Kita ambil ini?" Tanya Layla.

"Tentu, tapi coba dulu yang ini." Logan menyodorkan gaun berwarna hitam berlengan panjang dan fit body yang tertutup di bagian atasnya namun nampak elegan dengan potongan tinggi di bagian sebelah kakinya.

"Baiklah." Ujar Layla kembali masuk kedalam ruang ganti.

"Bagaimana?" Tanya Layla meminta pendapat Logan sambil berputar-putar seperti sebelumnya.

"Bagus, kita ambil juga yang ini." Ucap Logan santai kemudian meminta pramuniaga toko tersebut mengemas dua gaun yang ia pilih.

"Kenapa membeli dua gaun?" Tanya Layla heran ketika mereka berjalan menuju tempat parkir mobil. Mengingat ia tak membayar sepeserpun untuk dua gaun tersebut juga untuk semua belanjaannya hari ini yang tengah di tenteng oleh Logan.

"Aku menyukainya." Jawab Logan santai.

"Iya aku tahu, tapi harga gaun itu tiga juta sepotong. Bahkan jika aku menjual handphone milikku tetap saja masih kurang untuk membeli dua gaun ini." Ucap Layla mengangkat paper bag dari toko gaun ia beli tadi.

"Aku sudah pernah mengatakan bukan, bahwa aku akan bekerja dan membahagiakanmu." Ucap Logan datar, sembari memasukkan semua barang ke kursi penumpang belakang, kemudian membuka pintu untuk Layla. Setelah Layla masuk ia pun berlari mengitari mobil tuanya dan masuk menduduki kursi kemudi. Mereka pun meluncur pulang kembali kerumah dengan banyak belanjaan yang membuat Layla tak hentinya tersenyum senang.

"Logan, uang yang kamu habiskan untukku apakah itu adalah uangmu sendiri? Maaf aku tiba-tiba saja terpikir hal buruk, aku takut jika ini uang tidak baik akan berpengaruh pada hidup kita kedepannya. Kau tahu kan aku seorang penganut islam meski tidak taat aku takut melakukan menggunakan harta yang haram." Layla bertanya dengan hati-hati.

"Tenang saja Sayang, uang ini hasil kerja kerasku. Meski aku tak percaya keberadaan tuhan aku juga tidak akan mencuri." Jelas Logan yang membuat Layla seketika tenang.

"Maukah kau katakan apa pekerjaanmu? Aku tidak akan memaksamu sekarang, mungkin suatu saat nanti." Tanya Layla lagi.

"Ya, suatu saat kamu akan tahu kebenarannya." Jawab Logan yang tengah fokus mengemudi.

Logan membelokkan mobilnya dan memarkirkannya di depan rumah mertuanya. Kemudian mereka turun sambil menenteng banyak tas belanja.

Sebelum sampai di depan pintu, seseorang berseragam toko Cinderella Story datang untuk mengantar sepatu pesanan Logan.

"Itu pesanan kita Sayang." Ucap Logan.

"Benarkah? Cinderella Story? Jangan bilang kamu membeli sepatu seratus dua puluh juta itu tadi?" Layla tercengang hingga sedikit gemetar.

"Sepatu itu cocok untuk kaki indahmu." Puji Logan dengan raut santai.

Layla tak sanggup berkata-kata, bahkan ia mulai berkeringat dingin ketika ia memeriksa sepatu dengan kilauan berlian itu.

"Silahkan Nyonya, anda tanda tangan disini." Tunjuk pegawai toko itu.

"Ba... Baik..." Ujar Layla terbata.

Setelah menandatangani dokumen tersebut Layla dan Logan segera masuk ke dalam rumah.

"Kalian berbelanja banyak sekali." Sapa Bob sumringah melihat anaknya nampak ceria.

"Iya, Logan membelikan semua yang aku tunjuk." Layla begitu antusias menceritakan kegiatan belanjanya.

"Benarkah? Logan? Sepertinya aku harus memeriksa mutasi rekeningmu." Ucap Suzy tak percaya.

"Terserah ibu saja. Ini sepatu milik ibu dan ini milik ayah. Aku juga membelikan tuxedo untuk ayah." Layla dengan semangat membongkar belanjaannya.

"Wah, ini sangat bagus. Ini pasti mahal, kamu terlalu menghambur-hamburkan uang." Suzy begitu tercengang melihat belanjaan yang dikeluarkan oleh Layla.

"Jangan tercengang dulu, nanti akan kutunjukkan yang lebih mencengangkan." Ujar Layla berbangga hati.

Sungguh melihat Layla dan keluarganya tersenyum sumringah membuat Logan sejenak lupa betapa menyebalkannya mereka biasanya. Logan melangkah masuk ke dalam kamar sambil tersenyum sendiri melihat tingkah istri dan mertuanya. Sesampainya dikamar Logan merebahkan tubuhnya di kasur untuk merilekskan otot-otot tubuhnya yang lelah setelah menemani sang istri berbelanja. Beberapa lama pandangannya menerawang mengingat masa lalunya ketika ia tinggal di mansion bersama keluarga besarnya. Bayangan tentang kakeknya, paman dan bibinya, juga pertikaian keluarga yang tak kunjung henti. Hingga Logan memilih keluar dari rumah dan membangun perusahaannya sendiri. Namun ketika ajal mendekati sang kakek, Logan diminta kembali untuk memperbaiki kehancuran perusahaan dan keluarga mereka. Keluar Williams yang terkenal, tak pernah ada yang tahu bahwa didalamnya terdapat sebuah luka bernanah yang nyaris membuat keluarga besar tersebut nyaris hancur.

Sejenak ia mengingat bahwa sebenarnya nasib Layla tak jauh berbeda dengannya. Nasib keluarga Johnson juga tak jauh beda dengan keluarganya. Hanya saja apakah ada yang sanggup membangkitkan kembali kekuatan keluarga Johnson seperti Logan membangkitkan kembali keluarga Williams. Sekian lama melamun tak terasa kelopak mata Logan terasa memberat dan nyaris saja ia tertidur.

"Logan terimakasih, kamu sudah sangat baik padaku." Layla mengecup pipi Logan yang seketika menyadarkan Logan dari rasa kantuk yang mulai merenggut kesadarannya.

"Sama-sama Sayang, aku suamimu jadi wajar jika aku memberikan yang terbaik untukmu." Ucap Logan mengacak rambut Layla. Ia cukup terkejut menerima perlakuan manis Layla. Hal yang sangat tak mungkin ia dapatkan sebelumnya.

"Ini sudah hampir pukul lima sore, bersiap-siaplah bukankah acaranya pukul tujuh malam. Aku sangat ingat bagaimana kamu selalu menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin ketika akan menghadiri pesta seperti ini." Logan menggoda Layla.

"Bukankah kau harus mengurus sesuatu setelah mengantarku berbelanja?" Tanya Layla mengingat perkataan Logan tadi pagi.

"Aku telah membatalkannya demi menemanimu. Sudah sana bersiap-siaplah, aku akan tidur beberapa menit sambil menunggu kalian bersiap." Jawab Logan sembari menguap menahan kantuk yang tiba-tiba datang kembali.

"Baik, aku bersiap-siap dulu." Ucap Layla kemudian meninggalkan Logan untuk bersiap ke pesta Nathan.

"Log, aku harus memakai gaun yang mana?" Tanya Layla kembali membangunkan Logan untuk kedua kalinya.

"Yang hitam, karena gaun merah itu aku beli khusus untuk sebuah acara lain." Jawab Logan kemudian terlelap kembali.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Dassa Wardana
terlalu mahal
goodnovel comment avatar
Ahmad Gunawan
koinnya mahal
goodnovel comment avatar
ADE SUKMARA
banyak koin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status