Share

Bab 10 Liontin Malaikat

Setelah hari itu, Alex tidak menanyakan apa pun selama sebulan dan Shiera mengira kalau masalah itu sudah benar-benar berakhir.

Namun, sekarang rasanya makin sulit untuk dihadapi.

Shiera merasa tertekan antara harus memenuhi permintaan Alex atau tidak.

Alex yang melihatnya tidak berbicara, hanya memandangnya dengan tatapan dingin, "Bagaimana? Kamu tidak mau pergi?"

Shiera benar-benar tidak mau pergi.

Akan tetapi di bawah tatapan karisma Alex, dia sama sekali tidak ada keberanian untuk mengatakan 'tidak'.

Tidak menunggu Shiera menjawab, Alex kembali berkata, "Berdasarkan kemampuanmu saat ini, kamu hanya tinggal menunggu untuk dipromosikan menjadi asisten pertama."

Shiera mengangkat kepalanya, matanya menunjukkan ekspresi terkejut.

Jadi, selama ini Tuan Alex membuatnya belajar di bawah ajaran Kevin untuk menaikkan posisinya?

Gaji asisten pertama empat kali lebih besar dari gajinya saat ini. Memikirkan biaya KPR yang membuatnya tercekik, tidak diragukan lagi hal ini adalah godaan menarik bagi Shiera.

Akan tetapi Shiera kembali menundukkan kepalanya, "Bukankah sudah ada Tuan Kevin?"

"Kevin akan mengundurkan diri pada akhir tahun dan kembali pada Keluarga Wijaya untuk meneruskan bisnis keluarganya!"

Shiera menarik napas dalam.

Kevin benar-benar anak orang kaya? Memang Tuan Kevin terlihat seperti anak orang kaya, tetapi siapa sangka kalau penglihatannya ternyata benar.

Kenapa semua orang punya bisnis keluarga yang bisa diteruskan, sedangkan Shiera tidak memilikinya.

Memikirkan hal ini, Shiera merasa harus berjuang lebih keras lagi.

"Baiklah! Kalau begitu, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh!" jawab Shiera.

Namun, memikirkan hal pertama yang harus dia kerjakan membuat raut wajah Shiera membeku.

Apa dia dan Tuan Kevin harus menyelidiki bagaimana dirinya bisa berada di dalam kamar Tuan Alex dan menghabiskan malam bersamanya malam itu?

Akan tetapi ada peribahasa, 'Nasi sudah menjadi bubur', dimana kejadian atau perbuatan yang sudah terlanjur terjadi tidak bisa diperbaiki lagi.

Alex tidak tahu mengapa ekspresi Shiera berubah menyedihkan, tetapi melihat bagaimana dia menyetujui hal itu dengan senang, kerutan di keningnya secara tidak sadar mengendur.

"Kamu boleh keluar."

"Baik, Tuan Alex," jawab Shiera dengan kesenangan yang sukar disembunyikan.

Akan tetapi, Shiera tiba-tiba memperlihatkan wajahnya yang tampak menderita.

Melihat perubahan besar emosi Shiera, Alex mengerutkan kembali keningnya.

Alex menatap Shiera tetapi tidak mengatakan apa pun.

Jam makan siang.

Sebelum pergi makan dengan Rachel, Shiera mengurus makan siang Alex terlebih dulu.

Biasanya mereka makan di kantin, tetapi hari ini keduanya pergi ke tempat makan langganan mereka karena berita yang diterima Shiera tadi pagi.

Mereka mencari tempat duduk yang tidak terlalu ramai dan Rachel mulai bertanya, "Ada apa? Apa maksud dari pesan yang tadi kamu kirim?"

"Tuan Alex masih menyelidiki siapa perempuan pada malam itu."

"Kalau itu, aku juga sudah tahu!"

"Dia menyuruhku untuk menyelidiki hal itu bersama dengan Kevin."

Rachel syok.

Neraka macam apa ini? Hari itu menyuruhnya untuk mencari orang, hari ini menyuruh mereka mencari orang. Sangat ... menakutkan!

"Kamu tidak ketahuan, 'kan?" tanya Rachel dengan nada tercekat.

Shiera yang merupakan seorang penakut, tidak tahu bagaimana anggapan Tuan Alex terhadap dirinya waktu itu.

Tuan Alex bahkan secara pribadi menempatkan Shiera di sisinya sebagai asisten.

Shiera menarik napasnya dan berkata, "Tidak, aku sudah menghindar!"

Sebuah kata yang bagus, 'Menghindar'. Akan tetapi dengan caranya ini, entah sampai kapan Shiera bisa menghindar.

Rachel berkata, "Menghindar seperti ini bukanlah sebuah cara."

"Kevin menyuruhku untuk memberikannya liontin malaikatku."

"Liontin malaikat? Yang selalu kau pakai itu?" kata Rachel sambil melihat leher mulus Shiera.

Baru saja disadari oleh Shiera, kalau dia tidak tahu kapan telah melepaskan kalungnya.

Shiera lalu berkata, "Aku menjatuhkannya di kamar malam itu."

Mendengarnya, Rachel merasa dirinya benar-benar ingin mati. Dia belum mendengar Shiera bercerita. Sekarang setelah mendengarnya, Rachel merasa kulit kepalanya mati rasa.

Pantas saja tadi Shiera berkata sudah selesai. Bukankah dengan keadaan saat ini masalah sudah terselesaikan?

Mengambil napas dalam, Rachel bertanya, "Tuan Alex tidak pernah melihatmu menggunakan liontin itu, ‘kan?"

"Aku juga tidak tahu!" kata Shiera dengan pikiran yang kosong.

Rachel yang merasa panik dan khawatir, tidak bisa mengambil keputusan dengan benar.

Orang memakai baju yang lebih tipis saat musim panas tiba dan pasti ada beberapa orang yang mengetahui kalau Sheira mempunyai liontin malaikat.

Sebagai seorang direktur, tidak mungkin Alex memperhatikan karyawannya secara teliti, tetapi keadaan mereka sekarang masih sangat berbahaya.

Rachel melihat ke arah Shiera dan berkata dengan marah, "Lalu kamu berikan liontin itu ke Kevin?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status