Share

Wanita Pemuas Untuk Presdir
Wanita Pemuas Untuk Presdir
Author: CitraAurora

Dijual

"Ini rumah siapa ini, Bi?"

Kedua netra Rara memutar, menikmati keindahan rumah megah yang ada di depannya. Seumur hidup, baru kali ini dia melihat rumah megah bak istana raja.

"Nggak usah banyak tanya, ayo masuk!" 

Tanpa curiga, Rara mengikuti langkah bibinya yang terus menyeretnya semakin masuk ke bagian dalam rumah. Dia makin terkejut, saat melihat beberapa orang dengan pakaian rapi mengawal mereka. 

Di depan sebuah ruang, tangan Rara dilepaskan, sementara bibinya nampak berbicara dengan salah seorang dari mereka. Entah apa yang mereka bicarakan, Rara tidak bisa  mendengar karena mereka berbisik-bisik. 

Namun, sesaat setelah berbicara, Bibi Rara kembali menghampirinya dan memberikan perintah mengejutkan. "Bibi mau ke toilet, kamu ikuti perintah Tuan ini ya!" 

"Kenapa aku harus ikut dengannya Bi?” Rara bingung. Dia pun mulai ketakutan. “Aku akan menunggu Bibi di sini saja." Rara memegang tangan bibinya, memohon dengan pandangan memelas.

Dia tidak mengenal orang-orang itu. Dia juga merasa asing berada di rumah mewah ini.

Sayang, wanita itu menghempas tangan Rara kuat-kuat. "Tinggal menurut saja apa susahnya, sih!" Setelahnya, dia pergi meninggalkan keponakannya bersama seorang pria.

Pria tersebut meminta Rara untuk mengikuti langkahnya. Meski takut tetapi Rara tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti ucapan pria tersebut. Dia takut akan celaka kalau sampai melawan perintah.

"Silakan masuk Nona," pinta pria tersebut sembari membuka sebuah pintu kamar.

Sebenarnya, Rara ragu untuk masuk ke dalam kamar. Namun pria tersebut meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.

Sejenak, Rara kembali dibuat terpukau oleh dekorasi kamar yang tak kalah mewah. Kamar yang dimasukinya benar-benar seperti kamar hotel bintang lima Namun, perasaan itu tak berlangsung lama, sebab suara pintu yang dibuka dan ditutup secara kencang mengejutkannya. 

“Siapa itu?!” Rara memutar badan, memasang gestur waspada.

“Sudah datang, rupanya.”

Tampak seorang pria yang hanya menggunakan handuk kimono berjalan mendekati Rara. Rambutnya basah, wangi segar tercium semerbak seketika. Kelihatannya, pria tersebut baru saja selesai mandi.

Pria tersebut adalah Raymond Corner, seorang CEO di perusahaan property dan penerbangan yang bonafid, yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

“Ka-kamu siapa?” Rara bergerak mundur hingga kakinya menabrak ranjang yang berada di belakangnya.

Pria tersebut tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan Rara, dan malah menyeringai. "Bersiaplah dan layani aku sekarang." 

Suaranya yang dingin dan tatapannya yang terlihat lapar membuat Rara meremang. Dia juga merasakan ada makna tersembunyi dari kata ‘layani’ yang pria itu katakan. 

Tidak paham, Rara pun mencoba bertanya. "Melayani bagaimana Tuan?"

Dia pikir, mungkin bibinya membawa dia ke sini untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Namun, yang membuat nyali Rara menciut dan takut saat ini adalah … layanan apa yang bisa diberikannya pada seorang pria matang, tampan, juga kaya di dalam kamar mewah yang telah dikunci ini? Ditambah lagi, kondisi pria itu yang dia yakini tidak memakai apa pun lagi dibalik handuk yang dikenakannya.

"Jangan bermain-main denganku!" Mata pria itu memicing menatap Rara. Dia kira, wanita itu sedang mencoba memainkan peran untuk membangunkan hasratnya.

“Saya benar-benar tidak tahu, Tuan. Sa-Saya—” Tiba-tiba, dia terjerembab, karena Raymond menarik tangannya, membuat mereka berdua kini duduk di atas ranjang. 

“Aku tidak punya banyak waktu meladeni sandiwaramu. Cepat layani aku sesuai tugasmu.”

Seolah mengerti apa yang dimaksud Raymond, Rara berdiri, marah. Dia menolak Raymond yang mulai mendekatkan wajahnya ke arah Rara. “Apa yang kamu lakukan?!”

Rara kembali berdiri dan mencoba membuka pintu kamar. Dia menggedor-gedor pintu itu, berharap seseorang mendengar dan membebaskannya. Namun, seberapa keras pun Rara mencoba … orang-orang di rumah itu seolah tuli. Bibinya yang berpamitan ingin ke toilet bahkan sudah pergi entah ke mana.

"Apa yang kamu lakukan?" Raymond hanya melihat Rara dari tempatnya dengan tatapan yang kesal. Baru kali ini ada wanita yang berusaha kabur dari dirinya. Padahal, biasanya para wanita sendirilah yang menyerahkan diri suka rela. “Apa kamu masih belum tau, untuk apa kamu di sini?”

“Maaf, Tuan. Tapi, saya ke sini bersama Bibi. Saya tidak tau. Saya tidak mau—"

“Bibimu itu sudah menjualmu padaku.” Raymond beranjak dari tempat tidur lalu berjalan mendekati Rara. Kesabarannya sudah habis. Tanpa rasa iba, dia mencengkeram lengan kecil Rara, lalu menyeretnya dan melemparnya ke atas tidur. “Kamu milikku sekarang. Jadi, turuti ucapanku. Puaskan aku.”

Tatapan Raymond yang tajam, dengan bola mata hitamnya benar-benar membuat Rara ketakutan. Ini juga kali pertama dia berada begitu dekat dengan seorang pria, terlebih pria itu adalah orang yang sama sekali asing baginya. 

Rara mencoba memberontak saat Raymon mengungkung tubuhnya. “Pasti ada kekeliruan di sini, Tuan.”

"Tidak ada yang keliru.” Suara bariton itu menyambar dingin.

Hati Rara hancur mendengar kebenarannya. Dia jauh-jauh datang ke kota untuk melanjutkan sekolah, tapi mengapa bibinya tega menjualnya pada seorang pria berumur seperti Raymond? Apa salahnya?

Rara mulai menangis. Dia benar-benar ketakutan. Sebagai seorang gadis, dia mempersiapkan kehormatan ini untuk suaminya kelak. "Tuan, saya mohon. Saya bersedia bekerja apa saja, asal Tuan mau melepaskan saya.” 

Senyum miring kembali tersungging di bibir Raymond. Dia sama sekali tidak terpengaruh pada tangisan Rara. “Aku tidak sedang bernegosiasi, Nona.” 

Tak ingin berlama-lama lagi, Raymond menindih tubuh Rara. Tubuh Raymond yang kekar, membuat tubuh Rara terlihat begitu kecil dan ringkih di bawahnya.

Pria itu mulai menyentuhnya inci demi inci. Meski tangisan terus turun, pria itu tidak berhenti. Penyatuan tubuh mereka tetap berlangsung, meski tubuh Rara tak kunjung bisa beradaptasi dengan kehadiran Raymond. 

“Aku yang pertama untukmu?” 

Raymond membulatkan matanya, sedikit tidak percaya pada fakta yang dia temukan. Dia tidak menyangka jika gadis kecil yang berada di bawahnya adalah perawan. Dia mengira, Rara sama seperti wanita penghibur yang lain.

Samar-samar, Rara mengangguk. “Sakit,” katanya lirih. 

Meski sudah tahu kalau ini kali pertama untuk Rara, Raymond tetap melanjutkan pergerakannya. Dia bahkan terus bergerak, hingga erangan kepuasan keluar dari bibir tipisnya. 

Bahkan, saking puasnya, pria itu menggaulinya berkali-kali. 

“Tuan, bisakah Anda berhenti? Aku rasa, aku sudah tidak kuat lagi.”

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Indira
dasarpresdirmesum
goodnovel comment avatar
Mega
satu kata seruuu
goodnovel comment avatar
Three EL
seru ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status