Selamat membaca Kaka, yuk saling share komen makasih Kak
Raymond berdiri dan membawa tubuh Rara ke dalam pelukannya, dia benar-benar tidak suka dengan sikap Rara yang mendiaminya. Berkali-kali pria dingin ini menjatuhkan kecupan di pucuk kepala gadisnya, sembari terus mengucapkan kata maaf. Pelukan dan kecupan sang Tuan membuat Rara menangis, dia benar-benar terharu dengan sikap Raymond. "Maafkan saya juga Tuan," ucap Rara. Raymond enggan melepaskan pelukannya begitu pula dengan Rara yang masih nyaman dalam pelukan sang Tuan. 'Dalam pelukannya aku merasa sangat nyaman' batin Rara yang semakin mengeratkan pelukannya. Tak mungkin terus berpelukan, Raymond akhirnya melepas pelukannya. Keduanya berangkat dengan hati yang berbunga, baik Raymond maupun Rara nampak malu-malu seperti ABG. "Nanti pulang jam berapa?" "Belum tentu Tuan," jawab Rara. Seusai mengecup pipi Tuannya Rara segera turun dari mobil sedangkan Raymond menunggu Rara sampai tidak terlihat lagi. Sepanjang jalan menuju kampus Rara terus memikirkan Raymond bahkan dia sudah
Raut kesal terpancar dari wajah Amanda, jika dari awal tahu model om nya seperti Raymond dia pasti mau dijual padanya. "Kamu ini apa-apaan sih Amanda, bagaimana bisa memiliki pikiran seperti itu." Mama Amanda merasa kesal dengan anaknya. "Lihatlah Rara Ma, hidupnya enak sekarang meskipun jadi peliaraan om om tapi om nya super tampan dan perfect seperti itu." Kedua netra Mama Amanda menatap Raymond, perlakuan Raymond terhadap keponakannya itu benar-benar berbeda, tidak seperti kabar yang selama ini dia terima. Raymond sangat perhatian pada Rara, meski wajahnya memancarkan sebuah aura dingin tapi sikapnya sangat hangat terlihat dari tangannya yang terus menggandeng tangan keponakannya. 'Bagaimana bisa Tuan Corner sehangat ini pada wanita' Asumsi-asumsi mengalir di kepala wanita paruh baya itu, hingga munculah rasa sesal yang teramat dalam hatinya, seandainya waktu itu Amanda yang dijial mungkin kini anaknya lah yang berada di samping Raymond. Penyesalan kedua wanita jahat ini sema
Sebenarnya Rara sudah tahu jika Raymond tak mengijinkan Amanda untuk tinggal tapi Rara yang sudah berjanji berusaha menepati janjinya. "Saya mohon Tuan." Dirinya terus memohon. Tatapan Raymond kali ini tak membuatnya bergeming, gadis muda ini beranjak dari tempat tidur mendekati sang Tuan yang berdiri tak jauh dari ranjang. Tanpa aba-aba Rara memeluk Tuannya, sembari terus memohon. "Bukankah sudah aku bilang jika tidak boleh!" Suara dingin Raymond mencuat. Terus merengek dan memohon hanya membuang waktu saja hingga terpikirlah kenakalan gadis itu dengan menjamah wilayah sensitif tuannya. Ketika tangan kecil Rara menyentuh miliknya, seketika pria dingin itu meremang, matanya terpejam merasakan sentuhan lembut tangan kecil gadisnya. "Apa yang kamu lakukan." Suaranya lirih dan berat. Tersungging senyuman di bibir gadis itu, dia yakin jika rencananya sebentar lagi akan berhasil. "Menggoda anda Tuan." Tak memperdulikan David yang telah menunggu, Raymond menidurkan Rara kembali.
"Kamu mau kemana Ra?" "Menunggu Tuan pulang Kak," jawab Rara sambil berjalan. Amanda turut mengikuti langkah kaki Rara, dia juga ingin menyambut Raymond. Baru sampai di ujung tangga, Raymond sudah masuk dengan beberapa pengawalnya, takut sang Tuan akan marah Rara berlari mendekat. "Maaf Tuan." Sambil mengambil tas jinjing yang sudah dibawa oleh David. "Siapkan dirimu untuk dihukum malam ini." Ujarnya dingin. Rara melemas, besok pagi dirinya pasti encok dan kesulitan berjalan saat datang ke kampus. Saat Raymond hendak naik ke atas, inilah kesempatan Amanda berpura-pura jatuh agar Raymond menangkapnya, semua berjalan sesuai ekspektasinya tangan Raymond refleks menangkap tubuhnya namun setelahnya Raymond melepas tangannya. Amanda terjatuh di hadapan banyak orang, dia benar-benar malu, sedangkan Rara berusaha menolong kakak sepupunya sambil menahan tawa. "Kenapa nggak hati-hati sih kak." Tau jika Rara menertawakannya Amanda segera berdiri kemudian pergi ke kamarnya. Di dalam kamarn
Raut wajah Raymond seketika berubah, dia segera mengalihkan pembicraan mereka dengan mengajak Rara tidur. "Aku mengantuk ayo tidur." Langsung dia menarik selimut dan tidur membelakangi gadisnya. Gadis itu pun melakukan hal yang sama, beberapa waktu berlalu keduanya telah tiba di alam mimpinya. Baru saja memejamkan mata pagi sudah datang menyapa, seperti biasa Rara menyiapkan segala keperluan Raymond. Setelah sarapan mereka bergegas berangkat karena hari sudah siang.Sesampainya di depan kampus mobil Raymond berhenti, "Kenapa tidak di dalam saja kalau sudah telat," Alasannya sama seperti semula jika dia tidak ada yang tahu jika dirinya diantar."Saya turun dulu ya Tuan." Bergantian Rara mengecup pipi sang Tuan lalu turun."Bibirnya belum." Rara yang sudah turun memasukkan setengah badannya untuk mencium bibir Raymond."Hati-hati Tuan," katanya lalu berlari.Melihat sikapnya Raymond jijik sendiri, bagaimana dia bisa seperti ini. Sepanjang perjalanan ke kantor Pria posesif ini senyum-se
Raymond yang malam itu merasa kecewa dan patah hati memilih keluar negeri untuk menenangkan dirinya sembari berpikir apa langkah selanjutnya, tetap mempertahankan wanita yang tidak mencintainya atau melepas wanita itu agar bebas dari belenggunya. Cinta memang virus yang bisa merubah orang termasuk Raymond, cinta yang bersemayam di hatinya benar-benar membuatnya lemah dalam memutuskan. Dia terus memandangi foto gadisnya, rasa rindu mulai menyeruak masuk membuatnya tak tau harus bagaimana hingga suara David asistennya membuyarkan segalanya. "Tuan, anda harus makan dari tadi anda tidak makan sama sekali." Asisten ini sangat khawatir dengan sang Tuan. "Pergilah! aku tidak lapar." Tak ada yang bisa David lakukan selain keluar dari kamar tuannya, apakah memang seperti ini orang yang sedang patah hati? Tak hanya Raymond Rara pun sama, dia terus memandangi foto tuannya berharap sang tuan cepat pulang karena rindu di dirinya meronta memanggil sang Tuan. Keduanya sama-sama disiksa rindu,
Tak ada yang bisa Rara lakukan selain mengikuti kemauan sang Tuan meski dia tidak nyaman dengan kehadiran para pengawal tersebut.Hari-hari Rara jalani dengan pengawalan yang ketat, dia benar-benar stres karena setiap dia berbicara dengan teman lelaki pengawal tersebut segera menegur temannya."Sumpah An, aku tuh benar-benar stres, kamu lihat sendiri kan tadi, padahal aku cuma bertanya mengenai praktek bulan depan, dua pengawal itu udah langsung menegur Rehan." Rara meluapkan semua kekesalannya pada Ana.Tak berselang lama, Raymond menghubungi Rara dia tidak suka jika Rara berbicara dengan lawan jenis.Merasa frustasi Rara pun mengusap rambutnya dengan kasar, Raymond benar-benar posesif dan over protektif padanya.Seminggu kemudian, kampus akan mengadakan acara untuk memperingati hari berdirinya, pak Rektor mengundang Raymond sebagai tamu kehormatan.Raymond yang selalu sibuk dengan pekerjaannya tidak pernah hadir ketika diundang namun kali ini dia mau menghadiri acara tersebut karena
Merasa lelah Rara masuk terlebih dahulu, meninggalkan sang Tuan dengan para pengawalnya. Di acara tadi Rara berharap Raymond mengejarnya untuk meminta maaf namun ternyata harapannya pupus karena tuannya tidak peka sehingga membiarkannya dirantai rasa cemburu. "Pulang dari kampus kemana?" Ternyata Raymond masih penasaran. "Rumah Ana," jawab Rara singkat. Untuk menghindari percakapan dengan kekasihnya, gadis itu mengeluarkan buka dan mengerjakan tugas yang belum dia kerjakan. "Baru pulang langsung mengerjakan tugas, apa tidak rindu dengan aku." sindirnya. "Tidak sama sekali." Pandangan Rara tidak berubah. "Kamu masih cemburu?" Ucapan tuannya kali ini membuat Rara kesal, api cemburu yang belum padam kini seakan berkobar. "Untuk apa cemburu, sadar diri saja." Rara terus sewot sehingga membuat prianya merasa gemas. Tanpa aba-aba Raymond menarik tubuh Rara lalu memeluknya, "Maaf jika kamu cemburu," bisiknya. Api yang berkobar padam seketika, hanya kata maaf dari sang Tuan mampu me