Hari itu, pagi di istana Yishu sangat cerah. Semalam salju turun dengan lebat, pagi ini hanya tinggal tumpukan putih di jalanan. Putri Lian Hua tinggal di istana Lian Hua, istana itu dibuat khusus atas kelahirannya dan dinamai sesuai dengan namanya sendiri. Mendengar hal ini, rakyat semakin iri dengan seluruh nasib baik yang mengelilingi Putri Lian Hua.
Putri Lian Hua keluar dari istana Lian Hua menggunakan mantel bulu rubah— yang sekali lagi dibuat khusus untuknya. Pangeran Mahkota sengaja pergi berburu demi membuatkan sang adik tercinta mantel khusus dari bulu terbaik. Menggunakan pakaian berwarna merah muda di balik mantel bulunya, Putri Lian Hua akan naik ke atas tandu yang akan membawanya ke aula istana. Ketika kakinya berhenti dan matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terganggu, disanalah masalah akan muncul.
"Kau..." ia menatap tajam kepada salah satu dayang istana yang berdiri di sebelahnya sambil menunduk. Tanpa diperintahkan, Dayang Chang meraih wajah gadis itu, memperlihatkannya kepada putri Lian Hua. "Apa kau menggunakan riasan?" tanya sang putri marah.
Dayang istana itu langsung bersujud, "tidak, Yang Mulia. Hamba tidak memakai riasan apapun."
Lian Hua mendengus, "walaupun kau tidak menggunakan riasan, kau tetap tidak boleh terlihat lebih mencolok dariku." Lian Hua tidak peduli jika gadis dayang itu sudah menggigil dan menangis. "Kau harus memberi bibirmu arang jika berwarna merah, kau harus melumuri wajahmu dengan lumpur jika terlalu bersih. Apa kau ingin menyaingiku? Apa kau juga ingin memakai pakaian yang sama denganku? Siapa yang coba kau dekati? Pangeran pertama? Pangeran kedua? Atau ayahku?" tanya putri Lian Hua.
"Tidak, Yang Mulia. Aku tidak memiliki maksud apapun!" gadis itu mulai terisak, tidak ada yang bisa menolongnya, tidak ada selama sang putri sendiri tidak ingin menolongnya. "Dayang Chang, pindahkan wanita ini ke istana belakang! Mulai hari ini, dia akan membantu para pelayan di sana. Ingat kejadian hari ini baik-baik, ini juga berlaku untuk semua orang!" mengabaikan isak tangis dan panggilan dayang istana itu, Lian Hua naik ke tandunya yang sudah siap membawanya ke aula istana.
Para dayang istana yang mengikutinya menelan ludah mereka berat. Setiap hari, selalu saja ada orang yag harus mendapatkan hukuman atau dipindahkan oleh putri mereka. Melayani annggota kerajaan yang paling muda bahkan lebih sulit dari pada melayani sang ratu—ah tidak, bahkan raja tidak sesulit ini.
Putri Lian Hua tidak suka dayang istana terlihat lebih cantik dari dirinya, apalagi hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan tunangannya. Ini bukan berarti putri Lian Hua memiliki wajah yang jelek, tidak. Kenyataannya, putri Lian Hua memiliki wajah yang sangat cantik. Dia tidak terlihat seperti ayah, ibu, ataupun kakak-kakaknya karena kecantikannya lebih dari mereka. Wajah yang bulat, bibirnya yang kecil, hidung yang pas di wajah bulatnya, alisnya, matanya, semua terlihat sangat sempurna. Namun semua kecantikan itu tertimbun oleh sifat mengerikannya yang seperti penyihir jahat.
Dia selalu marah, selalu berteriak, selalu mengerutkan kening, selalu tidak senang dan paranoid, jangan lupakan sang putri juga sangat manja. Apa itu kecantikan? Bagi mereka yang sudah tahu sifat aslinya, tidak akan pernah melihat sedikitpun kecantikan dari wajah itu.
Duduk di tandunya dengan dagu yang terangkat. Putri Lian Hua diikuti oleh iring-iringan yang ramai. Dia suka kemewahan, dia punya kuasa dan ia senang memamerkan kekuasaannya. "Dayang Chang, apa menurutmu pangeran masih mengingatku?" tanya sang putri kepada dayangnya.
Dayang Chang berbicara dengan sangat tenang, seperti air danau Yinshu yang tenang, "Tentu saja, pangeran Wang Zifeng tidak akan bisa melupakan anda, Yang Mulia." Lian Hua tersenyum senang. Wajah sang pengeran masih terukir di pikirannya setelah bertahun-tahun lamanya, tidak mungkin pria itu melupakannya, bukan?
Tandu yang ia tumpangi berhenti dan dayang istananya berteriak, "ada apa?" tanya Lian Hua melihat ke arah depan. "Yang Mulia, ada tuan muda Chen di depan." Tuan muda Chen? Kenapa teman kakaknya di sini? Lian Hua turun dari tandu setelah di bantu oleh dayangnya. Ia mendekat dan betapa terkejutnya ia melihat kejadian di depannya.
Chen Lei, teman pangeran ketiga tergeletak di tanah, bajunya kotor dan sudut bibirnya berdarah. penjaga yang datang bersamaan Lian Hua segera membantu tuan muda Chen untuk bangkit. "Ka-kau! Bagaimana bisa kau memukulku hanya karena seorang pelayan istana?" Sang putri juga melihat seorang pria yang memunggunginya. Pria itu menggunakan pakaian hitam dan sebuah pedang tersarung di pinggangnya. Dari posisinya, ia tidak melihat wajah si pria, namun ia bisa melihat seorang wanita di dalam pelukan pria berbaju hitam itu. Seorang pelayan istana.
"Tuan muda Chen, apa yang kau lakukan di sini?" Chen Lei juga sudah melihat kedatangan putri Lian Hua dari jauh, tetapi pukulan di tubuhnya tidak main-main. Ia meringis dengan bibir yang sobek. "Yang Mulia, dia mmukulku hanya karena seorang pelayan!"
Pria itu hendak memukul Chen Lei lagi tetapi pelayan di pelukannya menghentikannya. "Jika kau bicara lagi, aku akan memukulmu lebih keras. Tidak peduli jika kau adalah seorang pangeran sekalipun." suara pria itu tidak terdengar seperti suara kakak-kakaknya. Atau suara milik anak-anak bangsawn yang sering mengunjungi istana. Pria itu juga tidak terlihat seperti penjaga atau prajurit atau orang-orang dari bagian keamanan. Lian Hua memutuskan untuk mendekat, melihat wajah wanita dan pria asing itu.
Bibirnya terbuka tidak menyangka, melihat keadaan si pelayan, dari atas hingga bawah, pelayan istana itu terlihat sangat berantakan. Dimulai dari bajunya yang robek dan kotor, hingga bahunya yang mulus terlihat, roknya juga sobek. Wajah cantik pelayan itu basah dengan air mata serta debu. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan sang pria asing, memeluk pria yang telah menolongnya semakin erat.
Lian Hua sepertinya tahu apa yang sedang terjadi. Chen Lei melihat pelayan cantik di depannya, tidak tahan dengan godaan yang tersaji, diapun berniat untuk meniduri pelayan ini, tetapi si pelayan menolak dan pria misterius ini datang membantunya. Awan gelap muncul di wajah Lian Hua, perjalanannya terganggu hanya karena seorang pelayan rendah?
Sang putri melipat tangannya di depan dada, "tuan muda Chen, pelayan istana adalah milik raja, apa kau ingin dipenggal karena sudah berani menyentuh milik Yang Mulia?" ujar Lian Hua dingin dan kejam. Chen Lie mengenal watak Lian Hua dengan baik, wanita itu terlihat sangat lembut dan baik tetapi ia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Wajah Chen Lei memucat.
"Tuan putri Lian Hua, aku mohon, ampuni aku." tuan muda Chen bersujud di depannya. Lian Hua berdecak, ia tidak punya keinginan untuk menyelamatkan siapapun, ini juga bukan urusannya jika Chen Lei mendapatkan hukuman, tetapi hari ini ia akan bertemu dengan tunangannya, selain itu Chen Lei adalah teman dekat kakak ketiganya, ia tidak ingin membuat kakaknya sedih, jadi gadis itu berkata. "Baiklah, aku tidak akan melaporkan apapun kepada ayah, jika sesuatu terjadi, biar aku yang berbicara dengan Yang Mulia Raja."
"Terima kasih, putri Lian Hua."
Lian Hua kembali berpikir, "jika kau mau, aku akan meminta kepada ayahku untuk memberikan pelayan ini padamu. Tidak perlu membuat masalah di istana." Jika Chen Lei berubah cerah, maka tatapan penuh ketakutan diberikan oleh si pelayan wanita. Ia melepaskan dirinya dari pria yang telah menolongnya, dan berlutut di hadapan sang putri. "Yang Mulia, tolong jangan lakukan itu. Aku... lebih baik aku menjadi pelayan di istana ini selamanya dari pada anda memberikan hamba kepada tuan muda Chen!" wanita yang seumuran dengan putri Lian Hua merangkak untuk meraih kaki sang putri.
Dia tidak ingin diberikan untuk tuan muda Chen, dia lebih memilih bekerja di istana ini sebagai pelayan hingga ia tua. Ia ketakuan sambil menangis, ia terisak hingga air matanya berjatuhan ke tanah. Bukannya simpati, Lian Hua mendorong wanita itu dengan kakinya, "ais, kau mengotori pakaianku!" Teriaknya, para dayang istana langsung membersihkan ujung pakaiannya yang bahkan tidak kotor.
"Tuan muda Chen menyukaimu, untuk apa menolaknya? Oh, dengan wajah secantik itu, tujuanmu masuk ke istana ini pasti ingin menarik perhatian Yang Mulia Raja atau Pengeran Mahkota." Lian Hua mencibir. Seluruh pelayan ataupun dayang di istana ini pasti ingin mendapatkan perhatian dari keluarga kerajaan. Jika salah satu pangeran menyukai dayang istana, ayahnya tidak akan ragu membiarkan putranya menjadikan pelayan itu sebagai selir pangeran.
Tidak kecuali dengan wanita ini.
Tangisan sang pelayan semakin keras dengan tubuh bergetar. "Yang Mulia, hamba tidak pernah berpikir seperti itu..." lirihnya. Lian hua tidak peduli.
"Kalau begitu, bisakah kalian beranjak dari sini? Aku harus segera pergi." Dia sudah terlambat, dan pangeran Wang Zifeng mungkin sudah datang sejak tadi.
"Yang Mulia Pangeran, anda di sini!" sekelompok orang yang dimpin oleh Pangeran Mahkota datang menghampiri mereka. "Lian Hua, kau juga di sini!"
"Kakak," sapa Lian Hua singkat. Tetapi sang kakak tidak melihat kepadanya, melainkan kepada pria misterius yang wajahnya belum ia ketahui.
"Aku sudah mencari anda kemana-mana, Pangeran Wang Zifeng."
"Pangeran Wang Zifeng?" sibuk dengan keributan yang dibuat oleh seorang pelayan istana dan Chen Lei, Lian Hua berpikir pemuda misterius itu hanyalah seorang penjaga yang tidak sengaja lewat, siapa sangka dia salah besar.
Lian Hua memutar tubuhnya, hingga kini ia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.
"A-Yuan, Apa kau tidak apa-apa? Apa yang kau lakukan di sini?" Shen Hua menyentuh wajah sang putra, memeriksa setiap bagian tubuhnya, memastikan tidak ada luka di tubuh anaknya itu."Tuan Zai menyuruh kami semua untuk pergi dan bersembunyi di dalam hutan. Dia terlihat begitu khawatir, tetapi aku ingin bertemu dengan ibu, jadi aku ingin menemui ibu." Shen Hua terdiam karena anaknya yang ketakutan setelah mengaku kepadanya. Ia tidak bisa marah sebab dirinya bisa merasakan ketulusan dari ucapan sang anak untuknya. Pada akhirnya, Shen Hua hanya bisa kembali memeluk tubuh A-Yuan ke dalam pelukannya."Ibu sangat berterima kasih karena kau memikirkan ibu, tetapi sekarang bukanlah saat yang tepat. Kita harus segera pergi dari sini, kita harus sembunyi karena saat ini keadaan Perbatasan tidak aman."A-Yuan meraih tangan ibunya. Mereka berdua berjalan dengan cepat menjauhi kekacauan yang ada di jalanan Perbatasan. Walaupun ia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi suara teriakan maupun kuda
Hal pertama yang Shem Hua lakukan adalah pergi ke tempat putranya— A-Yuan berada. Ia harus memastikan siapapun orang yang tengah mencarinya, tidak mengusik Shen Shunyuan.Bukan sekali ataupun dua kali orang-orang akan mencarinya, biasanya itu adalah salah satu pelanggannya, baik mereka yang tidak menyukainya ataupun orang yang terlalu terobsesi kepadanya. Tidak jarang para pelanggannya juga menawarkan kehidupan sebagai seorang wanita simpanan padanya, namun Shen Hua menolak semua tawaran itu. Sebagian akan menerima keputusannya dengan lapang dada, akan tetapi tidak sedikit yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan sang wanita penghibur.Dirinya hanyalah seseorang yang diasingkan, ia tidak memiliki kekuatan ataupun kekuasaan termasuk untuk menyembunyikan putranya serapat mungkin. Jika seseorang sudah berniat untuk menggali semua tentang dirinya, maka mereka akan mengetahui keberadaan A-Yuan, jadi, hal pertama yang ia lakukan adalah memastikan bahwa putranya masih baik-baik sa
"Ibu!""Kakak!" seorang remaja laki-laki bersama anak laki-laki berlari ke arahnya saat Shen Hua baru menginjakkan kakinya keluar dari kereta kuda yang ia tumpangi.Shen Yandao berdiri di depannya, memberinya pandangan yang mengisyaratkan rasa lega dari kedua bola matanya yang hampir serupa dengan Shen Hua. Sedangkan si anak laki-laki langsung memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di perutnya.Shen Hua sedikit terkejut, karena ia baru saja meninggalkan wilayah Xuanzhe, sedangkan Perbatasan yang menjadi tujuannya masih jauh di depan saja."Apa yang kalian lakukan di sini? Alisnya bertaut, dengan ujungnya yang naik. Tangannya berusaha melihat wajah Shen Shunyuan yang semakin mengeratkan pelukannya pada pinggangnya dengan tangannya yang kecil."Jangan marah dulu, A-Yuan sangat mengkhawatirkanmu. Kau tidak perlu cemas sesuatu akan terjadi kepadanya. Karena dia datang bersamaku.""Kau tahu bukan itu yang aku khawatirkan, tentu kau bisa menjaganya dengan baik—""Kakak.." dengan lembut sang
"Apakah itu berarti kau adalah salah satu kepercayaan Wang Zifei? Kalian pasti begitu dekat. Dia juga tidak terlihat memperlakukanmu seperti seorang bawahan." jika diingat kembali, kesan pertamanya kepada Su Mengli adalah seorang wanita yang begitu misterius. Tatapannya, caranya berbicara serta aura yang mengelilinginya, yang bisa membuat Shem Hua terdiam hanya dari lirikan matanya.Mungkin karena mereka telah saling mengenal selama lima tahun, hingga pandangannya terhadap Su Mengli sedikit berubah. Shen Hua pikir ia telah mengenal wanita itu lebih jauh, namun ternyata melihat Su Mengli yang ada di depannya sekarang iapun sadar jika setiap orang memiliki rahasia mereka sendiri, dan mungkin banyak orang yang ia anggap sudah mengenal dengan baik namun ternyata ia tidak tahu apa-apa tentang mereka."Aku dan Pangeran Wang Zifei memiliki hubungan yang cukup rumit." Su Mengli Menjawabnya setelah diam cukup lama."Apa? Apa kalian dulu adalah mantan kekasih?" Entah apa yang merasukinya hingg
"Kau tidak akan pergi sendiri. Seseorang akan menemanimu kembali ke Perbatasan." Di tengah berbagai kebingungan dalam pikirannya, Wang Zifei berkata, namun seolah Shem Hua tidak ingin mendengarnya, wanita itu kembali memotong dengan cepat."Tidak perlu. Perjalanan kembali ke Perbatasan tidak begitu jauh, juga tidak berbahaya. Aku bisa kembali sendiri." ada rasa kesal dan amarah di dalam hatinya. Suasana hatinya langsung berubah dan yang keluar dari mulutnya sekarang hanyalah gerutuan. Ini seperti bertemu dengan dirinya yang lalu, seorang putri yang terus menggerutu, kesal, dan marah sepanjang hari."Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu kembali seorang diri. Aku sudah berjanji akan mengantarmu kembali ke Perbatasan dengan selamat. Walaupun bukan diriku yang mengantarkanmu secara langsung, tetapi aku juga harus memastikan keselamatanmu. Tidak ada penolakan. Bersiaplah dan kita akan segera kembali."Jujur saja berpikir harus kembali seorang diri ke Perbatasan Shen Hua juga tidak bisa memas
"Aku rasa ini adalah tempat yang bagus." Shen Hua melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan Wang Zifei yang besar. Pria itu melirik ke arah tangannya yang tiba-tiba hampa dan melihat kepada seorang wanita di hadapannya."Kau akan menari di sini?" Tanyanya, menarik tangan yang masih menggantung di udara."Ya, tempat yang bagus juga akan mendukung sebuah penampilan. Kau berdirilah di sana, nikmati pertunjukan yang aku tampilkan." Ia memberikan gestur dengan tangannya.Setelah dengan penuh semangatnya Shen Hua menarik sang pangeran kesana kemari mencari tempat untuk menampilkan tariannya, akhirnya wanita itu memilih sebuah tempat yang berdekatan dengan gurun. Tanah yang ia injak bukan lagi tanah keras, tetapi pasir, dengan pepohonan rindang yang masih menaungi mereka. Malam itu bulan begitu terang, tidak ada awan yang menutupi cahayanya nan jatuh tepat kepada seorang wanita yang berdiri di bawahnya.Wang Zifei memundurkan langkahnya, memberikan ruang yang cukup untuk Shen Hua