Share

Bab 7

Meski susah payah, akhirnya kaleng berbentuk tabung itu berhasil kubuka. Tanpa pikir panjang kutenggak cairan itu hingga hampir tandas. Pahit getir menyapa lidah, tapi tak menyurutkan niatku untuk menghabiskannya.

Belum hilang rasa pahit yang menyiksa lidah, tiba-tiba dadaku terasa sesak leherku seperti tercekik. Aku kesulitan bernafas, mata berkunang-kunang kepala pusing luar biasa. Hingga semua menjadi gelap, aku tak ingat apa-apa lagi.

"Mey ...!" Hanya teriakan histeris Umi yang kuingat terakhir kali, sebelum kesadaranku benar-benar hilang.

Perlahan aku membuka mata, hal pertama yang tertangkap indera penglihatanku adalah ruangan serba putih. Seketika aku berfikir, bahwa aku berada di alam lain. Tapi bau obat yang menusuk hidung membuatku sadar, aku tengah berada di rumah sakit. Di tanganku tertancap selang infus, begitu juga hidungku yang terdapat selang alat bantu nafas.

Padahal aku berharap mati saja, daripada hidup hanya menjadi aib dan beban orang tua. Tapi rupanya Allah b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status