Manda mengerutkan keningnya mendapati Giyan ada bersama meraka, “Von, kenapa Giyan ada di sini?!” protesnya kepada sang sahabat.“Manda dengarkan dulu penjelasanku,” Vony yang berusaha menenangkan Manda.Sedangkan Giyan sendiri tidak berkata apa-apa dan terus mengamati pembicaraan antara Manda dan ketiga sahabatnya itu. Tentu saja sesuai rencana mereka.“Manda kami sudah mengetahui latar belakang keluarga tunanganmu,” ucap Vonytiba-tiba.Manda terkejut mendengar ucapan dari kedua sahabatnya, itu karena latar belakang Vicky hanya diketahui oleh keluarganya. “Siapa yang memberitahu kalian?!” Tanya Manda kepada Vony dan kedua sahabatnya.“Iya Manda, kami sudah mengetahui semuanya, kalau untuk itu…” sahut Dina sengaja menggantung kalimatnya.“Aku yang memberitahu mereka,” imbuh Giyan sambil mengangkat satu tangannya ke atas.Manda tersentak dan menatap tajam kepada Giyan, “Giyan! Siapa yang memberimu informasi tentang itu?!”“Ayahmu yang memberiku informasi itu,” jawab Giyan, tertawa keci
Keesokan paginya…Vicky hanya melihat ponselnya dengan sekilas saat mendengar suara pemberitahuan pesan dari Manda, lalu kembali melanjutkan meeting dengan karyawannya.Tidak seperti sebelumnya, ketika pesan dari Manda masuk. Vicky pasti akan menyempatkan waktu untuk langsung membalas pesan Manda. Namun pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, Vicky sudah mendengar rekaman suara yang diambil dari Villa tempat Manda dan Giyan menginap.Rekaman itu berisi tentang percakapan Manda, dan bagaimana teman-teman Manda menuduh Vicky berselingkuh. Dan di bagian akhir rekaman, terdengar suara desahan Giyan dan Manda yang bahkan orang bodoh sekalipun akan mengetahui apa yang sedang terjadi ketika mendengar suara itu.Walaupun sudah mengetahui Manda berselingkuh, Vicky terpaksa harus tetap mempertahankan statusnya sebagai calon menantu keluarga Mahardika. Saat ini kondisi kesehatan Kakek Manda sedang kurang baik, Vicky akan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan jika dia sudah tidak mau melanj
Di saat yang bersamaan, Vicky yang sedang beristirahat di kamarnya terlihat meraih ponselnya, nama Barry muncul sebagai pemanggil, tanpa menunggu lama Vicky langsung menjawab panggilan dari Barry.“Halo,” ucap Vicky sedikit penasaran karena Barry menghubungi ponselnya di jam seperti ini.“Tuan Muda, ini tentang Nona Vanya,” balas Barry dengan suara yang terdengar sangat serius.Tiba-tiba wajah wanita cantik yang seakan menghilang dari ingatan Vicky kembali muncul setelah mendengar nama Vanya disebut.“Aku baru mendapat laporan dari Eddy jika Nona Vanya sedang berada dalam bahaya,” ujar Barry.“Ada apa dengan Vanya?!” tanya Vicky yang mulai terlihat panik.“Menurut laporan dari Eddy, Bastian dan Giyan sekarang sedang bersama Nona Vanya, mereka berencana untuk menjebak Nona Vanya menggunakan obat tidur," Terang Barry.Emosi Vicky seketika meledak mendengar hal itu.“Barry! di mana kamu sekarang?!!” tanya Vicky.Sambil tetap memegang ponselnya Vicky langsung berlari menuju parkiran mobil
Begitu tiba di kediamannya, tiga orang pelayan wanita yang bekerja di rumah Vicky langsung menyambut kedatangannya.Sebelumnya, Barry sudah memberitahu kepada ketiga pelayan itu tentang kedatangan Vicky dan kondisi Vanya yang sedang tidak sadarkan diri.Vicky menyerahkan Vanya yang sedang tidak sadarkan diri kepada ketiga pelayan itu begitu dia turun dari mobil.“Tolong ganti baju dia terlebih dahulu,” ucap Vicky sembari memandangi pakaian yang dikenakan Vanya.“Pasti dia akan merasa kurang nyaman jika tidur menggunakan pakaian seperti itu,” sambung Vicky.Dua orang pelayan wanita langsung mengikuti perintah Vicky. Sedangkan pelayan yang lain menyiapkan keperluan Vanya.Setelah memberi instruksi kepada pelayan, Vicky kembali menuju kamarnya, sebelum beristirahat, dia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.Beberapa menit berlalu, Vicky mematikan kran air lalu mengambil handuk yang berada di dekatnya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, Vicky dikejutkan oleh Vanya yang kini
"5 menit lagi...," gumam Vanya yang masih merasa berat untuk bangun dari tidurnya.Dia masih sulit untuk membuka matanya, entah mengapa hari ini tempat tidurnya terasa sangat nyaman, dia kembali tidur sambil memeluk bantal guling di sampingnya.5 menit berlalu,...Dan setelah 10 menit berlalu,Vanya akhirnya mulai membuka matanya, mau tidak mau dia harus bangun untuk berangkat kerja."Apa ini?" gumam Vanya sambil perlahan membuka matanya, samar-samar dia melihat bantal guling yang dipeluknya terlihat berbeda.Ketika akhirnya mata Vanya terbuka, dia sontak terkejut. Karena yang dia peluk bukanlah bantal guling melainkan tubuh seorang pria yang bertelanjang dada.Dia semakin panik ketika menyadari jika saat ini dia hanya mengenakan pakaian tidur tipis tanpa dalaman dengan seorang pria yang tidak dia kenali.Karena kondisi ruangan yang sedikit gelap, Vanya tidak dapat melihat wajah pria kurang ajar yang sudah melakukan ini padanya."Arrrgg!" teriak Vanya sambil melepas pelukannya dari tu
***“Vicky! Jangan melihat kesini! Tutup matamu!” teriak Vanya sambil mencoba menutupi tubuhnya.“Hahaha....” Vicky tertawa melihat tingkah lucu Vanya.Karena menggunakan pakaian tidur dengan bahan yang tipis, membuat tubuh Vanya yang sedang tidak mengenakan dalaman terlihat dengan jelas ketika terpapar sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar.Vanya mengambil handuk kimono milik Vicky yang di gantung tidak jauh dari tempatnya berdiri, dan langsung menggunakannya untuk menutupi tubuhnya.Dengan wajah cemberut, Vanya berjalan menuju kamar mandi.Namun ketika dia tepat berada di samping Vicky yang masih malas-malasan di tempat tidur, tangannya langsung di tarik, sehingga tubuhnya jatuh menindih tubuh Vicky.“Nona Vanya, mau ke mana?” tanya Vicky. Wajahnya kini berada tepat di depan wajah Vanya.“Vicky, aku mau mandi, aku telat ke kantor,” jawab Vanya sambil berusaha melepaskan pelukan Vicky darinya.“Tapi aku masih ingin bersamamu,” ucap Vicky.Vanya tersenyum. “Iya, tapi aku har
Adelia ingin memberitahu Vanya tentang Barry yang pagi ini membeli 30 mobil mewah, dan mengirim mobil itu ke beberapa pemilik perusahaan besar sebagai hadiah. Namun sudah berulang kali dia mencoba menghubungi ponsel Vanya, tapi tak sekalipun Vanya menjawab panggilannya.“Kak Vanya, ... kamu di mana...,” lirih Adelia.Adelia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas, dia akan mencoba menghubungi Vanya setelah serah terima kendaraan yang di percayakan Eddy kepadanya.Saat ini dia sudah berada di salah satu rumah mewah yang memesan mobil Audi TT Coupe seharga 1,8 Milyar. Setelah mengantar mobil sampai pekarangan rumah, sopir yang mengantar Adelia terlihat menunggu di dekat pos satpam rumah mewah itu.Adelia mengetuk pintu rumah, tak berselang lama, seorang pemuda tampan membuka pintu lalu menyapa Adelia sambil tersenyum.Senyum pemuda itu sempat membuat Adelia salah tingkah, dia sudah sering menemani Vanya serah terima kendaraan. Namun baru kali ini dia bertemu pembeli yang berwajah tamp
Dua minggu berlalu dengan cepat, setiap pagi, sebelum Manda berangkat kuliah, Manda selalu datang mengunjungi kantor Vicky. Sudah dua minggu dia tidak pernah bertemu dengan tunangannya, sudah dua minggu pula Vicky tidak menjawab panggilan teleponnya.Entah sudah berapa ratus pesan yang dia kirimkan kepada Vicky, tak ada satu pun yang mendapatkan balasan.“Vicky...,” lirih Manda dengan raut wajah yang terlihat sangat sedih.Manda masih tidak mengetahui alasan mengapa Vicky memperlakukannya seperti ini. Dalam pikiran Manda, tidak mungkin Vicky mengetahui hubungan terlarangnya bersama Giyan sewaktu berada di Bogor.Devita yang sudah dua minggu ini terus memperhatikan Manda, mulai merasa iba kepada gadis cantik itu, Devita juga mulai sedikit menyalahkan Vicky yang sikapnya tiba-tiba berbalik 180 derajat kepada Manda.Devita meletakkan beberapa dokumen yang berada di tangannya ke meja, kemudian menghampiri Manda yang sedang tertunduk lesu di ruangan Vicky.“Nona Manda,” sapa Devita dengan