Cantika akhirnya tiba di rumah.
"Assalamualaikum," Cantika berucap salam ketika masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam."
Cantika tertegun pada orang yang menjawab salamnya Dilihatnya Mak Murni yang menjawab salam dan sedang duduk di ruang tamu.
Senyum bahagia langsung tersungging di bibir Cantika, ternyata telepatinya langsung kontak batin dengan Mak Murni. Tak disangka Mak Murni ada di rumahnya.
Mak Murni tersenyum melihat Cantika sudah pulang dan ada di ambang pintu. Dia berdiri menyongsong Cantika.
“Nenek..!” seru Cantika sambil menghambur ke arah Mak Murni. Dipeluknya Mak Murni dengan erat.
Mak Murni tertawa. Dia bahagia sekali bisa melihat Cantika kembali. Dia membalas pelukan Cantika dengan erat.
Sebelas tahun bukan waktu yang sebentar. Selama itu tidak pernah bertemu Cantika. Mak Murni melihatnya terakhir kali ketika usia Cantika hampir tujuh tahun, sebelum dia masuk asrama
Sekarang Cantika sudah dewasa, bukan lagi gadis kecil yang lucu menggemaskan.
“Kamu sudah besar, Nak. Sudah dewasa. Nenek hampir tidak mengenalimu,” ucap Mak Murni lirih tak lepas dengan senyum bahagianya.
Cantika tertawa. Dilepasnya pelukan eratnya pada Mak Murni. Dengan bahagia dibimbingnya Mak Murni supaya masuk ke ruang tengah.
“Duduk di sini yuk, Nek. Biar enak,” usul Cantika sambil menarik lengan Mak Murni supaya duduk di sofa.
Wahyu dan Nisa tersenyum lebar melihat Cantika dan Mak Murni melepas kangen. Mereka meninggalkan keduanya supaya tidak terganggu.
"'Nenek sehat, kan?" tanya Cantika ketika dilihatnya tubuh Mak Murni sedikit langsing, yang biasanya dulu gemuk.
“Syukurlah, Nenek sehat, Nak.” Mak Murni tersenyum. Matanya tak lepas memandangi Cantika. Dia sungguh tak percaya melihat Cantika sudah beranjak dewasa dan sangat cantik.
‘Tadinya Cantika mau ke rumah Nenek. Tapi nggak jadi. Eh, malah Nenek yang datang kesini.”
“Oh ya? Berarti kita masih kontak batin dong, Cantika.”
“Hehe, iya, Nek.” Cantika terkekeh senang.
“Nek, boleh Cantika tanya sesuatu?” sambungnya setengah berbisik.
“Tanya apa, Nak? Tentu saja boleh.”
“Tentang ayah, Nek. Apa Ayah pernah punya istri setelah Ibu meninggal dan sebelum dengan Bunda Nisa?”
Mak Murni terdiam mendengar pertanyaan Cantika. Ditatapnya Cantika dalam-dalam.
"Kenapa bertanya tentang hal itu, Cantika? Itu masa lalu ayahmu."
“Cantika harus tahu, Nek. Karena ada makhluk berwujud wanita aneh ngin membunuh Bunda Nisa,” bisik Cantika hati-hati takut didengar Ayah dan bunda Nisa
“Hah, apa?” seru Mak Murni dengan suara tertahan. “Makhluk halus wanita?”
“Iya, Nek. Dan katanya itu istri Ayah, yang tidak suka Bunda Nisa merebut suaminya.”
Mak Murni menggeleng-gelengkan kepalanya. Pikirannya melayang teringat Laila. Apakah mungkin dia?
“Ayahmu memang pernah menikah sebelum dengan Bu Nisa, Cantika.” Akhirnya Mak Murni bercerita. "Namanya Laila. Dia pernah tidak suka padamu, bahkan membuat ibu kandungmu meninggal di santet dukun. Dia selalu berniat membunuhmu, tak ingin ada keturunan menggantikan anaknya yang dikandung. Lalu Laila kabur meninggalkan ayahmu setelah buat ayahmu celaka."
Mak Murni menghela napas sejenak. “Nenek dengar akhirnya dia kecelakaan dan meninggal. Tapi tubuhnya tidak ditemukan, kemungkinan hanyut di sungai. Karena mobilnya jatuh dan tenggelam di sungai.”
“Ayahmu dirawat di rumah sakit lumayan lama, bahkan sempat koma karena terluka. Dia tahu kabar Laila dari polisi. Katanya kemungkinan meninggal dan hanyut. Lelaki yang bersama Laila yang diduga pacarnya, ditemukan meninggal tenggelam," tutur Mak Murni panjang.
Cantika tercenung mendengar cerita dari Mak Murni. Dia sekarang mengerti kenapa makhluk aneh itu ingin membunuh Bunda Nisanya.
“Sepertinya Ibu Laila masih penasaran dengan Ayah, Nek. Di akhir khayatnya dia tidak pernah bertemu ayah. Hingga jadi arwah penasaran. Ayah harus mencari tubuh Ibu Laila atau mendoakannya dan memberinya tempat terbaik untuk jiwanya supaya tenang,” ungkap Cantika.
“Coba Nenek bicara pada ayah pelan- pelan. Cantika juga ingin bicara pada ayah, tapi takut kalau Cantika kebawa perasaan, Nek. Bukankah dulu Bu Laila tidak suka dan ingin Cantika mati?”
“Iya, Cantika. Nanti Nenek akan coba bicara pada Ayahmu," ujar Mak Murni. "Tentang Bu Laila, meski dia sudah jahat padamu dan ibumu, maafkan dia, biar jiwanya tenang." Mak Murni menasehati Cantika.
“Iya, Nek. Cantika sudah melupakannya dan berusaha memaafkan.”
Kemudian Cantika tersenyum. “Nek ceritakan tentang Ibu kandung Cantika, seperti apa dia? Aku ingin sekali melihat dan mengenalnya, waktu itu aku masih bayi ketika ibu tiada.”
Mak Murni tetsenyum, mengelus pipi Cantika dengan perasaan sayang sambil memandanginya.
“Ibumu sangat mirip denganmu, Cantika. Dia cantik dan baik hati. Meski sudah tidak ada di sampingmu, dia selalu mendampingimu dari alam sana. Dia tak selalupernah meninggalkanmu, dia ada dalam hatimu.”
Cantika tersenyum. Dipejamkan matanya. Dia bisa melihat ibunya sedang tersenyum memandanginya.
“Ibu,” bisiknya. “Cantika ingin sekali bertemu denganmu.”
Nun jauh disana, Minarni tersenyum memandangi putrinya. Dalam dimensi yang berbeda.
“Ibu akan selalu ada dalam hatimu, Nak. Meski berbeda alam, kasih ibumu akan selalu menemani dan bersemayam di hatimu.” bisiknya yang hanya bisa didengar dalam hati Cantika.
*****
Pagi ini Cantika kembali pergi ke kampus. Masa orientasi kampus masih berlangsung.
Dia kembali dikejutkan dengan kemunculan arwah penasaran bernama David, ketika sedang berjalan menuju gedung fakultasnya.
Makhluk bawel itu kembali membuntuti Cantika sambil memohon seperti kemarin, supaya Cantika mau membantunya.
Cantika sengaja berhenti berjalan dan menepi ke dekat pohon. David masih terus mengikutinya.
“Dengar ya, dunia kita sudah berbeda. Kenapa kamu ikuti aku terus? Kemarin aku hampir celaka gara-gara kamu terus menguntitku,” protes Cantika sambil berbisik pada arwah bernama David itu. Dia takut orang lain melihat tingkah anehnya berbicara sendiri.
David menyeringai. “Iya maaf, kemarin buat kamu hampir celaka. Tapi kamu cuek terus, sih, gak mau bantuin aku,” keluhnya. “Jadi aku ikuti kamu terus."
“Dengar, ya! pergi kamu jauh-jauh dariku. Aku tak mau kamu dekat padaku terus!” usir Cantika sambil mengibaskan tangannya
“Kamu ngomong padaku, Dek? Kenapa kamu usir aku?” Cantika kaget mendengar seseorang berbicara di belakangnya.
Dia langsung berbalik. Seketika matanya melotot kaget. Ternyata yang berbicara barusan adalah Leon, ketua Senat sekaligus ketua panita orientasi di kampus ini.
'Eh, m-maaf, Kak. Aku tak bicara pada Kakak. Aku lagi ngomong sendiri ini,” Gugup Cantika meminta maaf.
“Ngomong sendiri? Kok aneh? Di sini tak ada orang lain lagi selain kita. Jadi kalau nggak ke aku atau ke siapa kamu ngomong?” Lelaki itu mengerutkan kening lalu celingukan mencari orang lain, tetapi tak ada. Jadi memang dia hanya berdua dengan gadis itu.
“Eh, bukan, Kak. Aku lagi ngomel sendiri ini." Cantika jadi salah tingkah dan kebingungan untuk menerangkan. Jantungnya seketika berdegup lebih kencang ditatap tajam sepasang mata kelam dengan alis tebal dan wajah jernih tampan.
“Ya, sudah. Kamu ini aneh. Jangan bicara sendiri lagi,ya!” pungkas Leon, lalu kembali tubuh tegapnya meneruskan langkah menuju ke arah gedung fakultas Ekonomi.
“Cieee...ada yang salah tingkah, nih,” ledek David melihat wajah Cantika yang bersemu merah dan salah tingkah Cantika melotot pada David. Arwah penasaran itu berani meledeknya.
Tanpa menggubris David lagi, Cantika kembali berjalan ke arah gedung Fakultas Ekonomi.
“Hei.., tunggu!” David kembali mengejarnya. Namun dia tidak berani mengejar Cantika sampai masuk gedung. Karena dia kembali melihat makhluk mengerikan berwujud wanita aneh yang selalu ada di sana mendampingi seorang mahasiswi yang cantik.
David tak mau cari masalah dengan makhluk yang terlihat kejam itu. Dia juga tak mau makhluk itu mencium jejak gadis yang punya kemampuan khusus itu. Biarlah, gadis itu bagiannya untuk dimintai tolong tugasnya di dunia yang belum selesai.
****
Apel pagi di kampus berubah gaduh, setelah seorang panitia mengumumkan berita salah seorang mahasiswa baru bernama Aditia telah hilang dari kemarin.Katanya orang tuanya sudah mencari ke sana ke mari dan menanyai ke teman dan saudara tidak ada yang tahu.
Panitia mengumumkan barangkali diantara mereka ada yang melihatnya. Panitia juga menunjukkan sebuah foto ukuran besar untuk diperlihatkan pada para mahasiswa-mahasiswi baru yang sedang berkumpul berbaris di lapangan.
Cantika berusaha melihat lebih jelas foto yang diperlihatkan panitia. Wajah pemuda tampan ini ...Cantika tersentak. Bukankah itu yang ada di kelebatan kejadian kemarin? Jadi bukan Leon yang diseret dalam kejadian itu, tapi pemuda bernama Aditia. Wajah mereka selintas memang mirip.
Cantika menghela napas. Kelebatan itu tidak bisa lagi diteruskan, meski Cantika berusaha mengingatnya dan ingin tahu detail di mana pemuda itu diseret dalam bayangan kemarin. Cantika tidak bisa menggapai lintasan bayangan selanjutnya. Gelap.
Akhirnya Cantika tidak berusaha lagi mengingatnya. Kepalanya malah tambah sakit kalau terus dipaksa. Kalau memang Cantika ditakdirkan bisa menolong pemuda itu. Akan ada cara untuk mengetahuinya. Demikian pikir Cantika.
Apel pagi tidak terasa sudah selesai dan para mahasiswa segera masuk ke ruangan untuk diberi pengarahan selanjutnya.
Cantika berusaha mencari gadis yang kemarin bernama Sonya. Namun, dia tidak melihatnya ada diantara para mahasiswa baru. Apa dia tidak masuk?
Cantika masih merasa penasaran, ketika kemarin mendengar bisikan gadis itu dengan makhluk seram yang selalu mendampinginya, tentang bulan purnama.
Hari ini, Cantika ingat, hampir pertengahan bulan, di pastikan nanti malam akan ada bulan purnama.
Perasaan Cantika tidak tenang, instingnya mengatakan bakal ada hal buruk terjadi. Akan ada kejadian apa nanti malam?
Para Mahasiswa baru membubarkan diri dari kelas. Waktu pulang telah tiba. Cantika bergegas keluar dari area gedung fakultasnya. Baru saja hendak ke jalan pulang, arwah bernama David kembali muncul.
Cantika merasa sudah pusing dan bosan menyuruh David pergi darinya. Namun, arwah itu tetap membandel mendekati Cantika terus.
“Hei, aku tahu namamu Cantika. Jangan bosan dengar aku minta tolong, ya!” David kembali mengganggu Cantika. “Ayo dong, kamu bantu aku. Nanti aku juga bantu kamu. Aku tahu dimana mahasiswa yang hilang itu di sembunyikan.”
Ucapan David kali ini berhasil membuat Cantika berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya.
“Apa kamu bilang? Kamu tahu dimana mahasiswa bernama Aditia itu di sembunyikan?”
“Tahu dong." Senyum David misterius. “Kamu janji dulu mau bantu aku. Nanti aku akan tunjukkan di mana orang itu!”
Cantika mengembuskan napas kesal. Makhluk bernama David ini memang menjengkelkan. Namun, dia juga penasaran tentang hilangnya Aditia.
“Mau nggak? janji dulu ...nanti aku tunjukkan di mana orang hilang itu!" tawar David sekali lagi.
“Iya sudah, aku janji akan membantu. Sekarang tunjukkan di mana tempat pemuda itu di sembunyikan,” tandas Cantika. Akhirnya dia menyerah mau menuruti kemauan David untuk membantunya.
Cantika ingin mencari Aditia yang hilang. Karena kemarin kelebatan kejadian itu datang padanya.
“Ayo, tunjukkan dimana tempatnya!” perintah Cantika.
David pun menurut, tubuhnya segera melayang menuju suatu tempat. Sekarang Cantika yang membuntutinya.
"Awas, kalau bohong!" seru Cantika kesal takut David berbohong. Sambil berjalan cepat mengikuti jejak David.
"Aku tidak bohong! Kalau tidak percaya, buktikan sendiri!" tantang David. "Ayo, ikuti! Aku pasti tunjukkan pemuda yang hilang itu!"
***
Arman segera meraih tubuh Laila yang terkulail lemas dan pingsan. Terlihat wajah Laila pucat dengan keringat membanjir diwajah dan tubuhnya. “Apa Laila mati, Mbah?” Tanya Arman sedikit takut sambil berusaha menepuk nepuk pipi Laila. “Dia tidak mati cuma pingsan. Kekuatannya sedang mengalir ke janinnya. Dan tubuh Laila bereaksi karena memang tenaga itu ada aliran panasnya!” Ujar Mbah Kunto kemudian dia terkekeh senang. “Semuanya normal dan lancar.” Nyai Onom juga ikut senang. Transfer ilmu yang dipunyainya berjalan lancar. “Ini baru awalnya kekuatan itu masuk. Jika bayi itu lahir, akan lebih banyak lagi tenagaku yang terserap!" Serunya girang diiringi tawa mengikik keras. “Jadi anak ini nanti bakal sakti, Mbah?” Tanya Arman tak percaya. “Iya. Sama halnya nanti seperti bayi si Minarni atau hantu anak kecil itu. Siapa itu namanya?’ “Aina, Mbah.” “Ya nanti bayi Laila bakal sakti kayak bayi itu dan si Aina kelak!”
Tubuh makhluk itu sedikit terhuyung. Doa dari Mak Murni ada pengaruhnya sedikit. Tapi tetap saja makhluk itu bisa kembali berdiri kuat setelah barusan terhuyung dan doa terhenti.“Wanita tua, teruslah berdoa. Aku masih kuat disini!” Ejek Makhluk itu dengan suara serak parau. “Akan kuhabisi kau! Berikan bayi itu, Aku ingin memilikinya!”“Untuk apa kau mau anakku, hei, makhluk jahat?” Kali ini Minarni yang bersuara. Meski dia tak punya kekuatan, tapi keberaniannya muncul melihat bayinya terancam.“Jadi bayi ini anakmu?” Tanya makhluk itu. Diikuti tawa cekikikan lagi. “Bayi ini akan buat wujudku tetap cantik. Aku butuh darah dari kekuatan bayi yang murni.”Ringkikan tertawanya semakin keras.“Aku akan bawa bayi ini bersamaku!”Tangan makhluk itu terulur siap membawa bayi Cantika yang terus meronta ingin lepas dari dekapan Mak Murni.
Air bergolak itu hilang entah ke mana . Mbah Kunto, sang dukun sakti, mengirimkannya untuk menghadapi Aina, hantu cilik berkekuatan super. Mbah Kunto berharap bisa mengalahkan kekuatan super Aina. Dia akan mengerahkan semua kekuatannya. Sementara itu Mak Murni memandangi bayi yang telah terlelap digendongannya. Dihelanya napas. Hatinya begitu terenyuh. Bayi cantik ini sudah berusia 2 bulan. Selama ini Mak Murni merawatnya dengan penuh kasih sayang seperti pada cucunya sendiri. Ya, Usia Mak Murni sudah 56 tahun dan sudah jadi nenek dari 6 cucu. Dan Mak Murni merasa punya cucu lagi dengan kelahiran bayi cantik ini. Cantika Rahayu. Nama yang memang indah diberikan oleh ibu kandungnya yang telah tiada. Tapi meski sudah berbeda alam, cinta ibunya pada bayinya tetap tidak mati dan berusaha melindungi sang bayi dari ancaman yang membahayakan hidupnya. Mak Murni merasa ikut sedih karena 2 bulan ini, bayi Cantika belum pernah disentuh atau mengenal
Aina terdiam. Masih terbayang dirinya naik ke lantai atas ketika mendengar jeritan Laila, Ibu tirinya minta tolong. Setelah ayahnya meninggal Aina tinggal dengan Ibu tirinya. Dan waktu itu Laila menjerit minta tolong, tergesa Aina naik. Mencari asal suara tapi tak menemukan Laila. Aina bermaksud turun. Saat itulah tubuhnya didorong ketika akan menuruni tangga. Dan jatuh terguling membentur lantai. Sebelum meninggal Aina sempat melihat seorang laki laki yang sering mengunjungi kamar Laila. Dan Aina pernah melihatnya berdua di kamar. Laki laki itulah yang mendorongnya. Barusan diketahui namanya Arman. “Aina ?” Minarni menepuk pundak Aina. “Kamu kenapa?” “Laki laki itu mendorong Aina sampai jatuh terguling ditangga, Bi.” Aina akhirnya menjawab dengan kesal. Minarni memandangnya dengan raut kasian. “Sabar Aina. Pantas tadi kamu marah besar melihat lelaki itu,” Kata Minarni lembut. “Kekuatanmu sangat dahsyat ketika kamu marah.”
“Alaah .. gampang! Itu urusan nanti. Suami bodohmu itu kan gampang dikibuli. Nanti kita cari alasan kamu pergi dari rumah ini. Kalau terus disini bahaya. Kita terus diteror musuh.” Arman meyakinkan Laila. “Lagian kasian bayi kita nanti kenapa kenapa.” “Ssst..jangan keras keras nyebut bayi kita. Wahyu taunya ini adalah bayinya, jangan sembarang bilang nanti ada yang dengar !" Laila berbisik sambil melihat sekeliling takut ada yang dengar omongan Arman. “Awas kalau ngomong lagi masalah bayi ini. Aku bakal lakukan sesuatu. Itu rahasia kita saja Arman!" Arman mengangguk. Tingkah bodoh kedua orang jahat ini terus dipantau Minarni dan gadis itu. Minarni kaget mendengar omongan Arman tentang bayi yang dikandung Laila. Laila hamil dan itu bukan anak Wahyu. Tapi anak Arman. beres beres. Takut nanti sinar kuning itu datang lagi!” Arman buru buru menarik tangan Laila supaya bergegas. “Anak sialan itu kenapa datang lagi dengan kekuatannya?” “Iya, pada
"Iya. Saranku berhenti berbuat jahat terus Ano. Jangan terus bunuh orang dengan ilmu kabisamu. Suatu hari korban kejahatanmu akan datang menuntut balas.” Bro Jack memberi nasihat karena merasa kasian Abah Ano terlihat kebingungan karena kejahatannya. Abah Ano terdiam mendengar nasihat Bro Jack. Bagaimana dia bisa berhenti kalau Laila terus saja memaksa melakukannya. Abah Ano tidak berdaya menolaknya. Utang budi dan butuh biaya besar membuatnya menuruti kemauan Laila. Abah Ano pun akhirnya pulang dan berusaha untuk mencari petunjuk dengan semedi. ** Sementara itu di suatu rumah mewah, Laila terlihat uring uringan. Dia kesal sekali setelah mendengar kabar melalui telfon, temannya Abah Ano yang senior juga tidak bisa menghadapi musuhnya sekarang. Dan lebih kesal lagi selama 2 Minggu ini katanya Abah Ano tidak bisa diganggu karena akan bersemedi dan berguru dulu ke gurunya Bro Jack supaya lebih sakti hingga bisa mengh