1 bulan berlalu.
Sejak kejadian di restoran waktu itu. Ferro sering memikirkan wanita yang menolongnya, waktu itu dia hanya diam ketika di tolak untuk bertemu dengannya. Dia sangat yakin wanita itu akan datang kepadanya meminta balas budi, namun sampai sebulan ini wanita itu tidak pernah datang bahkan untuk sekedar menelpon juga tidak ada. Ferro jadi gelisah sendiri, membuatnya juga heran dengan dirinya yang tak biasanya. Aku tidak pernah segelisah ini. "Selidiki dan cari informasi wanita itu" ucap Ferro menelpon asistennya. "Maaf Tuan, wanita yang mana anda maksud ?" tanya Hedy, yang belum paham. "Wanita yang menolongku" "Baik Tuan" Sedangkan wanita yang membuat Ferro gelisah, sedang mengerjakan desain dibutiknya di Singapura, Azela sudah kembali 1 minggu yang lalu. Huh banyak sekali. Setiap bulan, Azela mengambil satu minggu full untuk membuat desain, model baru untuk di keluarkan setiap bulannya. Jadwal Azela sangat padat, dia juga harus mengecek semua laporan restoran dan terakhir perusahaan yang dia pimpin sekarang. "Meta tolong datang ke ruanganku" ucap Azela menelpon Meta. "Baik Nona" jawab Meta. Tak lama itu, Meta masuk kedalam ruangan Azela. "Tolong kirimkan desain ini untuk ke Indonesia, dan yang ini untuk di sini" ucap Azela, memberikan 2 flasdiks hasil desain kepada Meta. "Baik, apa kamu mau aku pesankan kopi ?" tanya Meta yang melihat Azela tampak lelah. "Boleh, tambahkan susu saja, jangan pakai gula" jawab Azela tanpa meliat Meta, dia masih sibuk dengan kertasnya. "Baiklah, mau aku pesankan juga sekalian makanan, sepertinya kamu belum makan dari tadi Azela" tanya Meta. "Ah iya pesankan aku seperti biasa saja, dan kamu juga bisa pesan sekalian" jawab Azela. "Aku sudah makan, kamu tidak lihat jam ? sekarang sudah lewat jam makan siang, Azela" "Benarkah, aku terlalu fokus, aku kira belum masuk makan siang" "Lain kali, perhatikan jam Azela, kamu bisa sakit nanti kalau sering telat makan" Azela mengangkat kepalanya, menatap Meta dengan tersenyum. "Terima kasih Meta, kamu tidak pernah berubah" "Aku akan tetap Meta sahabat kamu, ya sudah aku keluar yaa" Azela menganggukkan kepala sambil tersenyum. Meta berbalik, berjalan keluar ruangan Azela. Tiba-tiba, ponsel Azela berdering, melirik siapa yang menelponnya dan setelah melihat nama asistennya, Azela mengangkatnya langsung. "Hum ada apa Dira ?" jawah Azela. "Maaf Miss, ada Ceo dari perusahaan Sentro Company datang ingin menemui anda lagi" ucap Dira. Dia lagi, apakah dia tidak bosan datang terus. "Katakan saja aku tidak ada" ucap Azela dengan ketus. "Saya sudah mengatakannya Miss, tapi dia tidak percaya" "Katakan aku di luar negeri, jika dia datang besok lagi dan aku tidak ada di perusahaan, kamu langsung katakan saja aku keluar negeri" ucap lagi Azela lalu langsung memutuskan sambungan telpon. Sementara di perusahaan, Dira terkejut mendengar sambungan telpon di matikan sepihak oleh atasannya. Haduhh Miss Azela sepertinya marah. Asisten Azela lalu menuju dimana Ceo Sentro Company duduk dengan asistennya. "Maaf Tuan, saya sudah menelpon Miss Azela tapi Miss Azela sekarang berada di luar negeri" ucapnya. "Kapan dia kembali ?" tanya pria tampan yang merupakan Ceo Sentro Company yang kekeh ingin bertemu dengan Azela karena penasarannya, dia adalah Felix Stanujaya. "Saya tidak mengetahuinya Tuan" Felix lalu berlalu begitu saja di hadapan asisten Azela, dia berdecak kesal keinginannya belum tercapai Hari ini dia. Besok siapa lagi ? Pesona Miss Azela memang hebat, padahal mereka belum pernah melihat wajah Miss Azela, bagaimana sudah melihatnya, sepertinya akan membuat Miss Azela jadi pusing. Asisten Azela terkekeh sendiri memikirkan atasannya, dia pun lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. ** "Bagaimana apa kau sudah mendapatkan informasinya ?" tanya Ferro yang sudah tidak sabar. "Maaf Tuan, saya hanya menemukan sedikit saja, sepertinya identitas Nona itu disembunyikan" jawab Hedy. "Aku tidak mau, kau harus dapat semua infomasi wanita itu secepatnya dan katakan yang kau dapatkan" ucap Ferro. "Nona itu bernama Azela Hanton, dia tinggal di Singapura selama ini Tuan tapi dia mempunyai keluarga di Indonesia. Sebelum Nona Azela tinggal di Singapura, dia tinggal bersama tantenya di Indonesia yang merupakan adik angkat dari ayah Nona Azela, mereka memperlakukan Nona Azela tidak baik selama mereka tinggal bersama. Tante Azela memiliki putri yang merupakan model yang bernama Rena Tuan, wanita yang menyiram Nona Azela di restoran, dialah Nona Rena" jawab Hedy, memberitaukan semua informasi yang dia dapat. "Ohh dia seorang Model ?" tanya Ferro. "Benar Tuan, Nona Rena sangat membenci Nona Azela, untuk alasannya belum saya ketahui Tuan" "Lanjutkan penyelidikanmu, aku mau besok kau sampaikan kepadaku, tidak ada kata penolakan dan setengah informasi" ucap Ferro dengan tegas. "Baik Tuan" Hedy lalu undur diri dari ruangan Ferro. Siapa sebenarnya kamu, sepertinya aku sudah gila memikirkanmu setiap hari. Ferro menggelengkan kepala, tidak ingin semakin membiarkan tumpukkan kertas menumpuk, dia melanjutkan pekerjaannya. ** Di mansion megah, sepasang suami istri lagi makan siang bersama, tiba-tiba anaknya datang lalu mengecup pipi mereka secara bergantian. "Papi, Mami" sapa Rena kepada orang tuanya. "Hmm duduklah, makan nak" ucap Fadil. "Papi aku ketemu Azela beberapa minggu yang lalu" ucap Rena yang baru mengatakannya setelah lewat beberapa minggu. "Azela ? anak Tamara ? Kamu ketemu dimana sayang ?" tanya Salsa. "Aku ketemu dibutik dan restoran, waktu direstoran aku menyiram dia dengan air, dia masih sama saja seperti dulu, dia tidak melawan" "Dia bersama siapa sayang ?" tanya Fadil. "Dia sendiri papi" jawab Rena. "Kamu harus hati-hati, bukan cuma kamu tapi kami harus hati-hati, bisa saja kakek Azela datang membalaskan dendamnya" ucap Fadil kepada istri dan anaknya. "Kamu benar sayang, Kakek Azela itu bukang orang biasa, walaupun kita sudah berhak atas semua kekayaan kakakku dengan surat palsu itu tapi kita tetap harus hati-hati, surat aslinya belum kita temukan" ucap Salsa. "Memangnya surat itu tidak ada di dalam rumah ini mi ? Di ruang kerja atau kamarnya uncle Bara sebelumnya" tanya Rena. "Kita sudah mencarinya sayang tapi tidak ada satupun kami dapatkan, sepulang dari pemakamannya kami langsung mencarinya tapi tidak ketemu" jawab Salsa jadi kesal jika mengingat hari itu. "Berarti ada yang sudah mengambil dan menyimpannya mi" ucap Rena lagi. Fadil dan Salsa saling pandang, mereka juga berfikir seperti itu. Namun, mereka tidak tau siapa yang mengambilnya. "Aku sudah tanya Tio dari dulu, tapi dia tidak mengetahuinya walaupun sudah aku ancam" ucap Fadil. "Coba mami ingat-ingat siapa kerabat atau sahabat uncle Bara, mungkin uncle menyerahkan salah satu kepada mereka" "Kalau kerabat tidak ada, hanya aku saudaranya kebaratnya, sedangkan sahabatnya semua di luar kota dan negeri" jawab Salsa. "Bisa saja kan pas mereka ketemu, uncle Bara menyerahkannya" ucap Rena lagi. "Sepertinya tidak sayang. Sebelum kejadian itu terjadi, beberapa bulan belakangan dia tidak pernah keluar kota atau negeri, dia hanya di kota ini" ucap Salsa yang sangat tau, karena dia memperhatikan Barra dan istrinya setiap harinya. "Kalau berkas itu sampai pada tangan Azela dan kakeknya kita bisa hancur" ucap Fadil membuat Rena kaget. "Aku tidak mau jadi miskin pi" ucap Rena sedih. "Tidak akan sayang, kamu tenang saja" Salsa mengelus kepala Rena, dia tidak akan membiarkan putrinya kesusahan.Hari-hari telah berlalu, sudah 5 hari Ferro belum pulang ke mansion, bahkan dia juga belum menelpon Azela. Selama itu, jika bukan menginap di perusahaan, Ferro akan menginap di markas. Ferro tidak sadar, bahwa Azela selalu gelisah setiap hari menunggu kepulangannya. Waktu itu, terhitung 3 hari Ferro tidak pulang ke mansion. Azela memberanikan dirinya untuk datang ke perusahaan Horace Group. Namun, yang Azela dapatkan, Ferro tidak ada diperusahaan, dia ada pertemuan dengan klien di luar, Azela merasa kecewa dan akhirnya pulang kembali ke mansion. Bahkan saat itu juga, Azela mencoba menelpon Ferro beberapa kali, Namun Ferro tidak menjawab nya sama sekali. Pernah juga tanpa segaja, Azela datang ke restorannya, saat dia ingin pulang di depan pintu masuk, Azela berpapasan dengan Ferro, hati Azela sakit Ferro hanya melihatnya saja tanpa mau menyapanya sedikitpun. Segala hal Azela pikirkan, dari sebuah kiriman video dari nomor yang tidak di kenal. Awalnya Azela tidak percaya, karena dia y
Pukul 10 malam, Ferro berjalan keluar ruangannya di ikuti Hedy di belakangnya. Ferro ingin ke markas dia ingin melihat wajah Delon seperti apa setelah melihatnya datang.Di perjalanan, ponsel Hedy bergetar tanda ada pesan masuk dari Azela. Dengan ragu Hedy mengatakan pada Ferro."Tuan, Nyonya Azela mengirim pesan padaku" ucap Hedy. "Apa yang dia katakan ?" tanya Ferro. "Nyonya bertanya apakah anda akan pulang ke mansion nanti atau tidak" "Katakan saja kalau aku tidak pulang" "Baik Tuan" Hedy lalu membalas pesan Azela. Semua pertanyaan Azela dia jawab semua tanpa ada kebohongan. Di dalam pesan itu juga, Azela meminta Hedy untuk memperhatikan kesehatan Ferro, makanannya dan memintanya jangan sampai Ferro telat makan. Sebenarnya, Hedy merasa heran pada Tuannya. Jika di lihat Ferro sekarang sudah baik-baik saja dan kenapa tidak pulang ke mansion untuk menemui istrinya. Tapi Hedy tidak mau ikut campur, Hedy hanya berharap pernikahan Ferro dan Azela tetap utuh apalagi sekarang Azela s
Terik matahari muncul di sela-sela horden. Ferro membuka matanya, perlahan dia merasakan sakit di kepalanya, dia lalu bersandar di sandaran ranjang.Ferro melihat sekelilingnya, kalau dia ternyata menginap di perusahaan. Ferro memegang kepalanya dan berusaha turun dari ranjang ingin masuk dalam kamar mandi. Setelah 15 menit membersihkan tubuh, Ferro membuka lemari, mengambil satu set pakaiannya lalu dia pakai. "Sepertinya Ini efek aku minum banyak kemarin jadi kepalaku sakit" lirih Ferro, diam dan mengingat semuanya.Ferro lalu berjalan keluar ruangan pribadinya, duduk di kursi kebesarannya, membuka ponselnya dan langsung menekan panggilan pada asistennya. "Halo Tuan" "Pesankan aku sarapan sekarang juga" "Baik Tuan" Kemudian mematikan telpon, Ferro membuka laptopnya dan mulai melakukan pekerjaannya. Ferro seolah-olah melupakan Azela yang berada di mansion. Di mansion, Azela berdiri merenung di balkon kamar. Hatinya gelisah setelah mengetahui dari Bibi Wawa kalau Ferro tidak pul
Semenjak kepergian Azela, Ferro tidak bekerja. Dia hanya diam memejamkan matanya, bersandar di kursinya. Ferro tidak tidur, dia hanya ingin menenangkan pikirannya saja yang kalut, menghilangkan amarah dalam dirinya yang tadi mencuak tapi tidak bisa di keluarkan. Akhirnya, Ferro tidak tahan, jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Dia meminta asistennya Hedy membawakan minuman yang beralkohol tinggi. Ferro lama-lama menghabiskan banyak minuman alkohol itu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Ferro belum juga ingin pulang. Dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sejak siang tadi. Semua pegawai sudah pulang, tidak ada pegawai yang lembur malam ini dan Hedy masih setia menunggu Ferro di depan ruangan Ferro. Satu jam kemudian, Hedy berjalan masuk ke dalam ruangan Ferro. "Tuan mari kita pulang, sudah jam 9 malam" ucap Hedy dengan hati-hati."Pekerjaanku belum selesai, kau bisa pulang duluan" jawab Ferro tanpa melihat Hedy. "Baiklah, Tuan. Saya akan menunggu anda sampai selesai" ucap
Di perusahaan Horace Group, Ferro baru saja selesai melakukan rapat dari klien luar negeri. Kini dia sekarang berada di ruangannya. Diasudah membeli ponsel baru dan akan menelpon istrinya nanti siang setelah dia mengecek semua berkas laporan.Setelah pekerjaan Ferro sudah selesai, dia akan menelpon istrinya tapi pintu di ketuk tiba-tiba. TOKTOK"Masuk" ucap Ferro.Yang mengetuk pintu adalah Hedy."Ada apa ?" tanya Ferro."Maaf Tuan, ada yang ingin saya sampaikan" ucap Hedy dengan ragu. "Apa ? Cepat katakan" ucap Ferro."Saya mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenal dan ini Tuan" ucap Hedy sambil menyerahkan ponselnya pada Ferro.Ferro mengambil ponsel itu, seketika dia mengeraskan rahangnya, mencengkram erat ponsel itu. Beberapa detik kemudian dia melemparkan ponsel itu dan untung saja ponsel itu jatuh di sofa dan tidak membuat pecah. Hedy terkejut dan bernafas lega ponselnya masih aman, karena posel itu masih baru dan harganya juga mahal. "Selidiki siapa yang mengirim gambar
Jam menunjukkan pukul 11 siang, Azela bersiap ingin pergi menghadiri ajakan makan siang Delon. Azela ragu meminta izin, dia tau pasti suaminya tidak akan mengizinkannya. Tapi jika dia tidak menghadiri ajakan makan siang Delon dia tidak akan tau apa yang akan di rencanakan Delon selanjutnya.Dengan terpaksa Azela akhirnya harus menyembunyikan atau jika nanti Ferro mengetahuinya Azela siap akan menerima resikonya. Setelah bersiap Azela turun ke bawah."Bibi Wawa" panggil Azela."Ya Nyonya, ada yang bisa saya bantu" tanya Bibi Wawa menghampiri Azela. "Oh tidak, aku hanya mau bilang jika suamiku bertanya padamu katakan padanya jika aku ke butik" ucap Azela."Baik Nyonya" jawab Bibi Wawa.Kemudian Azela pergi dari mansion menuju restoran yang di maksud Delon. Setelah 30 menit, Azela sampai dan langsung masuk dalam restoran."Selamat siang Nona" sapa salah satu pelayan restoran."Meja atas nama Delon" ucap Azela."Mari Nona saya antar" ucap pelayan itu.Ternyata Delon belum datang. Azela d
"PENGUSAHA NOMOR SATU DI NEGARA INI FERO ALEXANDER MEMASUKI RESTORAN BINTANG LIMA BERSAMA SEORANG WANITA, MEREKA TAMPAK MESRA. APAKAH WANITA ITU KEKASIH FERRO ALEXANDER ?""ALEXANDER BERSAMA ISTRINYA RISA BERKUNJUNG KERUMAH SAKIT BERSAMA SEORANG WANITA CANTIK. MEREKA JUGA JALAN BERSAMA KE MALL, DI DUGA WANITA ITU ADALAH CALON MENANTU KELUARGA ALEXANDER. BAGAIMANA DENGAN KEKASIH FERRO ALEXANDER ? SIAPA YANG AKAN DI PILIH FERRO ALEXANDER ?Di Singapura, nenek Azela, Nada. Memperhatikan berita yang beredar di sosial media, dia membaca semua berita itu dan ada yang membuatnya merasa heran. "Smit, lihatlah ini, apa wanita ini Azela ?" tanya Nada pada Smit yang baru masuk kamar. "Tentu saja Azela" jawab Smit tanpa melihat berita di ponsel Nada, dia sudah menebak maksud istrinya itu. "Kamu sudah melihat beritanya ?" "Sudah" "Penglihatanku sedikit tidak jernih, sehingga aku tidak bisa mengenali cucuku sendiri" ucap Nada sambil terkekeh. Smit itu terkekeh juga. "Kita sudah tua, wajar ji
Alexander dan Risa sedang dalam perjalanan menuju ke mansion Ferro dan Azela sesuai dengan janji Alexander pada Risa. Sedangkan Ferro dan Azela kini berdebat di dalam kamar karena Ferro tak ingin ke perusahaan."Aku baik-baik saja, kamu jangan khawatir" ucap Azela."Aku takut, keram di perut kamu muncul lagi sayang" ucap Ferro."Ayolah, begini saja aku akan langsung menelponmu jika terjadi sesuatu denganku" ucap Azela membujuk Ferro. "Bukankah, kamu ada rapat penting hari ini" lanjutnya. "Rapat itu bisa Hedy yang mewakiliku, aku tidak mau meninggalkanmu sendiri" ucap Ferro.Azela menghelah nafasnya, lalu berjalah duduk di atas ranjang. TOK TOKSuara ketukan pintu terdengar, Ferro berjalan membuka pintu."Ada apa Bi ?" tanya Ferro ketika sudah membuka pintu."Maaf Tuan mengganggu, ada Tuan besar dan Nyonya besar datang. Sekarang mereka ada di ruangan keluarga sedang menunggu Tuan dan Nyonya" ucap Bibi Wawa."Katakan pada orang Tuaku bi, aku dan istriku akan turun sebentar lagi" uc
Sesuai dengan perkataan Ferro pada Azela saat tadi siang menelpon mereka akan makan malam di restoran. Kini mereka sedang berada dalam mobil menuju restoran bintang lima yang merupakan restoran milik Azela.Mobil sudah sampai di pelantaran restoran, sebelum turun Azela mengambil masker dalam tasnya lalu memakainya. Setelah itu mereka turun dari mobil. Ferro memeluk pinggang Azela memasuki restoran. Semua mata memandang ke arah Ferro dan Azela. Semua orang bertanya-tanya dalam pikirannya siapa wanita yang bersama Tuan Ferro.Ferro dan Azela santai saja dan cuek, terus berjalan memasuki Private Room. Sang Manager dengan cepat memanggil satu pelayan untuk mengikutinya."Selamat datang Tuan Ferro dan Miss Azela" sapa Manager restoran dan pelayan sambil menundukkan kepala."Kalian siapkan makanan favorite istriku" ucap Ferro.Manager dan pelayan terkejut mendengar kata "istri" keluar dari mulut Ferro. Azela yang melihat gelagat penasaran pun berkata."Dia adalah suamiku" ucap Azela."Baik