Share

BAB 5 : Menemukan Kebenaran

Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!!

Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal.

Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!

Dheg!!

Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya.

Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?!

Diah tidak bisa melanjutkannya!!

"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya.

Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana.

"Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.

Diah menunduk. Menatap gawai di pangkuannya dengan bimbang. Ia menimbang di dalam hatinya, apakah ia harus melihatnya lagi atau tidak!?

Lama Diah hanya terdiam, mematung dengan tatapan kosong. Pikirannya menjadi semakin rumit!

Hati nurani dan logikanya beradu!!

Namun kemudian Diah memutuskan!! Ia meraih gawai itu dan membukanya dengan pelan.

Menggulirkan tangannya dengan cepat, ia memeriksa isi galeri di dalamnya. Dan menemukan ribuan foto-foto mesra suaminya dan istri Demas disana.

Semakin lama ia memeriksanya, semakin sesak dadanya. Sepertinya, hubungan diantara keduanya jauh dari hanya sekadar kenalan.

Meski berusaha untuk menyangkalnya, Diah memahami bahwa Abian dan istri Demas memiliki hubungan spesial.

"Bukalah pesannya, Diah!" titah Demas.

Diah menatap Demas dengan bingung.

"Bukalah! Kau akan menemukan kebenarannya!" ucap Demas lagi.

Ucapan Demas memprovokasi Diah!! Ia kemudian menyentuh menu dengan tulisan pesan. Dan menemukan satu riwayat pesan yang masih tersisa disana.

'Sayang' nama kontak tersebut.

Menelan salivanya, Diah menyentuh pelan pesan tersebut. Pesan panjang yang dimulai tiga tahun lalu, membentang di netra Diah.

Dari pesan-pesan yang dibacanya. Diah mengetahui bahwa pemilik gawai itu bukanlah suaminya. Melainkan istri Demas.

Diah mendapati bahwa 'Sayang' di kontak itu adalah Abian. Dari beberapa gambar yang ia kirimkan pada Citra, itu adalah gambar-gambar dirinya sendiri saat beraktifitas setiap hari.

Dengan melihat pesan itu, Diah tak lagi bisa memungkiri kenyataan bahwa suaminya dan istri Demas telah berselingkuh!!

Tepatnya sebulan setelah pernikahan mereka!! Abian dan istri Demas mulai berhubungan!

Hati Diah hancur berkeping-keping. Buliran bening di sudut matanya menetes jatuh membentur kulit tangannya yang bak pualam.

Isak tangis Diah tak tertahan.

Beberapa orang yang lalu lalang bahkan tertarik untuk menoleh. Namun tak berani mendekati Diah, sebab ditatap tajam oleh Demas.

Demas menyodorkan sapu tangan putih berinisial 'D' yang ia punya.

"Jangan menangis!" ujar Demas. Hati Demas perih melihatnya.

Menolak sapu tangan dari Demas, Diah mengusap kasar air matanya dengan tangan kosong. Ia kembali membaca pesan itu dengan cepat.

Pesan itu terhenti dua tahun lalu!!

"Apa ini?! Sebenarnya apa yang terjadi?!' batin Diah tidak mengerti. Jika pesan itu terhenti dua tahun silam. Lalu kenapa mereka bisa bertemu dan bersama beberapa hari lalu?!!

Melihat Diah yang kebingungan, Demas kemudian berkata "Aku rasa kamu sudah tau, itu bukanlah milik suamimu! Itu smartphone milik istriku!"

Demas kemudian menyodorkan benda pipih serupa dengan yang ada di genggaman Diah.

"Ini adalah milik suamimu, Diah!"

Diah meraihnya dan berusaha memeriksanya.

Bukan hanya tanpa password. Bahkan tak ada apapun di dalam smartphone itu, nihil! Kosong seolah baru!

"Tidak ada apa-apa di dalam smartphone suamimu, Diah!" ujar Demas kemudian. "Kau tak akan menemukan apapun!"

Diah mengernyit, "Jika tidak ada apapun ... bagaimana kau bisa tahu kenyataan diantara mereka!?"

"Aku mengetahuinya saat tanpa sengaja menemukan dua smartphone itu, di dalam tas yang disimpan oleh Citra beberapa bulan lalu!" ungkap Demas.

Demas sedang mencari-cari kemejanya saat menemukan tas aneh yang tersimpan di bagian dalam lemarinya. Demas bingung karena itu bukanlah miliknya.

Saat Demas memeriksanya, ia terperanjat mengetahui bahwa itu adalah gawai milik istrinya. Dan milik seorang pria yang di duga merupakan kekasih istrinya.

"Aku tidak tahu jika kekasih Citra adalah suamimu!" ujar Demas. Ia melihat foto-fotonya, tapi tak mengetahui bahwa pria dalam foto itu adalah suami Diah.

"Aku hanya tahu bahwa pria itulah yang menghamili Citra dan membuatnya terpaksa menikahiku!" ujar Demas.

"Meng-menghamili is-istrimu?!" Diah tergagap. Ia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

Demas mengangguk. Ia yakin bahwa Abian lah yang telah mengahamili Citra.

"Mereka berpisah sekitar dua tahun yang lalu. Aku dan Citra juga menikah sekitar waktu itu, dalam keadaan Citra hamil muda!" ujar Demas.

Hati Diah seolah terkoyak-koyak mendapati kenyataan itu!

"Mas Bian menghamili istrimu?!" gumam Diah linglung.

"Aku yakin begitu!!" sahut Demas. Melihat waktu mereka berpisah dan kehamilan Citra. Demas berasumsi bahwa Abian tidak mau bertanggung jawab pada kehamilan Citra. Tapi sepertinya Citra tak pernah melupakan Abian, terlihat dari bagaimana Citra menyimpan dan menghargai gawai itu.

****

Berbeda dengan keadaan Abian yang masih belum stabil, keadaan Citra berangsur-angsur stabil. Menurut keterangan dokter, Citra sudah bisa ditempatkan di ruang rawat inap.

Namun ayahnya yang khawatir, masih tak menyetujui putrinya itu di pindahkan dari ruang ICU.

"Ayah kenapa sih?! Katanya menunggu sampai Citra stabil lalu mau pindah rumah sakit!" ujar Jannah, "Ini kenapa sudah stabil dan boleh dipindahkan, ayah malah tak mau pindahkan?!"

"Tunggu dulu lah Bu!" sentak Arya, "Ayah kemarin mimpi buruk! Takut-takut habis pindah, anak kita bukannya membaik malah jadi memburuk kondisinya!"

"Alaah.. takhayul!! Mimpi itu cuma bunga tidur, yah!" Jannah tidak percaya. "Kita pindahkan saja Citra ke rumah sakit yang lebih besar, Yah!"

Arya menggeleng. Ia bersikeras!

Ia percaya bahwa mimpinya itu adalah sebuah pertanda. Dahulu saat orangtuanya kecelakaan dan meninggal dunia, Arya pernah bermimpi begitu buruk. Namun mengabaikannya.

"Itu, pria yang disebelah saja masih kritis! Bagaimana Citra sudah bisa dipindahkan?!" bisik Arya, "Kita tunggulah beberapa hari lagi, buk!"

Melirik pria yang berbaring di sebelah ranjang anaknya, Jannah teringat akan perkataan menantunya tempo hari.

'Pria koma yang dirawat di sebelahnya! Citra bersama pria itu'

Penasaran dengan identitas pria itu, Jannah bergerak mendekat ke ranjang sebelah. Jannah memperhatikan wajah penuh luka pria itu dengan seksama.

Merasa tak asing, Jannah berpikir keras menggali ke dalam ingatannya. Dimana kiranya ia pernah melihat wajah itu?!!

"Bu!!" bisik Arya, memanggil istrinya yang tengak-tengok ke arah pasien sebelah.

"Ngapain kamu, buk!?" ucap Arya.

"Kok kayaknya aku kenal dia ya yah?!" gumam Jannah. Ia memanggil suaminya.

Mendengar kata-kata istrinya, suaminya ikut memperhatikan wajah anak muda itu.

Namun sebanyak apapun ia memikirkannya, ia tak pernah tahu pria itu.

"Siapa buk?! Ayah tidak kenal!" ucap Arya, "Ibu salah ingat kali!"

Jannah tercenung. 'Apa aku salah ingat ya?! Tapi kok sepertinya memang aku pernah liat! Tapi dimana?!'

Tepat saat kedua orang tua itu sedang memperhatikan Abian, Diah masuk untuk mengecek keadaan suaminya.

Ia tersentak kaget saat kedua orang tua itu terpekik karena kehadirannya.

"Ehh.. maaf! maaf!" ujar Jannah canggung.

Diah tidak menjawab, ia hanya mengangguk singkat sebagai tanggapan.

Namun melihat wajah Diah, Jannah kembali merasa seperti pernah melihat Diah.

'Siapa gadis ini?! Kenapa seperti kenal juga?!' batin Jannah. Ia berpikir keras. Berusaha untuk mengingat, dimana kiranya ia melihat kedua orang itu.

Tapi sekuat apapun ia mencoba, Jannah tak bisa mengingatnya sama sekali!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status