Imam Lingbao tampak berdiri tegak di antara batang-batang pohon pinus yang menjulang tinggi, seperti seorang macam ganas siap meneror lawan.Sinar rembulan yang lembut jatuh menimpa punggungnya, menciptakan bayangan yang tampak panjang dan misterius, ia seperti sosok penyihir yang sedang mempersiapkan mantra. Surai Hudtim, senjata andalannya, tampak berdesir di tangannya, seolah-olah merespon angin yang berhembus pelan di sela-sela batang pohon pinus. Kemunculannya tampak sangat dramatis, seperti iblis yang baru saja muncul dari kegelapan, menyeramkan namun memikat.Rong Guo, yang sejak saat meninggalkan Desa Yungshun Chun, telah memprediksikan hal ini akan terjadi, ia hanya mendengus dingin lalu membuat Gerakan meringankan tubuh.WUSH!Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia langsung melompat dalam Gerakan Terbang Diatas Rumput – sebuah gerakan salto yang indah namun sangat cepat. Dalam sekejap, disertai bunyi siulan bernada tinggi yang memecah keheningan malam, tubuh Rong
Rong Guo, lantas mengebumikan mayat Imam Lingbao di bawah rembulan yang memancarkan cahaya pucat pada malam itu juga.Dengan cermat dan hati-hati, ia menggali tanah dalam-dalam, lalu menimbun jasad sang imam dengan tanah yang sama. Dia tidak meninggalkan petunjuk apapun di atas gundukan tanah tersebut, tidak ada papan nama atau kode tertentu yang bisa memungkinkan seseorang melacak keberadaan sang imam. Dengan demikian, rahasia tentang bagaimana dia telah menghabisi Imam Lingbao sangat kecil kemungkinannya untuk terbongkar.Setelah pemakaman darurat itu selesai, Rong Guo duduk di tepi kuburan, menyeka keringat yang mengalir di keningnya. Dalam diam, ia mengelus-elus manual pelatihan energi spiritual dan tabung tempat penyimpanan energi sihir yang didapatkan dari hantu berbaju merah. Cahaya rembulan memantulkan kilatan misterius dari benda-benda tersebut, menimbulkan gairah aneh di dalam hati anak itu."Kultivasi Ku akan melonjak drastis, jika aku berhasil menguasai teknik spiritual in
Dada Rong Guo berdetak kencang, seperti gendang perang yang dipukul dengan ritme cepat. Saat itu dia sedangberada di ruang dalam di Toko Embun Senja di Kota Tanshan, bersama Tuan Hou Yan pemilik toko.Detak jantungnya itu beresonansi dengan aura kuat, aura yang dipancarkan oleh senjata peringkat Jinlong yang berbentuk aneh - sebuah payung, itu kata Tuan Hou Yan. Senjata itu kini terpampang di depan matanya, memancarkan kilauan menakjubkan yang hampir menyilaukan."Senjata peringkat Jinlong ini," kata Tuan Hou Yan dengan nada penuh penghargaan, "adalah mahakarya ayahku, penempa senjata Hou Gang. Keahliannya tidak diragukan lagi, terkenal di antara dua gunung, Wudang dan Zhonglu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan senjata ini untuk dijual pada siapapun." Wajahnya tampak serius, matanya menatap Rong Guo dengan intensitas yang hampir bisa dirasakan."Namun entah mengapa, aku merasa senjata ini cocok denganmu, Pendekar muda," kata Tuan Hou Yan. Ia mengakhiri pujian dan sanjungannya dengan
Pada hari itu, di anak tangga yang menghubungkan Sekte Wudang dari kaki Gunung Wudang yang megah, tampak Rong Guo dikelilingi oleh dua puluh murid sekte yang berpedang. Mereka semua berdiri tegap dengan posisi siap tempur, semuanya sudah siap untuk menghabisi Rong Guo, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sesuai instruksi. Rong Guo seketika memucat, ia menatap tak percaya. Padahal, dia baru saja menyelesaikan misi sekte, namun dihadapi dengan sebuah tarian "selamat datang" semacam ini. Ekspresi kesal dan tidak terima sangat nampak di wajahnya. “Berlututlah, dan biarkan dirimu diikat untuk dibawa ke pengadilan murid Sekte Wudang!” perintah itu terdengar mendominasi. Xu Wei, seorang murid inti yang menjabat sebagai Kepala murid Biro Pengadilan Sekte Wudang, tampak berjalan dengan langkah pasti, menuruni anak tangga. Dia memasang wajah yang angker ketika melirik ke arah Rong Guo, yang saat ini dikepung oleh dua puluh murid dari Biro Pengadilan yang berdiri dalam Formasi Pedang Se
Di sebuah gua yang gelap, tempat tahanan bagi sosok yang dianggap berbahayacdi sekte Wudang, suasana menjadi mencekam. Hanya ada beberapa lampu minyak yang menerangi ruangan, namun suasana dan atmosfer sudah berubah menjadi dingin.“M-maafkan aku, Penatua,” kata Rong Guo, keringat mengucur deras dari dahinya.Sosok di kamar sebelah penjara itu bukan hanya hampir menampar benaknya menjadi berkeping, tetapi juga mengetahui bahwa Rong Guo melakukan kegiatan spionase dengan menggunakan kekuatan spiritualnya.“Dia marah!” gumam Rong Guo ketakutan.Keistimewaan seseorang yang ahli dalam mengelola kekuatan spiritual adalah kemampuannya untuk menyelami dan menilai kepandaian lawan, mengetahui seberapa besar energi dan hawa murni lawan, serta tingkat kultivasinya. Namun, tidak semua lawan bisa ditilik benaknya. Jika seorang ahli pengguna kekuatan jiwa mencoba menyelidiki lawan yang memiliki kultivasi tinggi, tindakan ini akan sangat berbahaya.Keheningan menyelimuti ruangan setelah Rong Guo me
Untuk semua pembaca kisah ini, sebelum kita melanjutkan bahasan bab sebelumnya, autor harus memberi penjelasan agar kalian bisa mengerti dan tidak bertanya-tanya tentang istilah saat membaca tulisan kisah ini, yang bergaya tulisan wuxia kuno. Sepeminum Teh, adalah sama dengan sekali orang menyesap teh sampai habis, nilai waktunya sama dengan perhitungan waktu setengah jam. Sepebakaran hio, itu adalah waktu yang dibutuhkan dupa untuk habis terbakar – setara dengan lima belas menit. Kentungan pertama, kedua dan seterusnya, adalah tanda seorang penjaga malam di wilayah Tiongkok kuno membunyikan semacam gong, sambil berteriak memberi tahu waktu menunjukkan pukul berapa. Ada kentungan pertama, kedua dan seterusnya. Shi Chen adalah periode jam di Tiongkok kuno, yang diperhitungkan tiap dua jam, untuk satu periode. Jadi periode shi chen ada 12 angka jam, bukan 24 jam versi dunia modern. Air kata-kata = ini artinya arak atau minuman yang mengandung alkohol. Baiklah kita mulai kisahnya.
"Pemimpin Liu!" suara teriakan Rong bergetar, penuh kecemasan, ketika melihat pemimpin desa Yunshui Chun itu berdiri di depan pintu pengadilan murid.Dengan langkah berat, Pemimpin Liu berjalan masuk ke dalam ruangan sidang. Dari gerak-geriknya yang linglung dan wajahnya yang pucat, tampak jelas bahwa dia berada di bawah tekanan yang luar biasa.Rong Guo berusaha menatap mata pria itu, mencari sedikit pun pengakuan atau simpati. Namun, tak sekalipun Pemimpin Liu menoleh ke arahnya. Sebaliknya, dia bergegas berdiri di depan para murid pemimpin, tampak tidak percaya diri saat menyadari ada ratusan pasang mata yang menatapnya."Pemimpin Liu!" panggil Rong Guo sekali lagi, suaranya bergetar.Anak muda ini berharap, inilah kesempatan dia untuk menyelamatkan dirinya dari segala tuduhan yang sudah diajukan oleh Ouyang Jun. Namun, entah mengapa, pria itu tidak mau berpaling sedikit pun, apalagi untuk membiarkan dua mata mereka bertemu. Rong Guo semakin gelisah. Dia yakin ada sesuatu yang tida
Rong Guo berdiri diam, terperangkap dalam dilema dua pilihan yang sulit. Dia bisa memilih untuk tetap tinggal di penjara gua itu, menunggu keputusan dari Master Sekte sampai inti mutiaranya rusak, kaki dan tangannya patah, dan menjadi orang cacat seumur hidup. Atau, dia bisa memilih untuk pergi dan menjadi buronan Sekte Wudang selamanya, jika dia memilih untuk mengikuti orang tua yang berdiri di depannya.“Aku tidak memaksamu untuk mengikuti aku," kata orang tua itu dengan suara lembut namun tegas. "Namun, aku merasa kasihan melihat bakat seperti kamu yang akan mereka hancurkan inti Mutiaramu, yang akan membuat masa depanmu menjadi suram. Namun, semua keputusan ada di tanganmu.”Mendengar desakan itu, Rong Guo berlutut dan menyembah si orang tua.Dia membenturkan jidatnya ke lantai yang dingin dan penuh lumut. “Senior, orang tua yang gagah perkasa. Aku tidak memiliki tujuan jika harus pergi dari Sekte Wudang. Sejak kecil, aku sudah sebatang kara, tidak memiliki ayah dan ibu. Tinggal d