Melihat sikap anak kecil yang awalnya takut serta enggan berbicara, namun ketika dia menyebutkan tentang peluang bagi Rong Guo untuk mendapatkan kekuatan dengan memanipulasi Mutiara Energinya, wajah orang tua itu tampak berubah.
Jika sebelumnya dia terlihat mengerikan dan kejam, kali ini dia tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha!"
Suaranya bergema, membuat seisi gua seakan-akan bisa runtuh.
Rong Guo tentu saja menjadi takut, ia melangkah mundur dan menjaga jarak.
"Penatua.. tolong jangan Anda tertawa. Gua ini bisa runtuh, dan kita berdua akan mati," kata Rong Guo panik.
Setelah beberapa saat puas tertawa, dan menakut-nakuti Rong Guo, orang tua buruk rupa itu berkata. Nada suaranya terdengar mengejek.
"Anak kecil. Kamu masih kanak-kanak tapi sudah sedemikian licik seperti rubah. Awalnya tampak takut, tapi begitu mendengar bahwa ada jalan keluar untuk memulihkan kemampuanmu berkultivasi dengan mengadakan Mutiara energi baru, kamu tiba-tiba menjadi baik padaku. Bahkan memanggilku dengan sebutan Penatua!"
Sesudah berkata-kata, orang tua itu menatap Rong Guo dengan dua mata yang kosong. Wajah Rong Guo lantas memerah, ia jatuh dalam rasa malu.
"B-bukan begitu maksudku. Jika tidak memanggil Anda dengan sebutan penatua, lalu aku harus memanggil Anda dengan sebutan apa?" kata Rong Guo tampak malu.
Tapi si orang tua tidak berhenti mengejek. Dia terus mengeluarkan kata-kata kecaman, membuat Rong Guo bertambah malu.
"Cih.. kamu licik seperti tokoh aliran hitam, padahal kamu mengaku adalah murid Sekte Wudang yang konon beraliran putih dan lurus itu!"
Mendengar kecaman itu, wajah Rong Guo tampak memerah. Dia hampir menangis.
Perlu diketahui, di Kerajaan Yue Chuan ini, ada tujuh sekte besar yang disebut sebagai pemimpin aliran putih. Sekte-sekte itu adalah: Sekte Wudang, Kuil Teratai Perak, Sekte Kunlun, Sekte Pedang Bunga, Sekte Gurun Gobi, Sekte Khong Tong, Sekte Zhonglu, dan Sekte Bulan Perak.
Di antara delapan sekte aliran putih, Sekte Wudang adalah sekte yang paling kuat. Keterampilan ilmu pedang, dan ilmu tangan kosong yang disebut pelatihan hawa murni, memanfaatkan keseimbangan yang disebut Tai Chi di zaman sekarang ini. Berbeda dengan Teknik bela diri dari Sekte Kuil Teratai Perak yang cenderung agresif, semua ilmu di Sekte Wudang bersifat lembut, tapi sangat mematikan.
Itulah sebabnya, semenjak didirikan oleh Thio Sam Hong pada zaman dahulu, secara pelan tapi pasti Sekte Wudang menjadi pemimpin dunia persilatan.
Semua murid Sekte Wudang diajarkan untuk jujur dan membela kebenaran, berdasarkan sifat Tao yang welas asih.
Itulah sebabnya, ketika Rong Guo diejek sebagai rubah kecil, licik, dan jahat, anak ini tak dapat menahan air mata. Menjadi seorang pahlawan, itu adalah prinsip dasar.
Tapi orang tua berwajah buruk ini benar-benar tidak memberi ampun pada Rong Guo. Dia berulang kali menyebut Rong Guo licik dan tidak pantas menjadi murid di Sekte Wudang.
“Rasanya kamu lebih cocok menjadi murid dari aliran sesat!” kata si orang tua, mengakhiri celaannya.
Saat itu, keadaan di dalam gua menjadi hening.
Rong Guo dilanda amarah karena diejek sebagai anak licik dan calon murid seseorang dari aliran ilmu hitam, sementara si orang tua itu, kini terdiam. Lama-lama dia merasakan kemarahan anak kecil itu.
Setelah beberapa saat keheningan melanda, orang tua itu pada akhirnya berkata.
“Baiklah, aku akan menjelaskan. Bagaimana caranya bocah cacat seperti kamu dapat memiliki inti mutiara dan berlatih untuk mengumpulkan hawa murni. Apakah kamu bersedia?”
Dengan wajah yang masih terlihat marah, Rong Guo berpaling. Lalu dengan hati-hati bertanya.
“Aku bersedia mendengar penjelasan Anda, penatua. Tapi sekali lagi, jika masih menyebutku kecil seperti orang aliran hitam, maka aku tidak akan berbicara denganmu lagi! Meski kamu ingin menjelaskan padaku tentang bagaimana cara untuk memperoleh mutiara energi!” kata Rong Guo dengan angkuh.
Mendengar hal itu, wajah orang tua itu berubah. Diam-diam dia kagum.
“Meski anak kecil dan tidak memiliki kemampuan apapun, tapi harga dirinya tinggi. Sepertinya dia cocok denganku. Apakah ini pertanda langit masih mengasihiku dengan mengirim seorang yang kelak menjadi pewarisku?” batin si orang tua dengan gemetar.
Jika saja Rong Guo tahu siapa orang tua ini, mungkin dia akan ketakutan.
Pada lima puluh tahun yang lalu, orang tua ini dikenal dengan nama Mo Shilin. Ketika itu di dunia persilatan terbagi dalam dua kekuasaan besar: kekuatan pendekar aliran Putih dan kekuatan pendekar aliran Hitam. Mo Shilin ini adalah Gembong dari aliran Hitam, yang dijuluki Payung Iblis.
Sebagai ketua dari pendekar aliran Hitam, nama Payung Iblis ini menjadi momok yang mengerikan jika disebut. Dia membunuh tanpa memandang bulu. Siapapun itu, sepanjang dia ingin melenyapkannya, orang itu pasti akan binasa.
Senjatanya berbentuk payung, itu adalah senjata yang sangat mematikan. Ketika payung itu dibuka, akan muncul tiga belas pedang yang sangat tajam yang mencabik lawan sehingga tubuhnya hancur berkeping-keping.
Pada suatu ketika, Si Payung Iblis menghilang dari Dunia Persilatan. Terdengar kabar bahwa dia dikeroyok oleh delapan pemimpin sekte aliran lurus di dunia persilatan.
Si Payung Iblis menghilang, dan pemimpin delapan sekte itu pun tidak pernah muncul lagi di hadapan orang-orang dunia persilatan. "Konon, dalam pertarungan yang tidak seimbang itu, delapan pemimpin sekte mengalami luka akibat senjata payung iblis bermata tiga belas yang mematikan!"
Begitulah pembicaraan di tempat keramaian, di warung, dan kedai yang kerap didiskusikan, dan terdengar diulang-ulang sejak lima puluh tahun yang lalu. Sayangnya, pada hari ini kisah tentang si payung iblis serta delapan pemimpin sekte aliran putih tidak lagi pernah didengar.
Perlahan-lahan, orang mulai menyadari siapa si payung iblis, gembong iblis dari aliran hitam yang sangat ditakuti.
Kembali ke dalam gua di dalam jurang di belakang Sekte Wudang.
"Anak kecil… Jika aku mengatakan bahwa aku adalah tokoh dari aliran hitam, apakah kamu percaya?"
Rong Guo menatap si orang tua berulang kali. Kemudian ia mengangguk. "Mungkin percaya, bahwa Anda adalah tokoh dari aliran hitam yang ternama. Tolong sebutkan nama Anda," kata Rong Guo, berlagak seperti orang dewasa.
Si orang tua kembali tertawa terbahak-bahak. “Anak kecil dungu ini tidak tahu dengan siapa dia berbicara,” batin Mo Shilin.
Dia sengaja menyebutkan namanya pelan-pelan, berharap Rong Guo akan terkejut.
“Namaku adalah Mo Shilin! Apakah kamu pernah mendengar?”
Mo Shilin berharap bahwa Rong Guo akan menangis ketakutan. Setidaknya terkejut dan melangkah mundur. Tapi kekecewaan yang dia temui.
Polosnya anak kecil itu menggelengkan kepala. “Mo Shilin? Aku tidak pernah mendengar nama itu. Dapatkah Anda menyebutkan julukan atau sebutan lain dari nama Anda?”
Mo Shilin hampir muntah darah. Jika ini terjadi lima puluh tahun lalu, anak kecil itu sudah pasti akan lari terbirit-birit dengan ketakutan. Merasa penasaran, dia menyebutkan julukannya.
“Payung Iblis! Itu adalah julukanku. Apakah kamu pernah mendengar?”
Bukannya raut ketakutan atau puji-pujian yang dilemparkan anak kecil itu. Malahan Rong Guo tertawa terbahak-bahak.
“Julukan macam apa itu? Payung Iblis? Mengapa Anda tidak memilih nama yang lain yang terdengar seram atau kejam?” Rong Guo terus tertawa.
Wajah Mo Shilin sendiri berubah menjadi buruk.
Dalam hatinya ia membatin dengan sedih. “Waktu berlalu dengan sangat cepat. Payung iblis yang begitu mendominasi kini tidak lebih daripada bahan tertawaan. Lebih baik aku menurunkan semua kepandaianku kepada bocah ini sebelum aku mati.”
Pada saat Rong Guo masih tertawa. Ketika dia merasa tubuhnya tersedot kekuatan tidak terlihat.
“Mati aku! Sepertinya telah membuat orang tua itu marah,” keluhnya.
Cengkeraman orang tua itu terasa ketat di lehernya.
Dengan panik, ia bertanya, “Penatua.. apa yang Anda lakukan?” suara Rong Guo patah-patah.
Sambil tertawa dingin, Mo Shilin berkata, “Kamu ingin memperoleh mutiara energi, bukan? Hari ini, biarkan aku memberikan mutiara energiku padamu!”
Mo Shilin lalu tertawa keras-keras. Kukunya yang tajam itu menggores perut Rong Guo, luka menganga… Rong Guo bertambah ketakutan.
“Apa yang Anda lakukan? Tolong jangan lukai aku…”
Orang tua itu tidak memiliki belas kasihan.
Dengan bengis, dia berkata, “Jangan cengeng! Aku akan memindahkan mutiara energiku padamu. Tapi kamu mesti ingat, ini adalah Mutiara Energi dari seorang Tokoh aliran Hitam. Kamu harus berjanji, kelak memimpin aliran hitam dan menyerang aliran putih!”
“Aku tidak mau. Lepaskan aku!” Rong Guo marah.
Mo Shilin menampar wajah Rong Guo, sehingga anak itu jatuh pingsan. Dia lalu melakukan pembedahan spiritual secara tidak masuk akal, mengeluarkan Mutiara Energinya sendiri dan memindahkannya ke inti dantian Rong Guo.
Ruang kosong gua itu langsung berbau anyir. Darah berceceran dimana-mana.
Ketika Mo Shilin selesai dengan proses bedah secara spiritual itu, wajahnya memucat. Dia terjatuh dengan pandangan kosong. Tetapi masih terdengar suaranya lirih berkata.
“Selamat untuk aliran hitam kami. Hari ini seorang gembong tokoh aliran hitam telah lahir. Adalah titisan dari... Datuk Payung Iblis!”
Setelah itu, Mo Shilin tertidur, tak pernah lagi bangun selamanya. Penampakan di dalam gua saat itu amatlah menyeramkan.
Seorang tua yang cacat tampak tertidur dengan wajah memucat. Darah menggenangi seisi gua.
Sedangkan anak kecil itu tampak tertidur dengan wajah polos, tidak tahu sebuah keajaiban baru saja terjadi. Rong Guo telah memiliki inti Mutiara!
Bersambung
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny