Suara terkekeh memenuhi seisi gua, bergema dan menimbulkan rasa takut. Bau busuk keluar dari mulut sosok itu ketika ia mendekatkan kepala ke arah Rong Guo, hanya berjarak setengah meter dari wajahnya.
“Apa kamu tuli? Tidak mendengar kata-kataku?” suaranya bergema lagi, terdengar seperti suara kuno yang datang dari dunia yang lain.
Rong Guo tentu saja menggigil ketakutan.
Wajah yang buruk. Rambutnya panjang dan kusut. Dan yang paling mengerikan adalah mata kosong itu, seolah-olah bergerak dan mengamatinya dengan jelas. Rong Guo seperti tengah diinterogasi. Pikirannya cepat bergerak. “Biar bagaimanapun aku harus tetap hidup! Jawaban yang paling aman adalah yang akan ku pakai.”
Tanpa sadar, masih dengan suara gemetar Rong Guo menjawab, “Namaku Rong Guo. Murid pelataran luar, bahkan kalau bisa aku dianggap murid pekerja belaka…”
Rong Guo bisa merasakan cengkeraman tangan sosok itu mengendur. “Dia melembut saat tahu aku bukan murid inti.”
“Apakah Sekte Wu Dang masih dipimpin oleh Zhang Shi Dao?” tanya sosok tua mengerikan itu, nada suaranya dingin saat menyebut nama Zhang Shi Dao.
“T-tidak, tuan. Leluhur Zhang Shi Dao telah lama mati. Sekte Wudang saat ini dipimpin oleh Pemimpin Sekte Zhang Long Jin!”
Seketika cengkeraman di leher Rong Guo dilepaskan ketika sosok itu tahu bahwa Zhang Shi Dao telah tewas.
Rong Gu terjatuh ke lantai gua yang keras dan kasar. Dia memegang lehernya yang pasti telah biru lebam saat ini.
Hening sejenak. Rong Guo sedang berpikir keras bagaimana melarikan diri dari gua itu, sementara sosok mengerikan itu tampak diam, mirip orang termangu-mangu. Sesekali terdengar lirih bisikan orang tua itu. Ia seperti terdengar menyesal.
Rong Guo baru saja menggeser kakinya dua langkah mendekati mulut gua, tiba-tiba suara tua itu berbicara tanpa menoleh. Nadanya dingin tanpa ekspresi.
“Bocah! Sekarang ceritakan padaku. Bagaimana bisa Inti Mutiara, sesuatu yang penting bagi seorang praktisi memulai debutnya di dalam dunia cultivator… itu tidak kamu miliki?” tanya sosok misterius itu.
Pada saat berbicara, dia memalingkan wajahnya pada Rong Guo. Sontak lutut Rong Guo lemas, tidak dapat bergerak. Anak itu terkulai tak berdaya, seolah-olah ada kekuatan tidak kasat mata yang membuatnya menjadi lemah.
“Celaka! Kakek tua ini seorang monster! Jangan-jangan dia adalah salah satu dari datuk-datuk dunia persilatan, yang konon menyembunyikan diri, dan tidak ingin di kenali di dunia luar. Bagaimana bisa hanya dalam sekali tatapan mata kosong aku langsung terkulai tidak berdaya?” Rong Guo mengeluh saat ia terduduk seperti bersimpuh di kaki sosok orang tua itu.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Rong Guo menjelaskan.
“Tuan… Setahu saya. Aku sadar keberadaanku di dunia ini, Aku sudah tidak memiliki inti mutiara seperti yang dimiliki oleh orang lain. Itu sebabnya walaupun berlatih susah payah dan ingin menjadi murid di sekte Wudang, posisiku tidak lebih dari seorang murid pekerja. Mungkin sebentar lagi aku akan diusir dari sekte itu, Karena tidak memiliki bakat!”
Saat berbicara, tiba-tiba air mata menggenang di mata anak kecil itu. Dia menangis bukan karena sedih. Kesal mengapa nasibnya begitu buruk. Memiliki bakat seperti anak-anak lain yang menjadi murid pelataran luar sesungguhnya, bahkan murid pelataran dalam.
Dia disebut sebagai murid pelataran luar, tapi kenyataannya diperlakukan seolah-olah dia hanya murid pekerja biasa.
Perlu diketahui.
Pada masa ketika kisah ini berlangsung, untuk menjadi seorang yang disebut sebagai cultivator atau pendekar, hal yang paling dasar adalah memiliki inti mutiara serta memiliki tulang yang baik.
Inti mutiara diperlukan untuk mengumpulkan energi dari aliran udara yang bergerak di muka bumi, menghimpunnya ke dalam inti mutiara lalu mengubahnya menjadi energi atau kekuatan.
Sebaliknya, bakat tulang ada lima jenis di dunia ini: Tulang Serigala, Tulang Harimau, Tulang Beruang, Tulang Qilin, dan Tulang Naga Dewa.
Rong Guo ini bisa dikatakan memiliki bakat terburuk dari yang paling buruk. Sudahlah tulang yang ia miliki hanya tulang serigala, kenyataan pahit lainnya adalah dia tidak memiliki inti mutiara. Katakan bagaimana dia tidak bisa menjadi sedih? Ilmu dan teknik yang ia pelajari itu hanya terlihat indah ketika dieksekusi. Namun, sesungguhnya hal itu sama sekali tidak memiliki isi.
Berkat kerajinannya selalu berlatih satu macam teknik berulang kali, dia bisa dikatakan sangat mahir. Namun, begitu pertempuran berlangsung lebih dari sepuluh jurus, kekosongan dari semua teknik pedang yang ia lancarkan yang tampak indah dan mengerikan itu sebenarnya tidak memiliki isi sama sekali. Tidak ada kekuatan di dalamnya karena tidak ada energi hawa murni, juga tulang bawaan dirinya yang rapuh – tulang serigala.
Mendengar anak kecil di depannya tiba-tiba terisak dalam nada sedih, sosok orang tua itu mendengus dingin. Katanya dengan nada rendah terdengar di telinga Rong Guo.
“Tulang serigala bermutu buruk yang kamu miliki itu dapat diperbaiki dengan berlatih dan berkultivasi menggunakan teknik-teknik terbaik dari dunia persilatan. Tapi bagaimana bisa tidak memiliki inti mutiara? Kamu ibarat sebuah buah, tapi isi di dalamnya kosong!”
Ejekan dari si orang tua, hati Rong Guo terasa semakin pedih.
Sudah terlalu lama dia merenungi dan menyesali mengapa dirinya begitu malang. Menerima kutukan bertubi-tubi dan tidak memberinya kesempatan untuk menjadi seorang kultivator. Langit sungguh tidak adil!
Melihat anak kecil yang berubah menjadi sedih, pria tua itu mendengus dingin. Katanya tanpa belas kasihan sedikitpun.
“Bocah! Untuk apa kamu menangis? Takdir surgawi tidak bisa kamu ubah. Mengadakan inti mutiara di dantianmu, itu adalah hal yang tidak mungkin.”
Hati Rong Guo semakin sedih. Kata-kata orang tua itu seolah-olah menampar wajahnya. Dia menjadi pendiam dan tidak lagi menangis, tetapi hatinya tetap sedih.
Kesunyian melanda isi gua itu. Orang yang tidak saling mengenal diam tidak lagi berbicara.
“Sesungguhnya masih ada satu jalan, kesempatan terakhir yang bisa kamu miliki. Namun, jalan ini sangat sengsara… Aku bertanya-tanya, apakah anak sekecil dirimu mau menderita demi inti mutiara?”
Kata-kata sosok asing yang mengerikan itu terdengar di telinga Rong Guo seperti bunyi halilintar. Jantungnya berdegup kencang. Ini artinya dia masih memiliki harapan untuk menjadi cultivator atau pendekar.
Dengan mengesampingkan rasa takutnya, Rong Guo bergegas mendekati orang tua itu. Tiba-tiba saja semua rasa lemas di tubuhnya hilang seketika. Tanpa disadari, dia telah berada dekat dan bersimpuh di kaki sosok itu.
“Penatua… Katakan bagaimana caranya, agar aku bisa mendapatkan inti Mutiara?”
Bersambung
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny