Share

Warisan Istriku yang Mengejutkan
Warisan Istriku yang Mengejutkan
Author: Dewanu

Masalah Uang

BRAKK!

"Kamu ngerti nggak sih? Aku ini lagi susah! Kalau kamu mau beli, beli saja pakai uang sendiri!" bentak Denny pada Mira dengan menggebrak almari.

Mira, istri Denny, hanya bisa menatap pria itu dengan gamang. Padahal, Mira hanya meminta pendapat tentang seperangkat alat sholat yang mulai ditumbuhi jamur. Alat sholat itu adalah salah satu barang hadiah dari pernikahan mereka tiga tahun lalu, jadi Mira membicarakannya dengan sang suami.

"Tapi Mas..."

"Sudahlah, aku mau tidur! Uang kemarin, kamu harus memakainya dengan hemat untuk biaya makan kita. Mengerti?!"

Mira termenung, dilihat wajah suaminya yang terlihat letih. Akan tetapi, sebenarnya ia hanya menceritakan bahwa mukena itu sudah usang, bukan berarti minta dibelikan.

Pakai uang sendiri?

Itu lebih tidak mungkin, karena Denny selalu memberinya uang "pas-pasan", dan ia sudah berusaha maksimal untuk berhemat.

Melihat Mira yang masih diam termenung di tepi tempat tidur, Denny justru semakin emosi.

"Kamu ini, sudah miskin tapi banyak maunya. Coba sih sekali-kali berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang. Banyak wanita jaman sekarang ini yang bisa maju dan tidak kuper kayak kamu. Kamu ini apa? Cuma bisa menuntut dan menghabiskan uang. Dasar perempuan kurang bergaul!" oceh Denny, padahal pria itu sudah menarik selimutnya, mau tidur.

Ia mengira Mira kesal karena Denny tidak membelikan untuknya.

Mendengar itu, Mira hanya kembali terdiam dengan hati yang sedih. Ia merasa Denny semakin jauh darinya. Entah mengapa, akhir-akhir ini semakin parah. Mungkin, inilah puncaknya? 

Mira sungguh tidak paham jalan pikiran suaminya. Dia terus merenung, hingga tanpa disadari, Denny sudah mulai tertidur pulas. 

Di sisi lain, Mira sendiri masih tidak bisa memejamkan matanya.

“Huuft…” Mira menghela nafas. Padahal, dia harus selalu bangun pagi. Tapi, tindakan dan perilaku Denny terus membuatnya termenung.

Pernikahannya semakin terasa hambar dan dia merasa Denny semakin sulit tergapai. Padahal, mereka sekasur. 

Usia Mira sudah mendekati tiga puluh tahun dan ia sungguh menginginkan kebahagiaan dan kasih sayang dari suaminya, sama seperti semua istri dalam pernikahan. Terlepas apakah ia akan memiliki anak atau tidak, ia hanya ingin cinta Denny yang tulus.

Mira lalu menatap wajah Denny.

Sungguh menenangkan hatinya memandang wajah suaminya itu di malam hari seperti ini. Lebih terasa leluasa daripada saat ia terjaga.

Wajah itu tenang bagaikan air danau yang menyejukkan. Akan tetapi, Mira tak bisa menyelami dan memahami arti dirinya bagi Denny di dalam ikatan pernikahan ini.

Dalam lamunannya, sebuah dering ponsel mengejutkannya, bersamaan Denny yang juga terkejut. Gegas, Mira langsung berpura-pura tidur.

Namun, Mira dapat mengintip Denny yang langsung meraih ponselnya, untuk mengangkat telepon tersebut.

Suaminya itu tampak begitu waspada mengangkat telepon entah dari siapa.

"Hallo," ucap Denny pelan. 

"Kamu sama istrimu, ya? Aku cemburu…." Suara perempuan dapat terdengar dari ponsel Denny karena ruang kamar mereka yang begitu sunyi.

Deg!

Mira terkejut setengah mati mendengarnya. Bahkan, tangannya bergetar tanpa sadar. Apakah Denny sungguh mengira dirinya tidur dan tak mendengar percakapan mereka?

Hati Mira bagaikan tertusuk sembilu.

Apakah suaminya berselingkuh selama ini? 

"Mas, kenapa malam-malam begini telepon perempuan?" tanya Mira langsung pada akhirnya. Dia bahkan lalu bangkit dari tidurnya. 

Denny tentu saja sangat terkejut. Pria itu bahkan langsung memutuskan sambungan teleponnya.

"A-apa maksudmu, Mira? Aku memang telepon perempuan, tapi cuma sama teman lama. Apa salahnya berteman?" Denny terlihat gugup sekali.

"Mas, ini jam satu malam. Untuk apa menelpon temanmu? Berikan ponsel itu padaku, biar aku yang berbicara. Bisa jadi, dia tidak pernah diajari sopan santun, sehingga aku yang akan mengajari teman wanita kamu itu, Mas."

"Mira, sudahlah, jangan berisik. Ini sudah malam. Ayo, tidur lagi," ujar Denny cepat. Bahkan, sebelum Mira bisa berucap kembali, tubuh perempuan itu telah didekap oleh suaminya.

Hanya saja, Mira begitu terkejut. Dia merasakan tubuh Denny yang sangat panas. 

"Tunggu, Mas. Kamu demam, ya?" Mira lalu menyentuh kening Denny juga beberapa bagian tubuh lainnya.

Melihat mata Denny yang sedikit sayu, Mira pun turun dari pembaringan. Amarahnya seketika menguap entah ke mana.

Gegas, ia mengambil kompres kain, lalu baskom berisi air hangat. Tidak lupa mengambil obat pereda untuk demam.

"Cepat minum obat ini dulu, Mas. Setelah itu, aku akan mengompres kepalamu."

Segelas air putih dan juga obat, Denny disuruh untuk segera meminumnya.

"Apa siang tadi, kau terlambat makan lagi, Mas?" tanya Mira pelan. Dia begitu khawatir dengan keadaan suaminya.

Pria itu hanya mengangguk lemah.

Siang tadi, ia memang terlambat makan karena banyak sekali urusan pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan baik. Perusahaan sedang mengalami masalah pelik, jadi sebagai seorang manajer ia harus bisa mengatasi dengan baik masalah tersebut, sehingga ia melupakan waktu makan siang.

"Aku sudah mengingatkanmu, Mas. Tapi, pesanku selalu kamu abaikan. Ya sudah, sekarang tidurlah dulu, aku akan menjagamu."

"Hemm ... sudahlah! Jangan berisik."

"Tapi, Mas–"

Denny lalu berbicara sebelum perempuan itu dapat menyelesaikan ucapannya,"–kalau kamu gak bisa bantu, maka biarkanlah aku istirahat saja."

Mendengar ucapan Denny, Mira menutup matanya. Dia menghela napas dalam hati selagi tangannya mengepal kuat.

Walau tangan Denny melingkar di pinggangnya, tapi tidak ada kehangatan yang biasa Mira rasakan. Pikiran Mira melambung pada kalimat yang terdengar dari panggilan “teman lama” Denny.

“Kamu sama istrimu, ya? Aku cemburu….”

Mengingat hal tersebut, Mira pun mengepalkan tangannya. “Jadi, kamu berubah karena perempuan lain, Mas?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wawa Joelian
membagong kan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status