Share

Showroom Mobil

"Oh iya, Mira. Apa sudah ada yang menawar?" tanya Denny penasaran.

“Kita lihat nanti, berapa mereka berani membeli mobilmu."

Melihat betapa santainya Mira, Magdalena menatapnya kesal.

Sejak awal, ia memang tidak setuju Denny menikahi Mira gadis kampung itu.

Wajahnya juga tidak secantik Imas Gayatri, putri konglomerat itu. Menikahi Mira, Magdalena seperti dibuat malu. Apalagi waktu pernikahan, tamu-tamu yang berasal dari keluarga Mira adalah keluarga kampung dengan penampilan yang sangat mencolok.

Magdalena ingat, tamu undangan tertawa mengejek kedatangan mereka saat itu karena mereka datang dengan pakaian yang sangat murahan dan norak. Make-up belepotan dan tidak berkelas sama sekali. Sejak itu, ia menyadari bahwa menantu perempuannya berasal dari kelas rendahan.

*****

Sementara itu, keduanya lalu pergi ke sebuah dealer mobil, tempat yang dimaksud Mira.

Keduanya masuk. Mata Mira melihat banyak sekali mobil mewah dan mengkilap. Ia tak pernah melihat mobil terbaru yang masih berada di showroom. Ia pun menyentuh mobil tersebut dengan berdecak kagum.

"Mira, apa yang kau lakukan? Mobil ini sangat mahal, kita tak akan mampu membelinya," kata Denny dan menarik tangan istrinya.

"Memangnya, berapa harga mobil ini, Mas?"

"Ehmm, kalau nggak salah...mobil ini harganya 1,2 Miliar. Sementara mobilku cuma lima ratusan juta."

"Ooh...mahal juga ya, Mas," kata Mira sambil mengangguk.

Tanpa mereka sadari, keberadaan keduanya sudah diperhatikan oleh salah satu pegawai Showroom Mobil. Pegawai laki-laki itu akhirnya datang dan mendekati mereka berdua.

"Mau cari model apa, Pak. Mobil bekas atau mobil baru?' tembaknya langsung.

Denny yang begitu terkejut, terlihat gelagapan. Namun, dia berhasil menguasai dirinya kembali, sebelum berkata, "Ehmm, sebenarnya saya mau..."

"Gini Mas, saya mau tuker tambah mobil saya. Bisa nggak?" potong Mira membuat Denny keheranan.

Denny pun melotot ke arahnya, seakan Mira hanya main main dengan ucapannya, tentu saja ia tak mau dibuat malu dengan istri udiknya ini.

"Tentu bisa, Bu. Tapi, mobil mana yang mau ditukar, ya?" tanya pegawai itu dengan sopan.

Tanpa menunggu lama, Mira lalu menunjuk ke arah mobil yang terparkir di depan showroom.

Pegawai itu pun memperhatikan sejenak sebelum tersenyum. "Oh, LC ya... boleh...kami akan memanggil bagian pembelian untuk menentukan harga."

Mira mengangguk, tapi Denny semakin kebingungan. Ia menarik tangan Mira ke sudut ruangan.

"Jangan berlagak, Mira. Aku mau jual mobil, bukan mau beli," desisnya di telinga sang istri.

"Betul, Mas. Kita memang mau jual mobil tapi juga mau beli yang lebih bagus. Sudahlah, biar aku yang menyelesaikan masalah ini."

Denny menggeleng kepala tak mengerti, tapi ia pun akhirnya menurut.

Namun, saat mereka kembali menemui pegawai tadi, mereka dikejutkan kedatangan Danu dan Nia.

"Loh, Mas Danu ada di sini? Bukannya lagi dirawat di rumah sakit?" Denny yang pertama kali menyadari kehadiran keduanya, langsung menegur iparnya.

"Uhmm, sudah mending kok, Denny. Aku lagi mau lihat-lihat mobil, siapa tahu ada yang bagus. Tahu sendiri kan, mobilku sudah terjual kemarin, sehingga aku butuh mobil lagi untuk bekerja."

Mira menyipitkan matanya. Ia sedikit bingung bagaimana Mas Danu bisa bisanya langsung sehat dan membeli mobil. Padahal, sebelum menerima uang darinya pria itu terlihat lesu dan tidak bersemangat.

"Mas, sudah benar-benar sehat, ya?" tegur Mira pada akhirnya.

"Eh, sudah Mira, sudah mendingan," jawab Danu dengan mengangguk canggung.

"Mau beli mobil, ya Mas? Pilih aja di sana yang bagus Mas, tuh yang warna merah, kayaknya cocok buat Mas Danu yang sporty, pasti tambah keren."

Danu melihat ke arah yang ditunjuk Mira, dimana mobil mewah dengan logo bintang berada. Desain elegan dan sporty memang sedang diminati dengan warnanya yang mencolok akhir akhir ini.

"Beneran bagus, tapi..."

"Kenapa Mas? Uangnya nggak cukup?"

Danu memicingkan matanya. Bukan cuma nggak cukup, tapi jauh dari kata mendekati. Mobil itu pasti dimiliki orang orang yang sangat kaya.

"Heh. Kamu ngerti enggak sih? Mobil itu bukan untuk kelas orang kayak kita. Coba bayangkan kalau spionnya aja kesenggol pecah pasti bakalan menguras kantong," kata Nia mengomentari pendapat Mira.

Mira mengangguk-angguk seperti orang bodoh yang diberikan pencerahan. Ia sedikit membenarkan hal tersebut.

"Jadi, orang seperti Mas Danu itu sebenarnya nggak cocok ya kalau pakai mobil bagus. Hmm, kalau begitu,  pakai saja yang bekas, Mas, yang penting bisa dipakai. Betul nggak Mas?"

Sontak pasangan tersebut menatap Mira kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nur Aliq
aku suka wataknya mira..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status