Share

Siapa Dia?

Nia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya. Bukan urusan Mira mengetahui mobil jenis apa yang hendak mereka beli. Tapi, mengapa ucapannya seakan sangat merendahkan Danu dan dirinya?

"Lah, kamu dan Denny, mau apa ke sini?" 

Nia kini mengalihkan pandangannya pada Denny yang sedang memijat pelipisnya.

Denny sendiri masih bingung dengan semua kelakuan Mira. Pria itu gelisah, bagaimana kalau ternyata Mira sedang membuat lelucon dan mempermalukan dirinya?

"Oh, begini, Mbak. Aku sedang menawarkan mobilku untuk dijual. Mbak tahu sendiri kan, kalau perusahaan hampir saja kolaps, sehingga butuh banyak suntikan dana."

Wajah Danu sedikit cemas. Ia melirik ke arah Mira yang sedang membelai permukaan sebuah mobil mewah. Mereka baru saja menerima uang pinjaman dan Denny mengatakan membutuhkan uang untuk perusahaan?

"Tapi, kenapa istrimu berlagak? Apa dia tahu berapa harga mobil yang dia pegang pegang itu? Makanya Denny, kalau mau ke tempat seperti ini sebaiknya tidak usah bawa-bawa istrimu yang udik kayak begitu."

Denny melihat Mira memang sedang ingin tahu interior sebuah mobil mewah. Dengan kesal, ia pun mendekati Mira.

"Mira, ayo pulang! Batalkan saja menjual mobilku. Lagi pula, untuk apa kamu banyak sentuh sana sini? Lihatlah bagaimana para karyawan di tempat ini memperhatikanmu."

Namun, Mira tetap santai, seolah tak mendengarnya. Dia kini bahkan masih asyik memperhatikan sebuah desain mobil dengan monitor layar sentuh. 

Lalu, ia melihat ke arah Denny yang cemberut. "Mas, aku harus kursus menyetir mobil dan mau membeli mobil ini. Meskipun tidak sebagus yang tadi, tapi ini simple dan sesuai dengan seleraku."

Perkataan Mira membuat Denny makin garuk-garuk kepala. Apakah istrinya ini sedang mengigau atau mulai gila?

"Mira, kamu sadar nggak sih sama kelakuanmu? Aku bilang mau jual mobil, dan bukannya mau melawak di tempat ini!" pekiknya geram.

Tangan Denny mencekal pergelangan tangan Mira dengan kuat dan menyeretnya menjauh dari mobil tersebut.

Akan tetapi, pada saat bersamaan, seorang pegawai yang tadi berbicara dengan keduanya datang ke arah mereka. "Pak, Bu ... kami sudah membuat taksiran harga untuk mobil bapak. Kami hanya berani membeli dengan harga tidak lebih dari 300 juta, sehingga Bapak harus menambah sekitar satu miliar lagi dengan semua administrasinya. Jika ..."

Belum selesai pegawai itu berbicara, Denny sudah kembali menyela, "Apa katamu? Cuma tiga ratus? Nggak masuk akal!"

Dia begitu kesal membayangkan mobilnya dihargai murah. Jelas-jelas, dia membelinya mahal dulu!

"Pak, kami adalah pembeli yang akan menjual kembali mobil tersebut. Setelah kami periksa, banyak sekali onderdil dan komponen interior yang harus diadakan penggantian. Kita tidak bisa membeli dengan harga yang lebih tinggi."

Mendengar itu, Denny hanya diam saja. Kini, justru Mira yang berbicara, "Baiklah, aku setuju. Buatlah kwitansi, mobil itu akan kami beli saja."

"Baik, Bu. Kami akan menyiapkan dokumennya."

"Mira? Apa kamu masih waras?" tanya Denny geram.

"Kenapa, Mas? Kau suka dengan mobil tadi. Pakai saja dan gunakan mobil itu untuk penampilan yang lebih baik. Kalau mau menarik investor, seharusnya kau terlihat meyakinkan bukan? Anggap saja, pinjaman ini adalah modal usaha. Aku sudah katakan kepadamu, kan? Aku ini bisa mencarikan pinjaman dalam jumlah besar."

Meskipun sangat sulit untuk mencerna situasinya, Denny sedikit mendapatkan inspirasi.

Sangat masuk akal perkataan istri kampungannya itu.

Sekarang ini, Denny butuh meyakinkan orang dalam penampilannya yang lebih baik, sehingga investor merasa percaya menanam modal usaha kepadanya. Kalau penampilannya biasa saja, mana mau para pemilik modal itu memberi lebih? Jangankan memberi modal, dilirik saja belum tentu!

"Ekhem," Denny berdeham.

Dia cukup malu karena tidak bisa berpikir panjang seperti Mira yang sering dia remehkan. Namun, pria itu berhasil mengendalikan ekspresinya sebelum berkata pada istrinya itu, "Tapi, bisakah aku bertemu dengan orang yang meminjamkan uang kepadamu? Bukan apa-apa, aku takut dia punya maksud tertentu."

Deg!

Mira hanya membeku. Ia belum tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan Denny. Sepertinya belum saatnya, untuk Denny tahu. Tapi, bagaimana cara membuat suaminya itu tidak curiga?

"Mira, bisakah kau mempertemukan aku dengannya?" tanya Denny lagi dengan nada menuntut.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ezloy
syukaaa Mira, buat Denny kelepek kelepek
goodnovel comment avatar
Meggy M
ceritanya bagus si mira mainnya cantik... lanjut
goodnovel comment avatar
Ribka Chandra
bagus tapi sayang bgt pake koin segala🥲
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status