"Nesta berhenti? Pasti ini lelucon. Jika benar, maka Viano akan mencetak rekor baru, bukan?"Seorang pria yang mengaku memiliki seorang anak kini mengacak-acak rambutnya. Ia merutuki dirinya sendiri, karena ia bingung bagaimana harus bertindak. Benarkah seorang bos harus meminta maaf kepada bawahannya? Tentu!Ia berbaring, berharap hal ini bisa mengurangi beban pikirannya. Apakah ia bersalah? Jika tidak, ini hanya akan sebentar. Besok pagi ketika ia bangun, ia akan kembali menjadi yang seperti biasa.Ia menutup matanya. Namun, bayangan Nesta tersingkap di pikirannya. Ia berputar-putar di tempat tidur. Tidur terlentang tampaknya kurang baik, coba tidur miring ke kiri. Tidak, sama saja. Viano masih merasa gelisah. Coba tidur miring ke kanan, tetap saja tidak tenang. Membuka mata, ia melihat foto R.Arg! Tidak, jika saja ia menanyakan kabar Nesta, beban pikirannya pasti bertambah.Membatalkan niat tidur, seorang Viano bangkit dan duduk tepat di tepi tempat tidur, menyandarkan punggungnya
Tuhan, kepala Ivan terasa berputar. Sejauh pengetahuannya, tugasnya di tempat ini adalah untuk mengawasi kinerja karyawan. Mengapa tiba-tiba harus menangani urusan Viano?Alasannya adalah Viano tahu bahwa Ivan dekat dengan Nesta, dia meminta bantuan agar Ivan memberikan informasi tentang supermarket tempat Nesta bekerja.Ini sudah hari ketiga, dan Ivan masih belum menemukannya. Masalahnya bukan hanya dia tidak bisa bertanya, tetapi belakangan ini dia memang sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi di akhir bulan, saat dia harus memeriksa kinerja semua karyawan. Belum lagi Viano yang meminta Ivan untuk merahasiakan ini dari Nesta--katanya ingin memeriksa apakah ada sabotase atau tidak.Oh, Tuhan! Sepertinya sekarang Ivan bisa melihat bagaimana Viano bertingkah bodoh, semua gara-gara Nesta.Omong-omong, untuk menangani masalah sepele Viano, apakah Ivan bisa meminta upah lembur, ya?Satu lagi masalah. Lusi juga sibuk seperti Viano. Bukan untuk merekrut Nesta lagi atau melakukan pengintaian. Na
Mengenai komentar Ivan yang menyebut Viano terlalu emosional dalam urusan Nesta, tampaknya itu benar. Tuduhan itu berdasar, karena Viano kini mengunjungi K-Mart sekitar pukul lima sore.Voila! Dia berani muncul di hadapan Nesta.Sementara Nesta yang biasanya disuruh untuk menjaga toko, hilang seketika saat mengetahui Viano ada di depan.Berdiri saling berhadapan, pertukaran tatapan tajam terjadi di toko tersebut, Nesta akhirnya menyerah."Bapak ingin berbelanja?" tanya Nesta."Hmm!" Jawaban Viano terdengar jelas.Andai saja Nesta bisa mengatakan itu langsung. Namun, yang terjadi dia malah mengatakan "Silakan Pak."Ketika Viano berkeliling toko memeriksa setiap rak display satu per satu, perasaan Nesta sedikit tidak nyaman. Matanya berhenti mengikuti kemana pun Viano pergi.Viano memeriksa setiap barang yang ada. Aneh, tidak ada satu pun yang bermerk, semuanya biasa saja. Rak yang dia periksa lagi-lagi hanya menemukan barang biasa. Pasti ada keunggulannya, bagaimana mungkin bisa menyai
Celaka, Kevin muncul. Dapat diduga, tentu ia mendengar segala yang Viano ucapkan. Sungguh menjengkelkan. Jika terus-menerus bersaing seperti ini, kapan bisnis di Indonesia akan maju? Usaha milik pribumi selalu kalah bersaing. Target memiliki 3% pengusaha di negeri ini, plus enam dua, entah kapan akan terwujud.Tiba-tiba, sikap berlebihan Viano muncul lagi. Kini, ia bahkan memegang kepalanya, seolah-olah dialah yang paling merasa pusing dalam kasus ini. Seharusnya, itu adalah peran Nesta."Manajemen toko ini sangat buruk!" Ia menegaskan lagi tentang keburukannya. "Tak heran jika sepi."Kevin meminta maaf. "Saya adalah pemilik toko ini.""Pemiliknya?" Viano terkejut. Nesta melihat ekspresinya, bersorak dalam hati, berterima kasih karena Viano tertangkap basah menggosip.Eh, ternyata..."Bagus jika kamu yang memiliki toko ini. Saya memiliki banyak keluhan."Kesombongan sejati! Nesta harus melakukan sesuatu agar Viano berhenti menghina Kevin."Dengar ya. Sebagai pelanggan, saya merasa dis
"Ayah, Raja ingin bertemu Kak Nesta."Wah, ini dia! Yang ditakutkan akhirnya terjadi. Raja bertanya tentang Nesta. Kira-kira jawaban apa ya yang cocok untuk anak sekecil dia?Lagi pula, apa sih kelebihannya berteman dengan Nesta? Heran Viano, Raja sejak pertama kali bertemu dengan gadis itu seperti tidak bisa melupakan dia. Hampir setiap hari Raja menanyakan kabar dan juga kapan mereka bisa bertemu lagi."Jangan terus-terusan bertanya tentang Kak Nesta. Raja itu masih kecil, seharusnya lebih fokus belajar atau lebih baik banyak berteman dengan anak-anak seumuran Raja.Seperti anak kecil yang sudah bisa berpikir, Raja tidak langsung menurut kata-kata Viano."Tapi, kan, setiap hari Raja juga belajar, Ayah. Terus kalau siang kadang-kadang main sama Davin. Kata Ayah kemarin karena Raja sering tanya soal mama, harus kurang-kurangi main sama Davin."Ah, iya juga. Memang benar sih, Viano sempat meminta Raja untuk tidak terlalu sering main sama Davin. Habisnya bagaimana, ya? Setiap hari anak
Lusi, sungguh tak masuk akal, bagaimana mungkin dia meminta Viano untuk menjemputnya pergi ke tempat pertemuan di hotel Vaganza?"Saya tidak bisa menjemputmu, pergilah sendiri!" ujar Viano dengan tegas.Lusi tampaknya merajuk di tempat. "Kenapa kita tidak pergi bersama saja, Vi? Kamu sendirian, masih banyak kursi kosong. Daripada kita menggunakan kendaraan masing-masing, lebih baik jika bersama saja."Setelah memakai dasi dan merapikan jasnya sedikit, Viano kembali menjawab Lusi. "Tidak ada alasan, yang jelas saya tidak mau pergi bersama siapa pun hari ini.""Jangan begitu, dong." Lusi masih berusaha membujuk. "Atau kalau memang kamu tidak bisa menjemput, biarkan aku naik taksi ke rumahmu. Berangkat bersama itu lebih menyenangkan, loh, Vi."Viano mengerutkan kening. Lusi sering mengabaikan soal status Viano siapa dia ini. Apakah pernah terjadi, dalam sejarah, sekretaris merajuk minta dijemput oleh bosnya? Bukankah itu tergolong tidak sopan?"Agar kita juga bisa lebih dekat di luar hub
Hidup itu sederhana, kalau kita tidak membuatnya menjadi rumit. Namun, hidup itu menjadi berbelit-belit ketika Viano masuk ke dalam cerita. Itulah prinsip yang dipegang Nesta.Mengenai urusan titipan Raja, Nesta sama sekali tidak memiliki keberatan. Yang membuatnya merasa terbebani adalah peraturan yang diberlakukan Viano. Sungguh, itu bisa membuat kepala berputar.Berapa kali pun, Viano mengirim pesan untuk mengingatkan Nesta agar tidak memberikan terlalu banyak makanan yang mengandung MSG. Sungguh, MSG itu menggoda sekali, Ayah. Cobalah sekali saja, Ayah pasti akan mencari lagi.Karena terlalu kesal, Nesta sampai menjawab demikian. Namun, dia menenangkan diri, tidak akan mengajarkan Raja untuk menyukai MSG, hanya ingin menggertak ayahnya saja.Viano membalas dengan emoticon marah diikuti stiker monyet yang sedang dipukul. Namun, anehnya, Nesta malah tersenyum geli. Ada rasa gemas yang muncul. Bagaimana bisa, Viano malah terlihat menggemaskan?Hanya bercanda, Ayah. Semua baik-baik sa
Setelah Viano pergi, apakah aku hanya akan berdiam diri? Tentu tidak! Lusi memiliki ribuan rencana untuk bertindak. Ia mulai berpura-pura sakit kepala, mual, dan lemas."Ayo berhenti berpura-pura, Lus!" Viano langsung menyadari bahwa Lusi hanya berakting.Sungguh, tidakkah dia malu diperhatikan oleh orang-orang? Mereka bisa mengira dia sedang mengidam. Dan jika terus begini, bukankah itu berbahaya? Viano bisa dituduh macam-macam."Sepertinya aku salah makan." Lusi mencari alasan. Yah, setidaknya, jika tidak diantar oleh Viano, dia bisa menunggu taksi yang dipesan tiba. Menyesal juga karena tidak membawa kendaraan sendiri. Berniat untuk bertingkah, malah berakhir sia-sia.Lusi mencoba mencari kesempatan dengan memegang tangan Viano. "Pegang aku," pintanya.Baiklah, demi kemanusiaan, Viano memegang tangan Lusi.Semakin lama, gadis itu semakin berani. Kini ia malah mengaitkan lengannya dengan lengan Viano. Orang-orang yang lewat memperhatikan mereka.Baru-baru ini, si Edo—staf dari perus