Home / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 51 - Penyesalan Sang Iblis Tua

Share

Bab 51 - Penyesalan Sang Iblis Tua

Author: D.Arluna
last update Huling Na-update: 2025-07-21 22:29:13

Hujan deras mengguyur Kota Bawah malam itu. Petir menyambar langit dengan kemarahan yang nyaris sepadan dengan suasana hati Dimas di dalam warung. Ia duduk sendirian di bangku panjang, menatap gelas kopi hitam yang uapnya menari seperti kenangan buruk. Warung tampak sepi. Toyo sedang membereskan botol-botol sirup di rak, sementara Karina termenung di pojok dinding, sesekali melirik ke arah tangga yang mengarah ke lantai bawah.

"Sudah dua hari dia nggak balik-balik," gumam Karina pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya bisa didengar oleh dinding.

Dimas mengangguk pelan. Yang dimaksud Karina adalah Randi, karyawan konten warung kopi yang sejak pertengkaran hebat dengan Dimas memilih untuk pergi dari warung dan menghilang entah ke mana. Tak ada kabar, tak ada pesan. Hanya aroma kepergian dan luka yang tertinggal.

"Kalau dia marah karena aku, harusnya dia bilang langsung. Bukan pergi kayak gitu," ucap Dimas dengan nada lelah.

Toyo mendekat, membawa nampan berisi camilan bakwan dan tahu i
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 51 - Penyesalan Sang Iblis Tua

    Hujan deras mengguyur Kota Bawah malam itu. Petir menyambar langit dengan kemarahan yang nyaris sepadan dengan suasana hati Dimas di dalam warung. Ia duduk sendirian di bangku panjang, menatap gelas kopi hitam yang uapnya menari seperti kenangan buruk. Warung tampak sepi. Toyo sedang membereskan botol-botol sirup di rak, sementara Karina termenung di pojok dinding, sesekali melirik ke arah tangga yang mengarah ke lantai bawah."Sudah dua hari dia nggak balik-balik," gumam Karina pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya bisa didengar oleh dinding.Dimas mengangguk pelan. Yang dimaksud Karina adalah Randi, karyawan konten warung kopi yang sejak pertengkaran hebat dengan Dimas memilih untuk pergi dari warung dan menghilang entah ke mana. Tak ada kabar, tak ada pesan. Hanya aroma kepergian dan luka yang tertinggal."Kalau dia marah karena aku, harusnya dia bilang langsung. Bukan pergi kayak gitu," ucap Dimas dengan nada lelah.Toyo mendekat, membawa nampan berisi camilan bakwan dan tahu i

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 50 – Pertemuan yang Tak Pernah Dijanjikan

    Warung Kopi Dunia Bawah malam itu lebih sunyi dari biasanya. Tak ada pengunjung dari dunia arwah, tak ada penguasa kegelapan yang datang memesan espresso, dan tak ada percikan api gaib dari teko Toyo yang biasanya ceroboh. Bahkan suara jangkrik pun terasa malas menembus kabut tipis yang menyelimuti pelataran warung.Dimas duduk termenung di kursi belakang bar, memainkan gelas kosong yang sudah sejak tadi tak terisi apa-apa. Di sebelahnya, Toyo tergeletak di atas karung goni, setengah tertidur, setengah melamun sambil memandangi langit-langit yang berjamur.“Sejak kemarin suasananya beda, Mas,” gumam Toyo sambil menguap.“Bukan cuma kemarin. Sejak kejadian si Ratu Api itu pergi dari warung ini, semua terasa hampa,” balas Dimas. “Bahkan suara ketel air pun nggak mau mendesis.”“Jangan-jangan… warung kita lagi dikutuk?” bisik Toyo, setengah serius, setengah takut-takut.“Bukan dikutuk,” tiba-tiba suara lembut nan berat terdengar dari ambang pintu. “Ini fase penantian.”Dimas dan Toyo lan

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 49 - “Satu Cangkir Terakhir Sebelum Petaka”

    Hening. Suara ketel mendesis di dapur belakang warung, namun tidak satu pun dari mereka yang memperhatikan. Dimas, Toyo, Karina, dan Randi berdiri di ruang tengah warung kopi dengan tatapan serius. Meja-meja kosong. Bangku tak bergerak. Warung itu untuk pertama kalinya sejak dibuka, terasa… sunyi.“Ini aneh,” gumam Karina sambil memandang ke luar jendela. “Biasanya jam segini udah rame. Dari dunia hantu, dari dunia paralel, dari dimensi absurd mana pun… selalu ada pelanggan.”Dimas mengangguk, pelan. Ia melirik jam dinding. Sudah lewat tengah malam. Waktu puncak kunjungan. Tapi pintu depan tak berderak, lonceng kecil di atasnya tak berdenting. Dunia bawah… seolah menahan napas.Randi yang dari tadi sibuk menulis di buku catatannya mengangkat kepala. “Ada sesuatu yang salah. Aku bisa merasakannya. Energinya berubah. Warung ini terasa... dijaga. Atau malah... dikepung?”Toyo langsung melirik ke jendela. “Jangan-jangan... dunia atas tahu tentang kita?”“Bukan dunia atas,” sela Karina, wa

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 48 – Penawaran dari Bangsa Pengembara Dimensi

    Malam itu langit Kota Antara tampak tak biasa. Bintang-bintang seperti membentuk pola aneh—simetris, berkelap-kelip dengan irama tertentu, seolah ada sesuatu yang datang dari kejauhan. Di dalam Warung Kopi Dunia Bawah, suasana justru hening. Toyo sedang membersihkan mesin espresso sambil menguap, Randi sibuk di sudut ruangan dengan laptopnya, dan Karina… entah menghilang ke mana sejak sore tadi.Dimas memandang keluar jendela, matanya tajam mengikuti pola langit. Ia sudah mencium kejanggalan sejak pagi, ketika mesin pemesan dari dimensi ke-79 secara acak mencetak permintaan kopi dari dimensi ke-1—dimensi asal mula waktu.“Dimas,” suara berat tiba-tiba muncul dari pintu warung yang masih setengah terbuka.Toyo langsung terkejut dan menjatuhkan lap di tangannya. Randi menoleh cepat.Sosok yang berdiri di ambang pintu bukan sembarang makhluk. Ia tinggi, mengenakan jubah berkilauan seperti terbuat dari serpihan kaca langit. Wajahnya tersembunyi di balik topeng perak dengan ukiran bintang.

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 47: Takdir Para Penghuni dan Secangkir Kehilangan

    Hujan deras masih mengguyur pelataran Warung Kopi Dunia Bawah. Suaranya seperti genderang perang yang tak kunjung usai, mengetuk-ngetuk atap warung dan mengguyah tirai waktu. Di dalam, suasana warung tampak lebih sunyi dari biasanya. Karina duduk sendiri di pojok jendela, matanya menatap tetesan air yang berkejaran di balik kaca. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, sebagian menutupi wajah yang kelihatan letih."Randi... belum pulang dari tadi sore," gumamnya pelan.Toyo yang sedang menyapu lantai, berhenti sejenak. "Masih di dunia atas, katanya. Ada kerjaan terakhir dari klien konten. Tapi katanya mau mampir malam ini."Karina mengangguk, meskipun pikirannya mengembara ke tempat lain. Sejak Randi pergi, ada sesuatu yang menggantung di udara. Bukan hanya kekhawatiran, tapi juga semacam firasat. Entah kenapa.Dimas muncul dari dapur dengan nampan berisi tiga cangkir kopi. Salah satunya dia letakkan di meja Karina. "Kopi hitam, tanpa gula. Biar bis

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 46 - "Sumpah yang Terpecah"

    Dimas berdiri diam di depan etalase kaca warung kopi yang retak separuh. Matahari pagi menembus kabut tipis dunia bawah, menyinari genangan-genangan kecil dari sisa semalam yang ganjil. Toyo berdiri di belakangnya, sambil menggenggam teko kopi yang tak lagi mengepul."Mas... kamu yakin kita masih bisa buka hari ini?" tanya Toyo dengan suara pelan.Dimas tak menjawab segera. Matanya masih tertuju pada retakan kaca yang seolah menggambarkan kondisi pikirannya saat ini: rapuh, penuh cabang, dan mengarah ke mana-mana."Buka... atau tidak buka... itu urusan kecil sekarang," jawab Dimas akhirnya, suaranya serak. "Yang penting, kita masih di sini. Kita belum mati."Toyo menelan ludah, ragu. Ia menatap kursi-kursi yang tersisa, beberapa masih terbalik, satu ada yang patah. Karina muncul dari balik tirai dapur, wajahnya pucat, rambut hantu yang biasanya acak-acakan kini digelung rapi."Tamu-tamu dari Departemen Dimensi belum pergi, Mas. Mereka mas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status