59
Melihat Albert yang berjalan, Kevin segera berdiri dari sofa di sudut ruangan dan mengejar Albert hingga di depan pintu kamar rawat inap.Sebelum Albert keluar, dia membuka pintu dan menatap Kevin sejenak.
“Jaga ayah. Selanjutnya hanya kau yang bisa aku andalkan,” kata Albert pelan yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua saja.
“Kau benar-benar akan pergi?” tanya Kevin dengan suara rendah dan menyamai rendahnya suara Albert.
“Tenang saja, aku tidak mungkin langsung pergi begitu saja. Lagi pula aku masih bisa menemuimu dan ayah nantinya. Aku pergi bukan berarti kita benar-benar berpisah.” Albert lalu tersenyum untuk menenangkan Kevin.
Kevin menggigit bibirnya dan menahan napasnya.
Albert melanjutkan, "Kalau pun aku tidak bisa, akan aku pastikan untuk mencari cara agar bisa bertemu kalian lagi."
Kevin mengangguk pelan sembari menunduk.
“Aku mengerti. Aku jug
Karena percakapan antara Kevin dan Helena selesai, Kevin pamit dan pergi dari kediaman Helena.Helena menatap sofa kosong di hadapannya.Kevin sudah pergi beberapa menit yang lalu tapi Helena belum beranjak dari duduknya dan memilih berdiam diri di sofa.Kalimat terakhir yang Kevin ucapkan kembali terngiang di pikiran Helena.“Jika anda masih ragu tentang tuan Oliver,” sahut Kevin lagi saat beranjak dari duduknya dan berdiri menyamping dari Helena.“Silahkan anda tebak, apa alasan tuan Oliver tidak menikah lagi sampai sekarang. Mengapa beliau tidak mencari ibu pengganti untuk Albert?”Lalu Kevin pun berlalu dari hadapan Helena.“Hanya menebak? Kenapa kau tidak menyuruhku langsung untuk mencari tahu saja sekalian.”Helena bisa membalas seperti itu membuat langkah Kevin berhenti.“Saya tidak minta seperti itu, karena saya rasa Nyonya Helena tidak aka
Saat itu, Revan menggenggam sebuket bunga untuk diberikan pada ibunya. Ia menapaki jalan setapak di pemakaman umum dengan perlahanLalu tiba-tiba seseorang yang dilihatnya membuat Revan berhenti melangkah. Ia melihat ayahnya di makam ibunya.Hal itu sangat jarang terjadi.Tapi kemudian ayahnya mulai berjalan menjauh dari situ.Revan mengira ayahnya akan kembali pulang namun ternyata ayahnya berhenti di salah satu makam.Revan mendekati ayahnya dari belakang, tapi berhenti setelah jaraknya tersisa lima meter. Agar ayahnya tidak langsung merasa terganggu, karena ia sedang mengamatinya dari belakang.Revan tidak takut ayahnya akan menoleh ke belakang dan mengenalinya. Karena Revan sedang memakai topi dan hodie untuk membuatnya tidak dikenali siapapun selama diluar rumah.Revan juga tidak takut kalau ada penjaga yang menangkapnya dan mengiranya sebagai pencuri makam. Karena ia memang memakai pakaian y
“Apa yang kau pelajari hari ini?” tanya ibunya yang tengah duduk di kasur pasien.“Apa, ya? Aku lupa. Yang aku ingat hanya banyak tugas yang diberikan guru,” jawab Revan tidak peduli, tapi ia berusaha menjawab dengan raut wajah yang semangat.“Kau lupa? Anak ini. Jangan lupa kerjakan semua tugasnya. Kau juga tidak usah menghabiskan waktu disini, sebentar lagi kau ulangan semester, kan?” tanya ibunya sembari mengelus kepala Revan.“Iya. Ibu tenang saja. Aku sudah siap seratus persen dengan ujiannya. Bahkan jika ujiannya dilakukan sekarang aku bisa mengerjakannya dengan baik,” balas Revan percaya diri.Ibunya tertawa, “Iya, aku tahu anakku memang cerdas.”Revan ikut tertawa bersama ibunya.Tapi sejak Revan mulai lebih sering berkelahi dan bolos, ia juga dikeluarkan dari sekolah. Dan itu terjadi berkali-kali. Revan pindah dari satu sekolah ke sekolah lain lebih dari satu kali.I
Revan sekarang berada di sebuah kamar hotel. Ia telah memesan satu kamar untuk satu malam karena sudah memutuskan jika ia tidak akan pulang malam ini.Revan lalu melihat ponselnya yang dipenuhi notifikasi pesan dan panggilan. Sudah pasti itu semua dari kakaknya, Valen. Karena ayahnya tidak mungkin menghubunginya.Sedangkan teman-temannya sudah pasti tidak akan menghubunginya, apa lagi dengan berlebihan seperti ini.Kevin sedang sibuk dengan keluarganya juga. Sedangkan Diana, mereka baru saja bertemu.Revan tidak membaca semua pesan dari kakaknya. Tapi ia mengirim pesan balasan untuk Valen, yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan pulang malam ini. Sekaligus pesan yang mengatakan ia akan berbicara pada Valen besok ketika pagi hari. Tentu saja saat ia pulang ke rumah.Revan sengaja memilih pagi hari karena besok hari libur. Revan tidak perlu ke sekolah dan ia sudah menyiapkan dirinya menghadapi pembicaraan yang mungkin membuat kep
Akhirnya Derrick yang berdiri di balik dinding memutuskan menampakkan dirinya pada Revan dan Valen. Tapi hanya Valen yang langsung melihatnya terlebih dahulu. Valen dan ayahnya saling memandang seketika karena ke ayahnya yang tiba-tiba muncul. “Ayah.” Valen menyebut ayahnya membuat Revan mengeryitkan alisnya. Ia berbalik dan melihat kehadiran ayahnya. Revan menatap wajah ayahnya tanpa mengatakan apa-apa. Ia penasaran dari mana asal ayahnya datang dengan tiba-tiba. Akhirnya Derrick mendekati keduanya. “Aku mendengar pembicaraan kalian,” kata Derrick memulai percakapan baru tiba-tiba. Revan terkejut. Dia mendengarnya? batin Revan benar-benar heran. Sejak kapan ayahnya mende
“Kau dan Valen adalah saudara sepupu," lanjut Derrick.Inilah alasannya mengapa wajahnya Revan bisa mirip dengan Valen. Padahal mereka bukan saudara kandung.Ini bukan karena kebetulan, tapi karena faktor genetik, sebab ibu mereka berdua itu ternyata adalah saudara kembar.Valen dan Revan mewarisi kemiripan dari ibunya masing-masing.“Valen lebih mirip dengan istriku dan kau lebih mirip dengan ibu kandungmu, itulah yang membuat kalian mirip.”Revan dan Valen saling berpandangan.Revan membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung bagaimana menyusun kalimatnya hingga tidak ada satupun kata yang keluar.“Tapi, jika
"Apa kau tidak ke gudang untuk mencariku tadi?" David bertanya dengan tatapan penuh perhatian pada Diana."Aku yang seharusnya bertanya." Diana menatap David seolah kakaknya telah melakukan dosa besar.Ia merasa kesal pada kakaknya."Kau pergi berjam-jam kemana saja? Padahal aku cuma memintamu mengambil satu benda dari gudang, kenapa bisa lama sekali?" tanya Diana menuntut."Aku bertanya lebih dulu. Jawab dulu pertanyaanku." David membalas dan bersikeras menuntut jawaban lebih dahulu. Meski begitu, ekspresinya saat ia berkata masih dengan raut wajah perhatian.Ia tidak menyudutkan Diana sedikitpun.Tapi sebaliknya Diana merasa dirinya seperti sedang tertangkap melakukan kesa
Kevin saat ini sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Ia menerima telepon dari Albert. 'Bagaimana keadaan ayah?' tanya Albert. "Keadaan ayah membaik hari ini dari pada sebelumnya," jawab Kevin. 'Apa yang ayah lakukan sekarang?' tanya Albert lagi di telepon. "Ayah sedang tidur. Aku sudah memastikan ia menghabiskan makanannya. Beberapa saat setelah itu, ia lalu tidur." Kevin menjawab sembari mengingat beberapa saat sebelum ayah angkatnya tertidur. 'Oh, baiklah. Terima kasih ya, Kevin. Kau memang bisa diandalkan.' Albert tersenyum tapi tidak bisa dilihat oleh Kevin. Kevin tertawa kecil dan membalas, "Itu memang tugasku." 'Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan saat ini?' tanya Albert kesekian kalinya. "Aku sedang duduk di taman rumah saki