Share

5. Bikini cadangan Karlos.

Morgan menyisir rambut Michele. Wajah putrinya itu sedikit pucat.

"Papa kemarin kemana? Michele tidak melihat papa. yang ada hanya bibi Febe," tanya Michele sambil melilit-lilit pita berwarna pink miliknya. 

"Papa sedang mencari pekerjaan tambahan nak," Ucap Morgan sambil menelan ludahnya karena dia bingung harus memberi menjawaban apa kepada Michele. 

Morgan mengikatkan pita pink itu pada rambut Michele yang panjang hitam dan lurus. Morgan sangat piawai memakaikan Michele pita, sepertinya dia sudah terbiasa mendandani rambut putrinya itu. 

"Putri papa sudah rapih, cantik dengan pita berwarna pink," tukas Morgan dan menyodorkan cermin kecil kehadapan Michele dan Michele tersenyum manis melihat dirinya yang cantik di cermin. 

Morgan mengenggam jemari tangan Michele dan mengecup kening putrinya.

"Michele tidak takut kan menjalani operasi nanti?" tanya Morgan cemas. Karena anak seumur Michele harus merasakan namanya meja operasi dan juga tajamnya pisau operasi. Membayangkannya saja Morgan tidak sanggup. 

Michele terdiam dan menatap mata Morgan yang sudah berkaca-kaca, "Tidak papa, Michele tidak takut. Kan ada papa yang menemani Michele," jawab Michele sambil memeluk Morgan erat. 

Bibi Febe yang melihat adegan itu menitik kan air mata karena terharu. 

Bibi Febe mendekati Morgan dan menyentuh pundaknya. 

"Apakah nak Morgan sudah mendapatkan biaya untuk operasi Michele? Ini kartu berisi tabungan bibi isinya tidak seberapa, setidaknya ada tambahan untuk mencukupi biaya operasi Michele." Ucap Bibi Febe sambil menyodorkan sebuah kartu debet kehadapan Morgan.

"Maaf bi, terimakasih tetapi tidak usah bi. Simpan saja buat hari tua bibi," Sahut Morgan sambil mengembalikan kartu itu kembali ketangan Febe. 

"Saya sudah mendapatkan pinjaman dari Manager hotel tempat saya bekerja," sahut Morgan berbohong. 

"Syukurlah kalau begitu nak Morgan, Manager itu sangat baik yah?!" puji bibi Febe.

Morgan hanya bisa mengangguk pelan. Kali ini dia malu kepada dirinya sendiri karena harus berbohong kepada bibi Febe tentang uang yang dia dapat untuk biaya operasi Michele. 

"Oh iya bi, beberapa hari kedepan saya ada pekerjaan tambahan dari hotel. Kemungkinan saya akan sering pulang larut nanti." Morgan berharap agar bibi Febe tidak banyak bertanya tentang pekerjaannya itu. 

"Baiklah. Bibi akan menjaga Michele sampai nak Morgan kembali. Setelah itu bibi baru pulang kerumah bibi," jawab Febe dan dia tidak banyak bertanya lagi seperti yang ditakutkan Morgan.

***

Keesokan harinya.

Morgan melihat pada jam ditangannya. Masih cukup waktu untuk menunggu bibi Febe. Mungkin jalanan macet sehingga bibi Febe sedikit terlambat pikir Morgan, yang resah menunggu bibi Febe pengasuh putrinya itu. Akhirnya bibi Febe pun tiba dan ternyata tepat dugaan Morgan perjalanan yang Febe tempuh dengan akuntan umum menghadapi kemacetan yan paarah. Setelah menitipkan Michele, Morgan segera bergegas menuju jalan raya. Dia berlari cepat sampai jalan raya untuk menghentikan taksi sebagai transportasinya menuju ke Club. 

"Sisa lima belas menit lagi. Apakah bisa sampai sana tepat waktu" Morgan bermonolog sendiri. Ia tidak ingin membuat tante Monik kecewa, apalagi ini hari pertamanya mulai bekerja.

Morgan gelisah, "Pak agak cepat jalannya, saya sudah hampir terlambat bekerja!" ucap Morgan kepada supir taksi itu dan ini sudah yang ke tiga kalinya dia memerintahkan supir taxi itu agar mempercepat laju kendaraanya. 

Morgan terlambat sepuluh menit dan saat dia masuk, ditempat itu telah banyak para pria muda dan hanya tante Monik perempuan diantara mereka. Semua mata mengarah kepada Morgan yang baru tiba. Membuat Morgan bertambah gugup. 

"Kemari sayang! Kamu datang telat yah," sapa tante Monik. 

Morgan mendekat ragu kehadapan tante Monik, "Maaf tante tadi jalanan macet banget," ucap Morgan penuh penyesalan. 

"Its ok! Asal kamu jangan mengulangi lagi," jawab tante Monik ramah. 

Morgan mengangguk dengan menyakinkan. 

"Perhatian! Sayang-sayang ku. Tante mau memperkenalkan kawan baru kalian namanya Morgan. Tante harap kalian bisa saling akur yah, di club saya ini. Jangan iri terhadap yang lainnya." Ucap tante Monik tegas dan tidak ada yang  membantah. 

"Ok, Morgan kamu ganti baju dulu sana! Charlos akan membatu kamu." Morgan segera bersiap tetapi terkejut melihat sosok orang bernama charlos  yang terlihat gemulai, "Ayo mas Morgan, karlos bantu ganti baju. Ucap Karlos manja dengan langkah gemulai Karlos menuju ruang ganti. 

Didalam ruang ganti, lagi-lagi Morgan mendapatkan pengalaman yang membuat dia merasa Extra ordinary mengejutkannya.

"Ini pakaian yang PSk pakai saat pemotretan," ucap Oskar sambil tersenyum senang memamerkan setiap model pakaian rancangannya.

Mata Morgan melebar melihat model pakaian tersebut.

Morgan merasa aneh, "Ini pakaian apa mas?" tanya Morgan heran. sambil mengangkat keatas dan melebarkan pakaian tersebut untuk melihat bentuk pastinya. 

Karlos bertopang dagu dan senyum dengan bangga, "Yah bisa dikatakan, ini Bikini untuk pria rancangan aku sendiri, " jawab Karlos dengan gaya centilnya. 

Karlos memilah-milah mana yang cocok dengan postur tubuh Morgan yang cukup atletis, "Hmm...,menurut Karlos ini bakalan cocok sama mas Morgan," ucap Karlos dan merapatkan Bikini itu pada tubuh Morgan untuk menyesuaikannya. 

"Coba mas Morgan pakai, Karlos mau lihat cocok atau tidak?" Karlos menyerahkan bikini itu ketangan Morgan dan tidak lupa mengedipkan mata kearah Morgan. 

Hampir saja Morgan tersedak ludahnya sendiri. Segera morgan masuk ke kamar pas dan memakai bikini itu. 

Saat Morgan keluar dari kamar pas, mata Karlos terbelalak lebar sambil jarinya menutup mulutnya yang tadi menganga karena takjub. 

"Woww...! Cucok sekali, Mas Morgan tambah kelihatan seksi. Jantung Karlos berdetak kencang nih lihat mas Morgan pakai Bikini ini," Karlos terus memandangi Morgan dari tiap sudut. matanya mengarah pada bagian bawah tubuh Morgan yang menonjol. Morgan langsung mengerti ketika melihat tatapan Karlos yang sudah mulai berbeda. Morgan mawas diri dan harus berhati-hati. Bisa saja si Karlos ini melakukan serangan fajar mendadak yang tidak dia ingini dari seorang yang sama jenisnya dengan Morgan. 

Saat Morgan merasa sedikit takut akan sikap Karlos. Tante Monik datang dan menghampiri mereka berdua. 

"Karlos! Mengapa kalian lama sekali sih ganti bajunya. Atau jangan-jangan kamu gangguin PSK disini yah?untuk muasin kamu." Bentak tante Monik yang sudah terlihat mulai marah. 

Morgan dan Karlos segera berkumpul diruang meeting yang dibuat khusus. 

Karlos ketakutan dan mulai gemetar, "Ti-tidak tante, Karlos tidak menggangu mas Morgan," Karlos menangis layaknya seperti perempuan hatinya juga cepat rapuh. 

Morgan kasihan melihat Karlos dan ingin membela Karlos.

"Karlos benar tante, dia tidak menggangu saya," bela Morgan. 

"Ingat yah kalau ada anak PSK saya yang berhubungan dengan Karlos atau sesama jenis baik karena dibayar atau sama-sama suka. Saya tidak ijinkan mereka tinggal disini! Mereka harus keluar dari club saya dan membayar denda pelanggarannya yang kalian tau nilainya cukup tinggi." Gertak tante Monik yang tidak main-main akan ancamannya. 

"Saya jijik dengan hal seperti itu karena psk saya akan terkontaminasi. Juga reputasi club ini akan buruk dimata pelanggan. Mengerti semuanya?!" Sahut tante Monik dengan lantang.

"Mengerti tante!! Ucap serentak semua pegawai Monik.

Tante Monik menarik Morgan ke hadapan para PSK lainya, dengan mengenakan costum yang Karlos berikan.

Tante Monik mulai memperkenalkan mereka satu persatu. 

"Morgan ini Andika, dia sudah dua tahun bekerja disini." Andika mengulurkan tangan hendak menjabat tangan Morgan. 

"Ini Alex dia juga sudah cukup lama disini, hampir lima tahun" Alex menatap sinis pada Morgan dan terasa berat menjabat tangan Morgan. Dia bingung mengapa tatapan Alex seperti membenci dirinya. 

'Masa sih aku baru pertama kerja sudah ada yang memusuhi. Apakah kami sebelumnya pernah bertemu?' bisik Morgan dalam hati penuh tanya. 

***

To be countinue.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status