Share

4. Dikejar cewek gila.

"Jangan! tante," ucap Morgan sambil menahan jemari tante Monik yang hampir menyusup memasuki celana jeans yang dipakai Morgan. 

Monik menyingkirkan tangan Morgan yang menahan jemari tangan Monik, "Aku sedang mengajari mu sayang untuk bisa bekerja disini!" Ucap Monik yang sudah tidak sabar sejak tadi menunggu Morgan agar agresif. 

Morgan segera menjauh dan menghempas pelan tubuh tante Monik yang sudah dipangkunya. 

"Apa maksud tante? Apa pekerjaan yang tante maksud aku tidak mengerti?!" sahut Morgan bingung sambil mengancing kembali kemeja yang sudah dibuka perlahan oleh tante Monik. 

"Sayang, hanya pekerjaan seperti inilah kamu bisa mendapatkan uang dengan cepat. Hanya dengan memberikan kepuasan kepada kami para wanita yang butuh kehangatan dari lelaki tampan dan perkasa seperti kamu!" ucap tante Monik sambil mengecup daun telinga Morgan. Membuat Morgan hampir teransang lagi. 

"Aku tidak bisa tante. Ini pekerjaan kotor!" Seru Morgan tegas. 

"Bukan! Ini bukan mencuri atau membunuh sehingga kau anggap kotor. Ini hanya pekerjaan berdagang, kamu menjual dan para wanita kaya itu pembelinya. Tidak ada yang dirugikan?!" Bentak tante Monik yang tersinggung akan perkataan Morgan barusan. 

"Kamu hanya melayani mereka. Lagi pula kamu sebagai pria tidak bisa tanpa kebutuhan biologis kan? Kamu pasti butuh sentuhan wanita, jadi tunggu apalagi mereka akan memberikan mu uang yang kau butuhkan!" Monik terus menjelaskan agar Morgan tergiur dan setuju bekerja dengan Monik. 

Morgan terdiam dia bingung harus setuju atau tidak. Tetapi keadaan dan waktu menuntut dia harus bisa mengumpulkan uang untuk operasi Michele. Wajah Michele yang mengenakan selang oksigen dan terbaring lemah serta pucat selalu melintas di pikiran Morgan. 

"Kalau kau bingung harus memulainya dari mana, ayo lakukan bersamaku! Sejak tadi aku sudah menahannya sayang." Ucap tante Monik dan tanpa basa-basi langsung mendaratkan kembali bibirnya pada bibir Morgan. Morgan tidak kuasa sebagai pria normal dia menyambut serangan tante Monik dan pertahanannya pun lepas. Hasratnya yang telah lama tidak dia tumpahkan membuat dirinya hilang pertahanan. Ditambah lagi Morgan marah kepada dirinya sendiri, karena tidak bisa berbuat lebih untuk pengobatan putrinya itu. 

Tante Monik menuntun tubuh Morgan ke sofa bed agar mereka lebih leluasa memainkan permainan Monik. Mereka bergulat diatas sofa besar itu, kecupan Morgan turun keleher. Selanjutnya kebagian terindah  yang ada pada wanita. Morgan menurunkan pakaian bagian atas milik Monik, terlihat dada Monik yang indah dan sangat ranum pada bagian terkecil dari gundukan itu. Monik melenguh saat bibir basah Morgan menyentuh bagian kecil dari guundukan itu. 

Rambut kepala Morgan terus diremas tante Monik lalu mendorong kepala Morgan turun kebawah. 

Morgan menaikkan kepalanya dan melirik tante Monik meminta persetujuan darinya untuk menyentuh daerah sensitiv Monik. 

"Bermainlah disitu sayang. Buat aku terbang segera!" ucap tante Monik lirih. 

Morgan dengan sigap melakukanya membuat lenguhan Monik bertambah. Semakin tante Monik mendesah Morgan semakin lihai memainkannya. 

Setelah beberapa menit bermain di area itu. Kini giliran tante Monik yang berbalik melayani Morgan. Monik langsung mengambil posisi yang disukai oleh para pria. 

Morgan kewalahan, Monik memainkan senjata sensitivnya Morgan sampai dirinya mengerang keras. Setelah Intro yang mereka buat saling imbang terpuaskan Monik meminta Morgan memulai penyatuan mereka. 

Mereka mulai menyatukan diri. Monik sangat lihai memainkan iramanya. 

"Perhatikan sayang setiap gerakan yang aku ajarkan padamu. Itu semua adalah gerakan yang disukai para wanita!" ucap tante Monik dengan nafas yang terengah-engah. Monik mengajarkan semua hingga mereka bisa bertemu pada puncaknya. 

"Saat penyatuan berikan ciuman dan sentuhan yang membuatnya tetap teransang. Sampai pada klimaks nya!" Jelas Monik yang posisi tubuhnya menduduki tubuh Morgan. Monik mengajarkan tekhniknya semua sambil mempraktekkannya. 

Morgan rebah disamping tante Monik dengan cucuran keringat dan nafas yang terengah-engah setelah pergulatan mereka selesai. Sementara tante Monik terlihat seperti tidak merasa lelah, tetapi puas. Padahal mereka sudah memainkan beberapa kali permainan yang Monik inginkan. 

Monik langsung memakai kembali pakaiannya dan menyalakan rokoknya. menyesapnya dalam dan menghembuskannya, sambil terus menatap Morgan yang sudah lelah disampingnya. 

"Kamu harus memakan makanan penunjang keperkasaan. Disini semua makanan diatur oleh ahli gizi yang tante bayar. Kalian hanya boleh makan bebas saat hari minggu atau saat tamu mengajak kalian makan diluar. Selanjutnya semua harus sehat dan kami awasi. Karena makanan menentukan kesehatan keperkasaan kalian. Bukan hanya berolah raga saja!"

Morgan hanya mendengarkan, dia tidak berkata apa-apa. Lelah nya masih belum hilang. 

"Pembagian dari hasil kerja 60 masuk kantor dan 40 bagian kamu kalau ada uang tip itu sepenuhnya hak milik pekerja. Kecuali jika mereka pernah kasbon . Maka saya akan memotong dari uang tip mereka! " Monik menjelaskan secara detil peraturan dan pembagian hasil pada Clubnya. 

Morgan mencoba bangun dari sofa dan memakai kembali pakaiannya lalu duduk di sofa. 

"Kemampuan mu sudah cukup bagus. Kamu bisa mengimbangi permainan tante!" ucap Monik dan dia membuka dompetnya lalu meraup uang kertas yang tertata rapih pada dompetnya. Monik tidak perduli berapa jumlahnya dan dia langsung memberikannya kepada Morgan. 

"Ini bayaran ku dan kau tante nyatakan lulus karena sudah bisa mengimbangi permainan tante!" Monik meletakkan uang itu diatas paha Morgan lalu tante Monik mengecup kening Morgan seraya berterimakasih. 

Morgan meraih uang itu dengan ragu. Lalu dia menghitung jumlah uang itu. Matanya takjub dengan nilai yang tante Monik berikan. Jumlah nya setengah dari gaji pokoknya dihotel. Morgan akhirnya tergiur untuk pekerjaannya itu mesti ada sedikit keraguan dalam hatinya, Morgan memikirkan Michele. Bagai mana suatu hari nanti Michele mengetahui pekerjaan ayahnya. Morgan tidak sanggup memikirkan hal itu. Namun tante Monik sejak tadi memperhatikan Morgan seolah dapat membaca apa yang memberatkan Morgan untuk menerima pekerjaan itu. 

"Sayang, Kau masih ragu atau memikirkan Michele kah?" tanya Monik dan Morgan mengangguk lemah. 

"Kau kan tidak selamanya bekerja seperti ini. Setiap tahun umur mu pasti bertambah dan kami akan mengganti yang lebih muda dan fresh. Jadi manfaatkan kemudaan mu!" Jelas Monik menepis keraguan Morgan. 

Apa yang dikatakan tante Monik benar, pikir Morgan. Dia tidak akan selamanya menjadi seorang PSK. Morgan pun sudah mulai merasa yakin akan keputusannya.

"Ok tante, kapan saya dapat memulainya?" tanya Morgan. 

"Besok lusa. Tante terlebih dahulu harus menyebar foto kamu pada klien-klien kita. Untuk itu kamu besok akan ada sesi pemotretan bertempat dirumah ini juga!"

"Baik tante. Saya akan datang tepat waktu," jawab Morgan

"Besok tante akan memperkenalkan kamu pada semua pekerja Club ini. Ingat jangan sampai situasi di tempat ini keluar dan tersebar kedunia luar. Tante memiliki mata-mata dan preman-preman yang siap membuat PSK disini menderita jika tidak mengikuti aturan!" Ancam tante Monik. Dan Morgan menganggukkan kepala tanda dia cukup mengerti apa yang tante Monik jelaskan semua. 

"Ok. Tante ada urusan diluar. Kamu pasti sudah lapar. Kamu boleh meminta Rani menyiapkan makan siang untuk mu. Katakan kamu adalah tamu tante!" 

Setelah mengatakan itu tante Monik lalu keluar diikuti oleh Morgan dari belakang. 

"Ran...Rani..., tolong suguhkan makan siang untuk Morgan. Ibu mau keluar sebentar yah!"

Tante Monik berteriak memanggil Rani pelayan ditempat itu yang mengurusi kebutuhan rumah tangga. Rani segera menyiapkan hidangan makan siang untuk Morgan. 

Rani terkagum melihat ketampanan Morgan. Matanya selalu melirik kearah Morgan. Tetapi dia tidak berani menggodanya karena Rani tau Morgan adalah tamu majikannya. 

"Tambah mas? Ini ikan tongkolnya enak loh. Masakan saya sendiri," tukas Rani basa-basi. 

"Terimakasih mbak, daging ayam ini saja sudah cukup. Kalau makan ikan tongkol saya suka gatal-gatal." Morgan terus melahap hidangan dihadapannya. 

"Gatal apanya mas Gan?" tanya Rani pura-pura tidak paham seraya meledek Morgan.

"Badan saya gatal-gatal. Alergi ikan tongkol," jawab Morgan lagi. 

"Oh..., saya kira gatal yang lain biar Rani bantuin garutin gituh!" Rani cekikikan saat Morgan tersedak mendengar perkataan Rani barusan dan langsung memberikan Morgan minum. 

"Kalau Rani paling suka ikan tongkol, apalagi kepalanya. Wiihh...,enak loh kalau digerogotin dan tulangnya di hisap-hisap sampai sarinya habis!" ucap rani sambil membayangkannya. 

Morgan semakin merasa tidak nyaman dan mulai was-was. Rani bercerita tetapi mata nya mengisyaratkan sesuatu kepadanya. saat matanya mengarah pada Morgan. 

'Wah gawat! Memang benar ini tempat untuk mesum. Bahkan pelayannya saja mesum. Aku harus hati-hati ini, sebelum wanita nafsunya meledak. sebaiknya aku harus cepat pergi dari sini!' Bisik Morgan dalam hati dan dia dengan segera menghabiskan makan siangnya lalu meneguk sekali lagi sampai habis air minum pada gelasnya. 

"Terimakasih ya mbak. Masakan mbak Rani enak sekali!" seru Morgan sambil bersiap-siap memasang kuda-kuda untuk kabur. 

"Masak-Masakan enak mah kecil mas! Rani juga bisa buat enak yang lain mas, Mau coba gak?" Ledek Rani dan Morgan sudah mulai panik dengan cepat dia langsung berpamitan pulang.

"Makasih ya mbak, maaf saya permisi pulang dulu yah!" Morgan mengambil langkah seribu bahkan dia hanya melambaikan tangannya saja pada penjaga rumah itu. 

Morgan terus berlari sampai dia menemukan taksi. Didalam taksi dia menarik nafas panjang dan menghempaskannya. 

Supir taksi melirik dari kaca kemudi,  "Dikejar orang gila ya pak? Sepertinya bapak ketakutan?!" tanya supir taksi itu. 

Morgan masih mengatur nafasnnya. "Benar pak, tepatnya cewek gila!" jawab Morgan dengan nafas terengah-engah. 

Supir Taksi itu pun segera melajukan mobilnya dengan cepat. 

***

To be countinue. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status