Adelio sedang mengikat dasinya saat Rosalind keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian. Mata mereka bertemu dalam bayangan cermin yang Adelio sedang gunakan. Tatapan Adelio perlahan menuruni tubuh Rosalind, tubuhnya mendadak berubah kaku.
Rosalind memakai gaun dengan leher berbentuk v berwarna hitam yang ketat. Lekuk pinggangnya terlihat menggairahkan. Adelio menyadari, perpaduan kuat dari penyesalan dan gairah posesifnya. Bibir Rosalind masih bengkak karena aktivitas yang mereka lakukan tadi. Pria yang berpengalaman akan tahu hal itu. Rambutnya bersinar di kepalanya dengan jepit berlian yang dia belikan untuk Rosalind. Rosalind memakai anting mutiara yang sederhana. Adelio tidak bisa mengalihkan matanya dari kulit mulusnya di gaun berleher v yang lebar, menunjukkan belahan dadanya dan bagian pundaknya yang putih.
"Tolong pakai gaun yang lain." Kata Adelio, berusaha menjauhkan pandangannya dari Rosalind untuk bisa menyelesaikan mengikat dasiny
Ruang makan di Eleven di dominasi oleh deretan dinding kayu yang modern dan tempat lilin besar serta lampu kristal buatan yang memukau. Mereka makan malam di dekat jendela tinggi, dengan pemandangan kota yang mengagumkan, beberapa gedung begitu dekat hingga Rosalind merasa bisa meraih dan menyentuhnya.Rosalind awalnya berpikir kalau cara terbaik untuk menggambarkan teman akan malam mereka adalah Alexander yang adalah orang yang manis dalam berkata-kata, tapi dia langsung mengubah pemikirannya dan menganggapnya sebagai orang yang licik. Rosalind tahu kalau Adelio dan Alexander saling mengenal dan mereka juga adalah musuh lama atau setidaknya itu menurut Alexander."Jadi kalian kuliah di Universitas yang sama?" Kata Rosalind berusaha menemukan sebuah petunjuk tentang berapa lama mereka sudah saling mengenal."Aku sudah lulus saat Adelio masih mahasiswa tingkat ke dua." Kata Alexander. "Saat dia datang, aku dan seluruh orang di jurusan ilmu komputer terus mencoba
Adelio diam saat dia duduk di samping Rosalind di belakang limo dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Rosalind tegang untuk memulai percakapan, berharap Alexander tidak menganggap sikap diamnya itu sebagai kejengkelannya. Bukankah Adelio memintanya untuk menghadiri makan malam untuk membuat Alexander terpesona, dan untuk sedikit melembutkannya dalam negosiasi akhir? Dan Rosalind sudah melakukannya dengan benar, kan? Alexander terlihat sangat menikmati makan malam, dan dia terlihat sangat siap dan rela menandatangani kesepakatan itu sekarang.Alexander ternyata terlalu rela dan sangat siap ketika dia mendahului Hendrik dan membantu Rosalind keluar dari limo ketika mereka tiba di tempat tinggal Adelio. Tangan Alexander jatuh di pantatnya. Rosalind terkejut dan langsung menjauh, menolak sentuhan pria itu. Rosalind melompat mundur secara mental saat dia menengok ke belakang dan melihat tatapan sedingin es dar Adelio ketika dia keluar dari limo.Sial. Adelio melihatnya
Adelio memeluk Rosalind dan mereka berbicara seperti sepasang kekasih atau setidaknya menurut perkiraan Rosalind setiap kekasih berbicara seperti itu, tidak punya pengalaman dengan dirinya sendiri. Itu adalah pengalaman yang luar biasa saat mendengar Adelio berbicara tentang masa kecilnya yang tumbuh di tanah milik kakeknya.Rosalind ingin bertanya padanya tentang pengalaman hidupnya dengan ibunya tapi dia tidak punya keberanian untuk menanyakannya.Rosalind membicarakan tentang Alexander lagi. Adelio tidak berubah, dia bersikeras mengatakan kalau bukan sikapnya yang menjadi penyebab utama pada transaksi yang berjalan buruk."Itu adalah pertemuan terakhir." Kata Adelio. "Aku tidak suka bertemu dengannya bahkan untuk mendapatkan perusahaan software itu. Aku selalu memandangnya rendah, sejak aku berusa tujuh belas tahun. Di sangat menjengkelkan. Aku menolak bertemu dengannya selama beberapa minggu sebelumnya. Seharusnya aku harus bertemu dengannya dima
Rosalind ingat dia menghabiskan malam di pelukan Adelio di ranjangnya. Terasa begitu indah saat Adelio membuka diri pada Rosalind. Meskipun hanya sedikit. Dulu, Adelio mengatakan padanya jika hubungan mereka murni hanya hubungan seksual, dan bisa menjadi sedikit keraguan tentang ketertarikan mereka. Obsesi mereka. Terhadap satu sama lain.Tapi malam itu, mereka mengubahnya menjadi lebih dari sekedar hubungan seksual. Atau begitulah yang ada di pikiran Rosalind.Rosalind bangun dengan cahaya matahari cerah yang masuk melalui gorden tebal. Dia membuka matanya dengan malas, kemudian dia menyadari kalau dia sendirian di ranjang yang kusut dan mewah di mana dia menghabiskan begitu banyak waktu yang intim bersama Adelio tadi malam. "Adelio?" Panggilnya, suaranya parau karena baru bangun tidur.Adelio berjalan keluar dari kamar mandi, terlihat mengagumkan dengan celana panjang biru, kemeja putih, dasi sutra hitam dengan garis biru pucat, dan ikat pinggang yang selalu mengacaukan pikiran Ros
Tiga hari kemudian, Rosalind duduk di kantor tempat dia bisa memperoleh sim-nya sambil mempelajari sebuah buku panduan mengemudi di tablet Adelio. Dia tetap berencana untuk tidak menemui Adelio atas alasan seksual apa pun, dan Adelio benar-benar percaya apa yang dia katakan padanya di pagi yang cerah itu karena dia tidak mencoba menghubungi Rosalind sejak dia pergi. Rosalind tetap mencoba untuk mengatakan pada dirinya sendiri kalau dia bahagia Adelio tidak menghubunginya, tapi bagaimana pun juga, dirinya tidak yakin tentang apa yang dia rasakan tentang keyakinan itu.Apakah itu tentang ekspresi wajah Adelio ketika Rosalind mengatakan padanya untuk tidak meneleponnya? Kenapa sudah tiga hari setelah kejadian itu dan dia merasakan kalau dia di campakkan dan bukan sebaliknya? Pikirannya itu membuat jantungnya seolah di remas oleh sebuah tangan yang besar yang tidak kasat mata.Tidak, dia tidak akan memikirkan hal semacam itu. Tidak mungkin dia bisa menembus ke dalam jiwa Adelio yang gelap
Esok sorenya, Rosalind duduk di bangku sendirian di lobi kantor milik Adelio Carlos. Pintu masuknya diatur dengan sangat rapi, modern, mewah, dan hangat. lantai merah kecoklatan dan dinding kayu kecoklatan. Penjaga keamanan di meja bundar di tengah lobi mengamatinya dengan rasa curiga yang berlebihan. Rosalind sudah berada di sana hampir selama dua jam, mengamati lampu pada sebuah dinding kosong di mana lukisannya akan tergantung, sesekali mengambil foto dengan ponselnya. Penjaga keamanan itu akhirnya memutuskan kalau Rosalind adalah orang yang mencurigakan dan meninggalkan meja bundarnya. Rosalind berdiri, menyimpan ponselnya di saku belakangnya.Rosalind merasa tidak ingin menjelaskan siapa dirinya. "Aku akan pergi". Dia meyakinkan pria yang lebih muda yang berwajah seperti sebuah batu besar yang sama besarnya dengan tangannya. Namun mata pria itu tetap menatapnya dengan waspada.."Apakah ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya penjaga itu, memburunya."Tidak." Jawab Rosalind, berja
Rosalind melangkah keluar dari lift dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu di rumah Adelio. Banyak hal yang berubah sejak pertama kali dia masuk ke dalam dunia Adelio. Perasaan gembira sekaligus gelisah saat memasuki rumahnya yang tenang dengan Adelio yang berada tepat di belakangnya terasa begitu familiar."Sebelah sini." Kata Adelio. Suaranya parau dan tenang saat jarinya dengan lembut membelai belakang lehernya. Antisipasi dan keingintahuannya muncul ketika Rosalind mengikuti Adelio ke ruangan yang dia tahu itu adalah perpustakaan dan sekaligus kantor di mana lukisan yang dia lukisan di gantung.Ketika Adelio membuka pintu dan Rosalind yang pertama masuk ke ruangan itu, Hal pertama yang dia lihat adalah sosok seorang pria yang sangat akrab sedang melakukan sesuatu."Billi?" Kata Rosalind, merasa sangat terkejut melihat temannya berada di ruangan kerja Adelio.Billi menengok dari balik bahunya dan tersenyum. Dia meletakkan lukisan yang telah dia susun dan berbalik menghadapnya. Rosa
Sepuluh menit kemudian, Rosalind mengetuk pelan pintu kamar Adelio. Rosalind masuk ketika dia mendengar suara Adelio dari jauh "Masuk." Adelio duduk di sofa yang ada ditengah-tengah ruangan, setelan jasnya tidak terkancing. Kaki panjangnya di tekuk di depannya. sedang melihat pada ponselnya, tatapannya tertuju pada Rosalind saat Rosalind berjalan mendekatinya."Aku hanya terkejut melihat lukisan-lukisan itu lagi." Kata Rosalind. "Aku minta maaf karena pergi begitu saja.""Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio, meletakkan ponselnya di sofa.Rosalind mengangguk. "Aku hanya, aku hanya sedikit bingung menghadapi ini."Keheningan terjadi saat Adelio mengamati Rosalind."Aku pikir itu akan membuatmu bahagia. Lukisan itu." Kata Adelio.Mata Rosalind seakan terbakar dan dia segera menunduk menatap karpet di bawahnya. Dia pikir dia sudah menghabiskan air matanya untuk hal ini."Lukisan itu membuatku bahagia. Lebih dari yang bisa aku katakan." Rosalind memberanikan diri untuk menatap Adelio. "Bagai