Share

5. Aura Persaingan

“Silvia ceritakan tentang Dirga.” Kata Vanessa di ruang pesta.

“Ingatan nona sudah kembali kah? Apakah anda akan menjadi bucin lagi untuk kesekian kali?” Tanya Silvia.

“Maksudnya apa?” Tanya Vanessa lagi.

“Dari mana ya mulainya, Dirga Sastranegara adalah CEO pemilik BC Entertaiment di bawah Sastranegara Grup. Perusahaan itu memang sudah bergerak di bidang entertainment, dan menghasilkan banyak sekali artis, aktor ataupun penyanyi.” Kata Silvia.

“Untuk informasi itu aku sudah mendengarnya berkali-kali.” Kata Vanessa sambil mengingat Dirga yang selalu membanggakan dirinya sendiri.

“Jadi dia orang yang hebat, dan juga kompeten. Dia memulai jabatannya sejak muda, awalnya jabatan tersebut dipegang oleh ayahnya, kemudian kakeknya terakhir dia.” Kata Silvia.

“kenapa dari ayahnya menuju kakeknya?” Tanya Vanessa.

“Ah soal itu anda tanyakan sendiri kepada beliau.” Kata Silvia.

“Yah baiklah, asalkan dia tidak terlalu membanggakan dirinya sendiri.” Kata Vanessa.

“Sepertinya itu saja.” Ucap Silvia mengakhiri cerita.

“Kalau gitu, bagaimana aku bisa bertunangan dengannya?” Tanya Vanessa.

“Kalian berdua teman masa kecil, ketika beranjak dewasa, kira-kira tiga tahun lalu terjadi kesepakatan antara Kakek Dirga yaitu Brama Sastranegara dengan ayah anda Bimo Raksawijaya untuk perjodohan. Awal mulanya karena wasiat almarhum kakek nona yang ingin menjodohkan cucunya dengan cucu sahabat dekatnya.” Kata Silvia.

“Jadi aku bertunangan tiga tahun lalu?”tanya Vanessa.

“Sebetulnya pesta pertunangan baru terjadi sekitar dua bulan yang lalu.” Kata Silvia.

“Ah pantas saja dia tidak mencintaiku.” Kata Vanessa.

“Tapi nona sangat mencintainya.” Kata Silvia.

“Yang benar?” Tanya Vanessa.

“Anda bahkan selalu menulis namanya menjadi tokoh utama cerita di novel yang anda buat.” Kata  Silvia.

“Sebentar aku menulis novel?’ Tanya Vanessa.

“Betul.” Jawab Silvia.

“Tidak mungkin karena aku merasa pelajaran bahasa selama sekolah nilainya buruk.” Kata Vanessa.

“Tidak mungkin, anda bagus dalam pelajaran sastra dan berkomunikasi.” Kata Silvia. “Meskipun cenderung pendiam dulunya.”

“Aku pendiam?” Tanya Vanessa.

“Betul, sebelum kecelakaan. Saya juga tidak mengerti kenapa anda menjadi begini.” Kata Silvia.

“Maksudnya aku cerewet?” Tanya Vanessa.

“Saya tidak bicara demikian.” Kata Silvia.

Vanessa mengambil gelas wine yang tersedia di meja. Sommelier menuangkan wine tersebut dengan rapi ke gelasnya. Sekali lagi Vanessa merasa ini bukan dirinya dan kehidupannya. Apa dia sudah pernah meminum wine sebelumnya?

“Ini bisa diminum?” Tanya Vanessa pada Silvia.

Silvia terbengong melihat perkataan nona besarnya. Mulai dari sana dia merasa nona besarnya ini akan lebih merepotkan dibandingkan dengan sebelumnya.

***

 “Selamat malam tante Clarissa!” Ucap Dirga pada seorang wanita berumur empatpuluhan yang sedang duduk di meja. Wanita tersebut mengenakan gaun merah mewah yang memperlihatkan belahan dadanya. Dia juga mengenakan perhiasan mahal yang menghiasi badannya.

“Halo Dirga, selamat malam.” Ucapnya sambil tersenyum. Dia kemudian memperhatikan wanita yang berjalan di sebelah Dirga. Tentu saja semua orang mengenal wanita cantik tersebut.

“Ini Tania, salah satu artis yang berada di bawah naungan perusahaanku. Dia diundang karena banyak membantu perusahaan karena kepiawaiannya.” Kata Dirga.

Tania tersenyum dan memberi salam hormat kepada Clarissa.

“Ah begitu, aku juga dulu pernah menjadi artis. Sampai akhirnya aku menikah dengan suamiku.” Ucap Clarissa sambil meneguk minuman yang dipegangnya.

Mendengar ucapan Clarissa Dirga menjadi kaku sedikit. Dikepal tangannya erat-erat.

“Kalau begitu saya permisi Tante Clarissa.” Kata Dirga pamit.

“Ah sebelum itu, terimakasih karena sudah mengizinkan Bintang anakku untuk masuk ke perusahaan tempat ayahnya dahulu.” Kata Clarissa sambil tersenyum penuh arti.

Begitu Dirga dan Tania pergi, Bintang datang. Dia duduk di samping ibunya.

“Jadi kapan kamu akan mulai bekerja di perusahaan?” Tanya Clarissa.

“Aku lebih suka bekerja sebagai produser film dan menghasilkan karya bunda.” Jawab Bintang.

“Tidak, menduduki posisi di perusahaan lebih penting dibandingkan hobimu sayang.” Kata Clarissa.

“Aku tidak terlalu piawai mengurus perusahaan.” Kata Bintang.

“kamu harus mengambil hak ayahmu kembali na, demi nama baik kita.” Kata Clarissa.

Bintang tertegun. Dia tidak bisa membalas perkataan dari ibunya.

“Bagaimana kalau….!”

Ucapan Bintang langsung dipotong oleh ibunya, “Aku yang akan mendampingimu na, tenang saja.”

Bintang terdiam, dia tahu jika ibunya sudah menginginkan sesuatu maka akan terlaksana, Maka dia hanya bisa mengatakan, “Baik bunda.”

***

Vanessa berjalan ke luar ballroom hotel. Dia mencari toilet. Terlalu banyak makan dan minum ternyata membuat perutnya sakit. Makanan hotel aneh di lidahnya, makanan tersebut sedikit. Rasanya juga tidak terlalu asin. Apa kenyangnya kalau begini? Begitulah yang dipikirkannya.

Masuk ke toilet hotel dia melihat sosok wanita cantik yang dikenalinya sedang merias diri di depan cermin. Wanita tersebut berpostur tinggi, ramping dan tubuhnya sangat indah. Membuat wanita manapun iri dibuatnya. Dia berambut panjang diwarnai merah natural. Rambutnya dibiarkan terurai ke belakang. Bulu matanya lentik, Vanessa sadar bahwa tidak menggunakan makeup pun wanita ini tetap cantik. Wanita tersebut adalah Tania.

Vanessa berdiam di depan cermin persis di samping Tania. Terlihat perbedaan dirinya dan Tania. Vanessa cantik, namun definisi cantik Vanessa adalah cantik natural ayu. Pembawaan Vanessa adalah gadis manis. Muncul dalam pikirannya apakah wanita seperti Tania lah yang menjadi alasan Dirga tidak mencintainya.

Tania menyadari kedatangan Vanessa. Dia juga menyadari jika Vanessa memperhatikan dirinya.

“Selamat malam nona Vanessa.” Katanya ramah.

Vanessa membalas salam dan senyuman dari Tania. Ternyata wanita ini sangat baik. Begitulah yang dia pikirkan.

“Saya sangat senang mendengar kabar anda sudah keluar dari rumah sakit.” Kata Tania sambil tersenyum ramah.

“Ah terimakasih. Bagaimana kamu tau aku masuk rumah sakit? Apakah aku seterkenal itu?” Tanya Vanessa.

“Maksudnya?” Tanya Tania tidak mengerti.

“Jadi aku mengalami kehilangan ingatan, aku tidak ingat apapun sebelum kecelakaan. Jadi aku masih bingung akan diriku sendiri.” Kata Vanessa.

Tania tersenyum penuh makna sedetik. Kemudian dia mengubah mimik wajahnya seperti seseorang yang sedih dan terharu.

“Saya sangat sedih mendengarnya. Apakah anda tidak apa-apa?” Tanya Tania.

“Aku baik-baik saja, terimakasih.” Kata Vanessa.

“Senang mendengarnya kalau begitu.” Ucap Tania.

“Ah aku penasaran.” Kata Vanessa.

“Ya?” Tanya Tania.

“Sebelumnya apa kita dekat?” Tanya Vanessa.

“Tidak, namun saya mengenal anda dari Tuan Dirga.” Kata Tania.

“Dirga bercerita kepada kamu tentang aku?” Tanya Vanessa.

“Entahlah, dia mungkin tertekan jika menceritakan tentang anda.” Kata Tania.

“Ah apakah kamu dan Dirga memang dekat?” Tanya Vanessa hati-hati.

Tania tersenyum mendengarnya.

“Saya hanya artis di bawah naungan Tuan Dirga saja.” Kata Tania.

“Kamu sering pergi bersama dia? Termasuk ke pesta?” Tanya Vanessa.

“Seperti yang anda lihat.” Kata Tania.

“Apakah kalian memiliki hubungan spesial?” Tanya Vanessa.

Tania tersenyum penuh arti.

“Entahlah, saya kurang tahu apakah Tuan Dirga memandang saya bagaimana. Tetapi beliau memang selalu membawa saya kemanapun untuk mendampinginya.” Ucap Tania sambil tersenyum senang.

Vanessa merasakan aura persaingan dari Tania. Alam bawah sadarnya mendeteksi senyum Tania pernah ia temukan dalam kehidupannya yang lama. Apakah dia dan Tania tidak akur? Apakah memang Dirga dan wanita ini memiliki hubungan?

Sampai akhirnya keheningan mereka pecah saat Tania mendapat panggilan telepon.

“Saya permisi, Tuan Dirga mencari saya. Rupanya beliau khawatir jika saya tidak di dekatnya.” Kata Tania sambil melangkah keluar dari Toilet.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status