“Si cowo Gila!” Ucap Vanessa.
Bintang dan Silvia kaget mendengar ucapan yang keluar dari bibir Vanessa. Bahkan Silvia yang sedang meneguk minuman sedikit tersedak.
“Nona, anda sakit?” Tanya Silvia.
“Iya, aku kan sehabis kehilangan ingatan. Jadi ya betul aku sakit.” Jawab Vanessa.
Silvia kehilangan kata-kata mendengar perkataan atasannya tersebut.
“Ah mungkin maksud Silvia, kata-kata seperti cowo gila itu bukan hal yang mudah keluar dari bibirmu, Nes.” Jelas Bintang.
“Tapi dia memang gila, kemarin waktu di rumah sakit. Bahkan sekarang, dia menggandeng lengan perempuan lain. Bukankah aku tunangannya?” Kata Vanessa.
Bintang tertawa mendengar penjelasan Vanessa. Vanessa langsung memperhatikannya, dia bingung mengapa Bintang bisa menertawakannya.
“Entahlah nes, mungkin seseorang benar bisa berubah karena hilang ingatan. Kamu tahu? Kamu yang dulu akan langsung menunjukan wajah sedih, ataupun lari ke toilet dan menangis melihat perbuatan Dirga.” Kata Bintang.
“Menangis? Karena cowo gila tersebut?” Kata Vanessa.
“Ya begitulah kamu dulu.” Kata Bintang.
“Atau saya yang langsung mencari nona karena bersembunyi entah kemana agar tidak terlihat sedang menangis.” Kata Silvia.
“Lemah sekali aku ini!” Ucap Vanessa.
“Tapi kamu manis kok.” Ucap Bintang.
“Ah kamu juga tampan.” Jawab Vanessa.
Wajah Bintang memerah. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Ah aku pamit dahulu, mengunjungi kerabatku yang lain.” Kata Bintang.
Vanessa mengangguk. Tak lama kemudian Bintang melangkahkan kakinya pergi.
“Jadi Silvia, siapa cewe yang bareng sama Dirga?” Tanya Vanessa.
Silvia membuka tabnya. Dia menunjukan informasi di internet terkait akan wanita tersebut. Rupanya wanita tersebut bernama Tania Kharisma. Dia adalah Artis top yang sedang popular beberapa waktu kebelakang.
“Ah aku tidak peduli dengan pekerjaannya sih.” Kata Vanessa.
“Ehem…!” Seru Silvia mengalihkan topik agar Vanessa fokus. “Dia adalah artis yang bernaung di bawah BC Entertaiment. Tempat tunangan anda bekerja.”
“Ah rekan bisnis rupanya.” Kata Vanessa.
“Tapi mereka memang memiliki kedekatan tersendiri. Sempat muncul berita di media kalau mereka pernah melakukan liburan bersama.” Kata Silvia.
“Rekan bisnis tapi bukan, klise sekali.” Kata Vanessa sambil menyeruput minuman dingin di tangannya.
***
Vanessa menyepi ke balkon di luar ruangan. Sejujurnya pesta ini seperti bukan dunianya. Benarkah dia berkali-kali menghadiri acara seperti ini? tidakkah ia lelah dengan kehidupan macam ini?
Sejujurnya dia ingin ingatannya kembali, dia merasa menjadi orang bodoh yang tidak memiliki kenangan apapun. Dia juga sedih karena ternyata tidak bisa mengenal wajah ibunya sendiri. Untunglah Silvia bersamanya. Dari keterangan Silvia dia sudah menjadi asisten Vanessa sejak di bangku kuliah. Rupanya dia dan dan Pa Rudi supirnya adalah ayah dan anak. Ternyata benar orang yang mengabdi kepada orang kaya pastilah turun temurun. Silvia bukanlah asisten sembarangan, dia dibiayai kuliah oleh ayah Vanessa, mereka bersama-sama hingga lulus. Kini Silvia bekerja di keluarga Vanessa sebagai asisten pribadinya.
Vanessa bersender di dinding balkon. Dia ingin segera pulang, ternyata pesta itu melelahkan, begitulah yang dipikirkannya. Kemudian dia berjalan ke pagar pembatas balkon dia meratapi dirinya lagi. Timbul rasa ragu, apakah benar kehidupannya sekarang merupakan kehidupan miliknya. Semua seakan bias. Dia mengingat kembali saat ketika dia terbangun bagaikan tuan putri, diberikan informasi sebagai satu-satunya pewaris tunggal perusahaan keluarganya dan memiliki tunangan tampan serta gila. Ah benar Dirga, cowo gila itu berani-beraninya datang bersama perempuan lain. Apa kehidupan orang kaya memang seperti itu?
“Dasar Dirga Sastranegara si cowo gila!” Teriak Vanessa kesal.
“Jadi siapa yang kamu bilang cowo gila?” Tanya suara di belakangnya.
Vanessa berbalik, terlihat Dirga orang yang baru tadi diumpatnya terlihat percis di depan matanya. Vanessa memiliki sedikit rasa tidak enak karena mengumpat orang yang jelas ada di dekatnya, tetapi dia juga kesal. Terutama karena Dirga dengan gamblang berbicara jika dia tidak mencintainya.
“Kamu, si cowo gila!” Kata Vanessa.
“Aku?” Tanya Dirga lagi.
“Benar, kamu!” Jawab Vanessa.
“Itu tidak masuk akal!” ucap Dirga.
“Hah? Tentu saja masuk akal!” Kata Vanessa.
“Tidak, bagaimana bisa laki-laki sesempurna aku dijuliki gila?” Tanya Dirga.
“Maksudnya?” Tanya Vanessa heran.
“Aku adalah lelaki sempurna. Aku selalu menjuarai apapun, bahkan aku bisa mengetahui jika suatu barang bergeser satu centimeter.” Kata Dirga.
Vanessa membuka mulutnya, dia tidak tahu harus berkata apa. Definisi cowo gila yang dia maksud rupanya tidak sampai kepada alam pikiran Dirga.
“Sepertinya kamu tidak menangkap maksudku!” Kata Vanessa.
“Aku serius, nanti akan kuperlihatkan koleksi pialaku padamu.” Kata Dirga.
“Tidak perlu.” Kata Vanessa.
“Kamu bilang aku cowo gila, sementara pengertian dari gila adalah hilang akal kan? Bagaimana mungkin aku disebut sebagai orang yang hilang akal jika aku adalah orang yang sangat cerdas?” Ucap Dirga.
“Apa kamu mengidap penyakit narsistik?” Tanya Vanessa.
“Tidak karena itu kenyataanya.” Kata Dirga.
“Ah sudahlah, sepertinya kamu tidak akan mengerti.” Kata Vanessa.
“Tidak-tidak coba jelaskan, dengan kecerdasanku tentu saja aku pasti paham.” Lanjut Dirga.
Vanessa menghembuskan nafas berat. Dia semakin yakin dia masuk ke kehidupan yang salah. Berdoa semoga saja dia bukan hilang ingatan tetapi sedang bermimpi. Ternyata hidup sebagai orang kaya tidak selalu baik, dia memang memiliki tunangan gila, narsis dan selalu menonjolkan dirinya. Tidak lupa juga bahwa tunangan di depannya tidak pernah mencintainya.
“Baiklah coba kamu jelaskan siapa perempuan yang bersamamu di pesta?” Ucap Vanessa.
“Dia Tania.” Ucap Dirga santai.
“Bukan itu maksudku, tetapi siapa dia?” Tanya Vanessa lagi.
“Seperti yang aku bilang tadi dia Tania Kharisma.” Kata Dirga.
“Kamu pura-pura bodoh atau memang tidak paham pertanyaanku sih!” Ucap Vanessa sambil memegang kepalanya.
“Siapa Tania Kharisma tersebut?” Tanya Vanessa.
“Kalau kamu bertanya pekerjaannya, dia adalah salah satu artis di bawah naunganku.” Kata Dirga.
“Itu aku sudah dapat informasinya Dirga, tetapi maksudnya aku, Dia itu siapa? Kenapa dia bisa bareng sama kamu di pesta? Bukannya aku yang tunanganmu?” Kata Vanessa penuh emosi.
“Dia itu Tania, dia bisa berada di sini karena dia salah satu artisku. Tapi aku tidak mengerti mengapa kamu mengkaitkannya dengan pertunangan kita?” Ucap Dirga.
Akhirnya Vanessa sadar, dia bertunangan dengan orang gila merepotkan. Dia termasuk satu dari sekian juta lelaki yang tidak peka di dunia ini.
“Baiklah, bukankah seharusnya aku yang berjalan di sampingmu?” Tanya Vanessa.
Vanessa akhirnya berfikir mungkin dia harus menjelaskan dengan rinci jika berhadapan dengan Dirga.
“Haruskah?” Tanya Dirga lagi.
“Betul, karena aku tunanganmu.” Kata Vanessa.
“Apakah bertunangan memang harus selalu bersama?” Tanya Dirga.
“Tidak juga.” Ucap Vanessa.
“Apa kamu memang ingin aku selalu berada di dekatmu?” Tanya Dirga.
Membayangkan lelaki gila dan narsis berada di dekatnya membuat Vanessa merinding.
“Tidak!” ucap Vanessa.
“Baiklah kalau begitu. Jika tidak ada lagi yang ingin kamu tanyakan, aku akan kembali ke pesta.” Kata Dirga.
“Tunggu, ada satu lagi!” Kata Vanessa.
“Baiklah, kamu punya waktu tiga menit untuk bertanya karena sebentar lagi kakek akan berpidato.” Kata Dirga sambil melihat jamnya.
“Kenapa kamu bilang bertunangan denganku tetapi tidak pernah mencintaiku?” Tanya Vanessa.
“Memang suatu pernikahan harus didasari oleh cinta?” Tanya Dirga.
“Silvia ceritakan tentang Dirga.” Kata Vanessa di ruang pesta. “Ingatan nona sudah kembali kah? Apakah anda akan menjadi bucin lagi untuk kesekian kali?” Tanya Silvia. “Maksudnya apa?” Tanya Vanessa lagi. “Dari mana ya mulainya, Dirga Sastranegara adalah CEO pemilik BC Entertaiment di bawah Sastranegara Grup. Perusahaan itu memang sudah bergerak di bidang entertainment, dan menghasilkan banyak sekali artis, aktor ataupun penyanyi.” Kata Silvia. “Untuk informasi itu aku sudah mendengarnya berkali-kali.” Kata Vanessa sambil mengingat Dirga yang selalu membanggakan dirinya sendiri. “Jadi dia orang yang hebat, dan juga kompeten. Dia memulai jabatannya sejak muda, awalnya jabatan tersebut dipegang oleh ayahnya, kemudian kakeknya terakhir dia.” Kata Silvia. “kenapa dari ayahnya menuju kakeknya?” Tanya Vanessa. “Ah soal itu anda tanyakan sendiri kepada beliau.” Kata Silvia. “Yah baiklah, asalkan dia tidak terlalu membanggakan
Vanessa kembali dari toilet. Dia langsung duduk di tempatnya tadi. Namun Silvia tidak terlihat. Tentu saja hal itu membuat Vanessa sedikit panik. Karena Silvia telah membantunya sejauh ini di pesta. Dia ingin ingatannya bisa kembali.“Vanessa, kok sendiri?” Terdengar suara lembut pria dari belakang. Langsung saja Vanessa menengok ke arahnya. Terlihat Bintang, dengan senyumnya yang lembut dan hangat membuat dirinya merasa aman.Bintang kemudian duduk di sebelah Vanessa.“Ada yang mengganggu pikiranmu?” Tanya Bintang.“Aku mencari Silvia.” Jawabnya.“Dia sedang berbincang dengan Faisal.” Jawab Bintang.“Siapa itu Faisal?” Tanya Vanessa.“Dia sekretaris pribadi Dirga.” Kata Bintang.Vanessa kemudian mengingat Faisal, sekretaris Dirga. Mereka pernah bertemu di rumah sakit. Tak hanya Dirga Sekretarisnya juga tampan rupanya.“Aku ingat wajahnya, dia
“Dirga…, Bintang…, Jangan melakukan keributan di pesta milikku.” Ucap Brama Sastranegara.Mendengar ucapan tersebut semua yang ada di pesta terdiam. Terlihat sikap hormat dan segan terhadap pria tua tersebut. Rambutnya yang putih tidak menghilangkan kesan wibawa yang ada padanya. Dia adalah aktor dibalik berdirinya Sastranegara Grup yang tersohor di seluruh penjuru negeri. Siapapun tahu, para aktor, artis dan penyanyi yang berada di bawah label manajemen grupnya pasti akan sukses dan terkenal.Dirga yang biasanya bersikap angkuh mendadak diam, demikian pula dengan Bintang. Meskipun tadi sikap mereka terlihat berani membuat keributan di pesta, namun ketika sang kakek datang terlihat nyali mereka yang menciut. Vanessa yang memahami hal tersebut ikut menciut juga. Bagaimanapun dialah tokoh utama permasalahan pertengkaran mereka berdua.“Matilah aku.” Batin Vanessa.Dari kejauhan terlihat Brama yang semakin me
“Mengapa kamu membiarkan tunanganmu sendirian di pesta?” Tanya Brama dengan wajah serius.Dirga masih berdiri mematung. Sambil melihat dengan tatapan kesal kepada Vanessa dia menghembuskan nafas lelah terlebih dahulu. Kemudian memandang lurus kepada kakeknya.“Dia sudah besar, bisa mengurus dirinya sendiri.” Jawab Dirga dingin.Vanessa hanya bisa terdiam. Dia kesal mendengar jawaban Dirga, ada sedikit rasa harap dari dirinya tentang Dirga. Harapan bahwa Dirga akan berkata maaf atau menyesali perbuatannya. Namun yang keluar hanya kata-kata dingin yang menusuk hati. Sekali lagi Vanessa teringat dengan perkataan Dirga yang bilang kalau dia tidak mencintai Vanessa. Apa yang bisa diharapkannya?“Itu betul, tapi tidak sepatutnya kamu mendiamkannya seperti ini Dirga. Kalian sudah bertunangan." Kata Brama sambil memegang kepalanya dan menghembuskan nafas lelah.“Itu betul.” Jawab Dirga.“Perlakuk
Vanessa terbangun dari mimpinya. Sekali lagi nama Hana terngiang dalam mimpinya. Siapa sebenarnya Hana? Mengapa dua kali datang ke mimpinya? Kemudian mengapa kejadian di mimpi tersebut terasa nyata. Bahkan aroma kopi di café terasa sangat familiar baginya.Hari itu dia bertekad akan mencari tahu siapa sebenarnya Hana. Siapa sebenarnya dirinya serta apa hubungannya dengan Hana. Tidak lama seseorang mengetuk pintu kamarnya.Tok..tok…tok…“Siapa?” Tanya Vanessa.Pintu dibuka, seorang wanita tua masuk ke dalam kamarnya. Wanita tersebut terlihat elegan dengan kacamata kecilnya. Mengenakan pakaian rapi lengkap dengan jas kerja.“Halo Vanessa, saya dengar anda kehilangan ingatan anda. Saya ke sini atas perintah Pa Bimo.” Ucap wanita tersebut.Vanessa yang masih terduduk di kasur tidur serta mengenakan piama tidak tahu harus merespon bagaimana. Pasalnya dia merasakan aura diskriminatif dan menjengkelkan d
Vanessa masih terduduk di ranjang rumah sakit tempat dia siuman pertama kali. Dia ingat siapa dirinya, dari mana asalnya serta semua memori yang pernah dijalaninya. Ketika siuman beberapa hari yang lalu dia senang karena terbangun sebagai seorang putri kaya raya serta memiliki tunangan tampan. Namun semua itu sirna ketika memorinya kembali.Dia bukanlah Vanessa. Dirinya yang asli adalah Hana. Seorang gadis yatim piatu yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena terhalang biaya. Hana bekerja sebagai pegawai di kedai kopi percis seperti mimpinya. Karena berasal dari golongan kurang mampu dia kerap kali mendapat perlakuan tidak baik semenjak masa sekolah. Bahkan di tempat kerjanya pun dia kerap mendapat perlakuan tidak baik.Dia pun masih tidak mengerti mengapa dia diperlakukan demikian. Apakah karena dia tidak memiliki uang membuat orang-orang dengan mudahnya memperlakukannya jauh dari kata manusiawi? Bahkan sahabat yang dia percaya memin
“Apa kamu gila?” Ucap Dirga.Hana menggeleng. Dia merasa alasannya masuk akal. Jika memang Dirga tidak mencintai Vanessa ya sudahi saja. Memangnya dia dalam novel? Tentu saja tidak.Dirga memegang kepalanya.“Apa kamu tahu jika pertunangan kita dibatalkan akan menyebabkan perusahaanmu dan aku mengalami kesulitan?” Tanya Dirga.Hana menggeleng. Dia tidak berfikir sejauh itu. Rupanya kisah cinta orang kaya sangatlah rumit. Seharusnya dia tetap menjadi Hana yang biasa, walaupun beban hidupnya sulit.“Perusahaanku bergerak di bidang entertainment, menghasilkan artis dan aktor terbaik setiap tahunnya. Sementara perusahaan milik keluargamu bergerak di bidang media, baik cetak ataupun elektronik. Apa sampai di sini kamu menangkap perkataanku?” Kata Dirga sambil memastikan.Hana mengangguk.“Tidak hanya karena kakek kita berdua berteman, tetapi karena kedua perusahaan saling membutuhkan satu sama lain
“Duduklah Dirga. Tidak usah tegang seperti itu.” Kata Brama.Dirga duduk di sofa yang tersedia. Brama bangkit dari kursi kerja menuju sofa di sebrang Dirga. Wajah Dirga nampak kaku. Dia berharap kakek tidak akan keterlaluan memarahinya. Dia kesal dengan sifat Vanessa yang ceroboh. Kejadian dia tercebur di kolam saja belum lama. Tetapi hari ini ada kabar bahwa dia mengalami kecelakaan kedua. Sebetulnya apa yang dipikiran Vanessa. Jika memang dia ingin berenang di rumahnya tersedia kolam, tidak harus memaksakan di kolam kotor sembarangan.“Bagaimana harimu?” Tanya Brama.“Baik seperti biasa.” Kata Dirga.“Aku dengan Vanessa mengalami kecelakaan lagi. Apakah itu benar?” Tanya Brama.Dirga menelan ludah. Ternyata apa yang dipikirkannya tepat. Brama menanyakan kabar perihal Vanessa.“Benar.” Jawab Dirga singkat.“Aku tahu kamu merasa terpaksa ketika aku meminta kamu untuk be