Setelah mengurus duo bocah yang kecapean sehabis makan dan main seru di Timezone itu tidur, Lily pun mulai merebahkan tubuh remuknya ke ranjang dengan rasa bahagia aman sentosa.
Ohhhh indahnya dunia, ketemu ranjang lagi setelah jadi pengasuh anak seharian.
Lily baru mengerti, kalau mengurus anak itu tidak mudah. Untung saja tadi Tristan ikut bersama mereka, sehingga kehadirannya sedikit bisa berdaya guna di sana. Lily tidak menyangka kalau laki-laki metroseksual seperti Tristan, bisa begitu luwes dan sabar dalam menghadapi anak kecil. Satu poin plus untuk Tristan. Pasti kelak dia akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya, te-ta-pi untuk suami yang baik, Lily sih tidak yakin. Karena kelelahan seharian, Lily pun akhirnya ketiduran di ranjang duo krucil imut itu.
Lily terbangun saat merasa ada yang mencubit-cubit pipinya. Ahelah, perasaan baru aja tertidur, ini sudah dibangunin lagi aja.
"Tante bangunnnn! Udah pagi ini, kami berangkat ke sekolah dulu ya?" Lily yang masih mengumpulkan nyawa karena baru bangun tidur, seketika mengucek-ngucek matanya. Ia kaget saat melihat duo krucil sudah rapi dengan seragam sekolah mereka. Ini mimpi atau bagaimana sih? Kok tetiba itu bocah-bocah udah pada rapi semua?
"Gue yang udah ngurusin anak-anak, Ly. Tadi malem sekitar jam satu-an gue sama Chris nyusul ke sini, karena takut lo keteteran ngurus anak-anak. Eh rupanya lo jago juga ngurus bocah-bocah ya, Ly? Kami lihat kalian bertiga udah tidur berjejer kayak ikan sarden. Ya udah kami sekalian aja nginep di sini. Gue sama Chris balik dulu ya, mau nganter anak-anak sekolah. Lo mandi dulu sono. Gue udah bawain baju ganti buat lo. Kami jalan dulu ya, Ly. Thanks for everything".
Marilyn tiba-tiba muncul bersama suami dinginnya yang sudah rapi jali siap kekantor.
"Iya... halah lo kaya sama orang lain aja," tukas Lily seraya masuk ke kamar mandi. Sementara itu di mobil, Chris baru ingat kalau ponselnya ketinggalan di kamar. Dia pun segera kembali ke kamar dan meninggalkan Marilyn dan dua anaknya di mobil.
Lily yang baru saja membuka pakaiannya bersiap-siap mandi, saat mendengar bunyi bel yang ditekan berulang-ulang kali.
Ini si Incess kenapa lagi? Baru pergi udah balik lagi.
Dengan hanya membalutkan handuk pada tubuh seksinya, Lily pun membuka pintu kamar. Alih-alih tersepona, eh terpesona, si Chris malah memandangi galak. Pakai acara mengomelinya lagi.
"Kadang saya heran melihat kamu. Urat malu kamu ini sudah putus atau bagaimana? Apa kamu tidak risih membuka pintu kamar hanya dengan memakai handuk begitu? Kalau tadi bukan saya yang datang, tetapi orang jahat yang mau memperkosa kamu bagaimana hah?!" Chris masuk ke dalam kamar sembari membentaknya keras. Telinga Lily membuat telinganya berdenging seketika.
"Manget-manget sarapan pagi makan lontong pakai telur dadar." Lily mengelus-elus dadanya karena kaget mendengar bentakan suami Marilyn.
Ahelahhh... nggak di rumah, nggak di hotel, nggak Axel kakaknya, bahkan ini suami sahabatnya pun ternyata suka sekali memarahinya. Nasebbb... nasebbbb....
"Kalo ada orang jahat yang mau memperkosa gue sih, gampang aja, Chris. Gue mah tinggal lihat aja. Maksudnya lihat yang mau merkosa dulu. Kalo orangnya jelek, gue tinggal kasih beberapa jeb kanan kiri, upper cut sama beberapa tendangan di titik-titik mematikan. Tapiii... kalo orangnya ganteng menggoda jiwa dan merasuk sukma, itu sih lain lagi ceritanya," cengir Lily kalem
"Kamu memang sudah gila!Ngidam apalah ibu kamu dulu, sampai dia bisa punya anak sedeng kayak kamu begini?"
"Ngidam makan buah semangka berdaun sirih. Lo mau ngapain balik ke sini Chris? Ada yang ketinggalan?"
"Iya. Ini." Chris pun dengan segera mengantongi ponselnya di saku. Tepat saat Chris membuka pintu kamar, tiba-tiba kilatan lampu blitz bertubi-tubi menyambar wajah mereka berdua. Puluhan wartawan tampak berdiri berdesakan di depan pintu kamar mereka.
Mam to the pus! Pasti headline surat kabar besok akan penuh dengan spekulasi soal berita perselingkuhan Boss property papan atas dengan adik mafia berdasi. Matilah dia kali ini ditangan kakaknya!
"Jadi benar desas desus selama ini yang mengatakan bahwa Anda berselingkuh dengan teman baik istri Anda sendiri ya, Pak Chris?"
"Pak Chris, Anda luar biasa ya? Berani berselingkuh dengan sahabat istri Anda sendiri, bahkan di hotel milik keluarga Anda sendiri juga. You're the real Badasss!"
Hah hotel keluarganya sendiri? Lily langsung menepuk keningnya sendiri. Saolohhhh... Gue bayar mahal-mahal buat reservasi ini kamar, rupanya duitnya jatuh jatuhnya ke tangan dia juga. Rugi bandar ini, coeg!
"Bu Lily, benar Pak Chris ini selingkuhan ibu? Ibu tega 'main hati' dengan suami sahabat ibu sendiri? Di mana perasaan ibu sebagai sesama wanita?"
"Jangan panggil gue ibu, karena gue nggak pernah kawin sama bapak lo! Gue nggak pernah main hati karena emang gue orangnya nggak punya hati. Emang lo punya? Orang-orang kayak lo yang senengnya mengobrak-abrik aib orang lain pake ngomong masalah hati segala. Ngaca sana!"
Lily si biang onar segala bangsa tampak santai menghadapi berondongan pertanyaan para pewarta berita gossip. Sedangkan Chris yang terjebak ditengah-tengah kekacauan ini tampak jengah karena menjadi pusat perhatian. Belum lagi kilatan lampu blitz yang terus-terusan memotret mereka. Ia seperti memerankan adegan film terjebak dilokalisasi. Chris tiba-tiba melepaskan jasnya dan memakaikannya asal pada tubuh Lily yang cuma dibalut oleh handuk sepaha. Lily juga melihat Chris merogoh saku dan menelepon seseorang. Tidak lama kemudian, petugas keamanan hotel segera mengusir gerombolan para pewarta yang tampak beringas dalam mengejar berita. Kenapa nggak dari tadi aja sih?
"Pak Chris, apakah Anda yakin Ibu Marilyn bersedia dimadu?"
Etdah, walaupun sudah terdesak sedemikian rupa, mereka masih saja usaha mendapatkan berita.
"Ya, dia akan bersedia dimadu, jika hanya saya juga bersedia diracun. Sekarang enyah kalian semua dari sini!" Chris sudah sedari tadi menahan emosi, meledak juga akhirnya. Teriakkannya menggelegar sampai ke meja resepsionis depan yang membuat penghuninya berlarian menuju lokasi bentakan.
"Huahahahaha... lo emang ajaib ya, Chris? Ngomongnya irit banget. Tapi sekalinya buka mulut nyelekit gila ahahaha."
"Kamu juga jadi manusia tidak ada malunya. Umur sudah dua puluh dua kelakuan kayak anak umur dua tahun. Cepat pakai pakaian kamu sana!"
"Kenapa Chris, gue napsuin ya?" Lily menoel-noel lengan kekar Christian sambil mengedip-ngedipkan matanya dan mendesah-desah mesum.
"Iya, napsuin pengen ditabok!"
Dan si bapak pemarah itupun pergi setelah benar-benar menoyor kepala Lily.
Etdah gue udah dibikin kayak anaknya aja!
***
"Kemari kamu!"
Hasemele, amang tahe masak gule. Begini amat ya nasibnya? Semaleman ngebabu merangkap baby sitter. Pagi-pagi diomelin laki orang. Eh ini pulang ke rumah, roman-romannya bakal disiksa kakaknya juga ini elahhhhh...
"Semaleman kamu nggak pulang, rupanya kamu sibuk main kuda-kudaan sama suami orang ya? Begitu?"
Ctarrr!!!
Axel akan menggunakan ikat pinggang untuk menghukumnya, bila dia merasa kesalahannya sudah diluar batas toleransinya. Bila masih bisa dimaafkan paling dia hanya menyuruh Lily untuk sekedar push up, squat jump atau sit up saja.
"Adudududuhhh! Nggak bener itu semua, Kak. Lily emang tidur di hotel itu tapi di--"
"Dan siChris Chris itu juga tidur sama kamu di kamar itu kan?"
"Iya. Chris emang tidur disana juga, tapi Mar-"
Ctarrr!!!
"Aduhhhh!!"
Lily mulai tidak tahan untuk tidak mendesis kesakitan. Tapi kalau menangis, nanti dulu. Gengsi coeg! Apalagi dia kan memang tidak bersalah.
"Masih belum mau mengaku salah kamu hah?!"
Ctarrr!!!
Dan Lily pun tetap bungkam. Sebenarnya tadi Lily berniat menjelaskan semuanya. Tetapi sepertinya kakaknya lebih percaya dengan berita online itu daripada adiknya sendiri. Jadi buat apa Lily buang-buang napas untuk sesuatu yang sia-sia bukan?
Selalu begitu. Dari dulu semua orang selalu menilainya negatif. Apapun yang dibuatnya selalu salah di mata mereka. Dia ini cuma seorang anak yang kesepian. Membuat onar dan nakal adalah satu-satunya cara agar dia mendapatkan sedikit perhatian. Jangan bicara soal sopan santun dan tatakrama kepadanya. Dia tidak akan faham. Karena tidak seorang pun yang pernah mengajarkan kepadanya.
Bang Gultom hanya mengajarinya balas memukul kalau orang lain duluan memukul. Bahkan si abang mengajarkannya teknik tipu muslihat dan seribu satu cara untuk kabur bila musuh ternyata tidak berimbang.
Kak Axel menyuruhnya diam dan jangan lasak kalau kakaknya sedang belajar. Kakak sibuk Ly, jangan ganggu kakak dulu. Kalau kakak tidak sibuk belajar dan bekerja, nanti kita semua mau makan apa? Sana main sama Bang Gultom dan Mang Endang.
Dan permainan apalah yang bisa diajarkan oleh dua orang tangan kanan almarhum ayahnya, yang bahkan tersenyum saja jarang!
Dan Lily pun tetap diam dan mengunci mulutnya rapat-rapat saat kakaknya memberi beberapa kali lagi sabetan ikat pinggangnya. Axel pun memaki kasar sambil berlalu begitu saja saat melihat adiknya tetap tidak mau menjawab, dan hanya diam seribu bahasa sambil menatap balik matanya.
"HUAPAHHHHH?!!" Marilyn dan Raline langsung pucat dan kebingungan. Masak Lily melahirkan di cafe? Bisa viral se Indonesia Raya ini mah!"Ja-jadi bagaimana ini, Ly? Kita harus bagimana iniiii? Lo musti gue apain coba?" Marilyn yang kebingungan pun berjalan hilir mudik, mondar-mandir panik seperti setrikaan."Adudududuhhhh..!!! Ya bawa gue ke rumah sakit dong Incess. Masak ke bengkel Bang Abyaz! Emang gue mau bongkar mesin atau balancing? Cepetan Incess! Lo mau gue lahiran di mari?!" Lily yang merasakan perutnya mulai kontraksi pun tidak kuasa lagi menahan jerit kesakitannya.Tiba-tiba saja Raline melihat Aksa yang sedang berjalan santai memasuki cafe bersama beberapa rekan bisnisnya. Sepertinya mereka akan makan siang sambil ngobrol-ngobrol ganteng di sini. Dan Raline pun segera menghambur menuju rombongan Aksa untuk meminta pertolongan. Karena Lily sepertinya bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi, apalagi be
Berkat sandiwara laknat yang penuh dengan adegan sinetron itulah akhirnya Heru tersadar. Raline memang benar. Singgung saja nama Aksa di depan Heru, pasti langsung berasap kepalanya."Mbak, gue berterima kasih banyak atas ide gila lo yang teope begete. Dua jempol deh buat lo, Mbak. Mbak emang ratu pelakor eh ratu antagonis sejati." Lily ber lo gue kembali dengan Raline. Lebih seru rasanya berloe gue daripada saya-sayaan. Pegel rahang, coeg.Raline hanya memutar bola mata melihat bini somplak Heru. Ini orang sudah dibantu, niatnya sih mungkin muji, eh jatuh-jatuhnya malahngenyek yang ada."Duh saking gembiranya gue jadi pengen goyang bebek mabuk di mari. Joget bentaran ah biar lega."Dan Lily pun mulai menundukkan tubuh seksoynya sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri satu kali dan ke kanan dua kali. Begitu berulang-ulang sampai ia puas."Goyang bebek mabuk lo
Heru tengah menghitung berapa kubik yang akan di cor dengan menggunakan sistem readymix, saat salah seorang pekerjanya mengetuk pintu ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak cemas dan bingung."Ada apa Denny? Kenapa kamu tidak ke lapangan saja membantu yang lain memelester?""Anu eh itu. Sebaiknya Bapak pulang dulu ke rumah eh warung." Denny menjawab takut-takut. Heru mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres ini."Ada masalah apa di warung Den? Apa ada orang usil yang mencoba mengganggu istri saya lagi?" Heru langsung berdiri."Bu-bukan mengganggu Neng Bu-eh Bu Heru. Tapi mereka menghancurkan rumah Bu Heru dengan dua excavator sampai rata dengan tanah."Apa?" Heru pun langsung berlari sekencang mungkin menuju rumahnya.Oh Tuhan semoga istri dan anak dalam kandungannya dalam keadaan baik-baik saja!Sementara itu Lily ber
"Apa maksud kamu membuka pintu rumah dengan keadaan setengah telanjang begitu hah? Apa kamu memang terbiasa untuk membuka pintu dengan begitu saja tanpa mengintip dulu, atau minimal bertanya siapa yang datang? Kamu ini ceroboh sekali, Perempuan?! Untung ada Mas di antara mereka tadi. Kalau Mas nggak ada, apa jadinya coba? Jangan-jangan kamu bakal di rame-ramein oleh mereka berdua!"Heru sangat emosi mengingat moment tadi. Pak Kades dam Pak RW seketika melotot dengan ekspresi mupeng. Mereka menatapi tubuh istrinya yang tambah bohay akibat proses kehamilannya. Dua orang tua bangka itu bahkan tidak mau bergerak saat Heru menyeret mereka untuk menjauhi pintu rumah. Kalau saja mereka berdua tidak seusia dengan ayahnya, pasti sudah bonyok mereka menerima bogem mentahnya.Heru sedang lelah lahir batin saat ini. Setelah menghajar Gilang habis-habisan dan mengancam Fahri sengan SP1, dia juga memecat dengan tidak hormat Seno Prasetyo dan semua anak bu
"ASTAGA LILY?!!"Lily kaget saat melihat Heru ada di depan matanya. Antara percaya nggak percaya dia-nya sih. Mau ngucek-ngucek mata juga kagak bisa. Secara tangannya 'kan megang nampan full minuman para pelanggan. Lily cepat-cepat meletakkan minuman-minuman itu di meja. Lebih baik begitu sih, biar aman. Lily tidak mau bereaksi seperti sinetron-sinetron di televisi yang kalau kaget suka menjatuhkan minuman. Terus tangan dipakai untuk menutup mulut, mata berkaca- kaca dan bibirnya bergetar. Menyebut nama orang yang mengagetkannya. Lantas wajah di zoom bolak balik dengan backsound musik jreng jreng! Lily mah sumpah kagak mau begitu. Norak coeg!Sudah rugi waktu, capek berkali-kali mengaduk- aduk minuman, eh rugi gelas yang pecah lagi. Itu kan namanya auto oon. Ye kan? Ye kan? Lily mah kalo disuruh drama-drama seperti itu sumpah kagak bisa dia! Mana ini Mas suami diem aja kayak patung sambil natap Lily kayak orang linglung lagi, kan syerem!
Dua bulan sudah berlalu. dan Heru sama sekali tidak mendapati jejak Lily dimanapun. Axel mengerahkan seluruh jaringannya untuk menjelajahi setiap sudut negeri ini, bahkan sampai keluar negeri. Tetapi hasilnya masih nol besar!Begitu juga Heru. Setiap hari dia sudah seperti orang gila. Mengukur jalan centi demi centi. Memeriksa rumah sakit setiap hari, mendatangi rumah-rumah kontrakan sampai kost-kostan di seluruh penjuru kota ini. Rutinitas itu sudah dia jalani selama hampir dua bulan terakhir ini. Tetapi hasilnya tetap saja nihil!Dimulai dengan pencarian manual sendiri sampai mulai menyewa detektif professional. Semua sudah dilakoninya. Tetapi tetap belum menampakkan hasil juga. Namun dia tetap tidak putus asa. Selama napasnya masih ada, dia akan terus berusaha mencari istri dan calon anaknya bahkan hingga keujung dunia.Heru juga sudah menegaskan pada Raline, bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai dari istrinya. D