Share

Without You [Indonesia]
Without You [Indonesia]
Author: hihelloray

Dinnartika Arvega

"Sekarang kumpulkan buku latihan kalian."

Perintah seorang guru wanita yang berada didepan sebuah kelas. 

"Kalau sampai saya melihat foto selfie dengan banyak filter edit seperti kemarin, bakalan langsung saya buang ke tempat sampah."

Salah satu guru mengharuskan muridnya untuk memiliki dua buku latihan dan buku catatan, kemudian diharuskan menempelkan foto rapih mereka, juga bahkan menuliskan peraturan yang dibuat oleh guru mereka pada lima lembar utama di masing-masing buku. Oleh karena itu, mereka satu persatu mengumpulkan buku mereka sesuai barisan yang diperintahkan oleh guru mereka untuk melakukan pengecekan, dan itu juga dilakukan oleh seorang gadis yang sudah menitipkan bukunya pada kursi didepan untuk kembali dioper ke depan, dan kini dia sedang duduk bersandar sambil memainkan Ludo diponselnya secara diam-diam bersama dengan teman sebangkunya.

Sementara itu, ketua kelas mengambil buku-buku mereka dan langsung mengumpulkannya pada meja guru.

"Jalan anj*r, malah ngelamun." Ujar gadis itu pada teman sebangkunya laki-lakinya yang saat ini terkekeh.

"Sabar, matanya ngarah kesini, nih, ngeliatin lo."

"Mana? Tanya gadis itu melirik ke depan dan memang benar." Ah, iya. Gue lagi cantik banget kayaknya hari ini, makanya dia ngeliatin."

Teman sebangkunya tertawa mual mendengar tingkat kepercayaan diri gadis itu yang tinggi. Gadis itupun ikut tertawa.

"Dinar."

"Iya saya, kenapa, bu?" Sahut gadis itu langsung menatap kedepan.

"Dimana foto kamu?"

"Ada di dalem lah bu. Makanya diliat dulu, baru nanya." Ujarnya sempat membuat beberapa murid lain tertawa ditahan, sementara guru itu terlihat menatap kesal sambil membuka buku milik gadis itu.

Namun saat dibuka, foto yang dipakai gadis itu justru gambar sebuah meme yang sedang ramai dikalangan anak zaman sekarang.

"Dinar, kamu bercanda sama saya? Setelah kemarin kamu pakai foto selfie, sekarang kamu pakai foto ginian?"

"Siapa yang bercanda sih, bu? Lagian saya emang nggak tau mau pake foto apa. Jadi itu aja."

Guru wanita didepan itu rasanya mulai kesal dengan kelakuan gadis itu. "Saya itu nyuruh kamu masang foto kamu, bukan meme kayak gini!"

"Yaudah sih bu, masih untung saya mau pajang foto saya disitu. Lagian yang kemarin juga malah di robek sama Ibu, kan? Salah siapa? Udah tau itu foto tercantik saya."

Guru wanita itu rasanya menjadi semakin kesal dengan sikapnya.

"Dinar!"

"Apalagi, bu? Ujarnya langsung bangkit berdiri. "Ganti lagi? Oke, nih, saya bawa cadangannya. Ibu mau liat?"

Gelak tawa langsung terdengar keras didalam kelas ketika gadis itu justru menjadi mengeluarkan sebuah foto guru mereka yang berada didepan saat ini, terlihat sedang bergaya selfie dengan alay disana.

"Yang ini, boleh?"

"DINAR!!! KELUAR KAMU!"

Dinnartika Arvega.

Siapapun pasti mengenalnya. Gadis yang terkadang dipanggil Cici oleh teman-temannya itu merupakan biang onar disekolah mereka. Memiliki wajah asli oriental dengan rambut hitam yang panjang, berkulit putih, sedikit bermata sipit dan pipi yang tembab.

Katakan, siapa yang tidak mengenal seorang Dinar, si gadis troublemaker nomor satu disekolahnya?

Gadis yang sering membuat banyak masalah dengan kelakuannya dan meryupakan satu-satunya murid perempuan yang mendapatkan banyak poin minus, dari banyaknya anak badung sekolah, bahkan ketiga teman-teman dekatnya, The Dude.

Yap, The Dude.

Julukan lain yang diubah sedikit menjadi lebih menarik, menggantikan julukan asli ketiga dari mereka yang sebelumnya biasa dijuluki Trio B*ngs*t.

 

Tidak terlepas dari julukan itu, Seorang Dinar memang dikenal sangat dekat dengan ketika laki-laki tampan dan menggoda satu sekolahan mereka, meski mereka bertiga adalah murid yang badung. The Dued atau ketiga laki-laki itu adalah cs kental Dinar sejak pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di SMA Cita Buana ini.

Lalu, siapa sajakah mereka? Mari mengenalnya sebelum jauh.

 

Pertama, adalah

Calvin Perwira.

Kedua, 

Keano Melgiansyah.

 

Terakhir, adalah

Sandy Satria Pangestu.

Ketiga laki-laki boyfriend materials yang namanya sangat tidak asing dan tentunya dikagumi banyak kaum hawa disekolah mereka, karena wajah dan gaya mereka membuat siapapun yang melihatnya bisa menjerit-jerit dengan historis bahkan sampai mimisan dibuatnya. Seolah paket lengkap, ketiga laki-laki seperti mereka bersatu dan bersahabat dengan Dinar. Persahabatan konyol bodoh bahkan bobrok yang tapi untungnya salah satu dari mereka tidak memiliki rasa apapun seperti pada kebanyakan cerita remaja. Seorang Dinar bukannya disukai atau menjadi rebutan diantara mereka bertiga, tapi justru menjadi yang ditolak mentah-mentah oleh mereka.

Bukan karena Dinar tidak menarik apalagi tidak cantik, tapi itu karena mereka takut.

Berteman dengannya saja sudah menyeramkan, apapun bisa dilampiaskannya, bahkan Samson pun kalah meski sudah mengeluarkan kekuatannya, jadi mereka tidak pernah membayangkan jika bisa lebih dari sekedar teman dengannya.

Namun itu tidak hanya berlaku bagi mereka bertiga, tapi juga untuk yang lainnya. Siapa pun takut dengan seorang Dinar si buang onar. Mungkin beberapa dari mereka ada yang tidak, karena mungkin mereka belum tahu dan mengenal bagaimana seorang Dinar, atau mungkin juga mereka sudah mengenalnya dengan baik.

Troublemaker.

Tidak lepas dari kata itu, biasanya hal itu sudah pasti melekat erat pada orang-orang yang tidak jauh dari kata tampan dan juga cantik. Karena hal itupun berlaku untuk seorang Dinar. Dinar termasuk jajaran gadis yang cantik disekolah. Orang-orang pun mengakuinya meski memang wajahnya tidak secantik Pevita Pearce atau Raisa Adriana.

Apalagi yang orang-orang ketahui dari seorang Dinar?

Ada lagi, masih soal teman.

Seorang Dinar tidak memiliki teman perempuan yang benar-benar dekat dengannya selain Kiandra Tasyafani dan juga Malika Anjani. Dinar bisa berteman baik dengan Tasya juga karena gadis itu merupakan pacar dari Kean, sementara Jani, bisa menjadi temannya karena mereka pernah bertemu dirumah polisi saat ketahuan mengemudi tanpa surat lengkap berkendara. Kala itu, sekolah menengah pertama. Mereka sudah belajar mengendarai mobil dengan brutal seperti jalanan hanya milik mereka dan keduanya pun memiliki sifat yang sama. Sama-sama gila dan brutal.

 

"BALIK! BALIK! BALIK!"

Lagi dan lagi.

Dinar menjadi biang masalah dari semua permasalahan yang ada di sekolah. Perihal apapun, tanpa ada celah untuk kata kecuali membiarkannya menghalangi. Terlebih lagi jika urusan ini menyangkut kenyamanannya dan tidak sesuai keinginannya.

Tepatnya seperti saat ini.

Keberadaannya berdiri dengan piluh dan wajah lusuh, ia menjadi provokator diantara murid yang ingin segera pulang karena acara yang OSIS diadakan sangat membosankan. Dan jika disitu ada Dinar yang memulainya menjadi provokator, tentunya ia tidak sendiri. Dibelakangnya jelas ada tiga cs kentalnya yang selalu satu pikiran dengannya itu membantunya meneriakan suara kebebasan bersama.

"BALIK WOY! KITA MAU BALIK! SEKOLAH APAAN NGADAIN ACARA DARI PAGI BUTA SAMPE SORE BEGINI!?!"

Calvin. Suara berat dan terdengar sangat lantang itu berasal dari laki-laki setinggi tiang listrik, yang sejak tadi pun sudah mengompor-ngompori agar yang lainnya ikut semakin berisik dan heboh berteriak setuju agar membantunya keluar dari sekolahnya ini. Lebih tepatnya, keluar dari acara saat ini.

"TAU! ACARA ENGGAK JELAS, SERU ENGGAK! MENDING GUE MAIN GAME SEHARIAN DI RUMAH!"

Suara berat dan lantang selanjutnya kembali terdengar. Suara seorang Satria, laki-laki dengan sejuta ketampanannya. Sejuta ketampanan merupakan julukan untuk Satria dari para kaum hawa disekolah, karena bagaimanapun ekspresi dan posisinya, laki-laki itu selalu terlihat tampan. Bahkan ketika laki-laki itu pernah terpeleset saat bermain basket dilapangan karena keaadan hujan kala itu, wajahnya tetap terlihat tampan. Laki-laki sejuta ketampanan itu kini terlihat menatap tajam kelompok musuh. Mulutnya terus berteriak menyambungi dari komporan Calvin tadi.

"TAU, GILA! MENDING GUE TIDUR DARI PADA NONTONIN ACARA BEGITUAN!!"

Terakhir, itu adalah suara Kean. Laki-laki berkulit kecoklatan berbeda dengan Calvin dan juga Satria namun tidak kalah menggoda dengan senyuman mautnya itu juga ikut berteriak kompak agar gerbang sekolah segera dibukakan, dan mereka bisa terbebas. Tapi sayangnya tidak semudah itu. Kelompok musuh, masih terus bertahan menjaga gerbang sekolah.

"NGGAK! KALIAN NGGAK BOLEH KELUAR! ACARANYA BELUM SELESAI!"

Teriakan salah satu dari semua musuh murid— anak OSIS dan MPK yang berani angkat bicara setelah lima diantara tujuh belasnya lebih memilih diam karena lelah, dan juga takut dengan banyaknya jumlah mereka. Terlebih lagi terdapat keberadaan Dinar dan ketiga temannya.

"HEH! MENDING AJA KALO GUE DI BAYAR! INI DI BAYAR AJA ENGGAK! SEENAKNYA AJA LO NAHAN KITA SEMUA!"

Dinar kembali berteriak, menyuarakan kelelahan dan emosinya menunggu mereka membukakannya. Suara lantangnya pun mampu membuat keheningan ditengah teriaknya, lalu kembali bersorak-sorai menyetujui perkataannya setelahnya.

Suasana pun semakn ricuh. Anak-anak OSIS yang sudah terlihat kitcep meladeni berisiknya mulut-mulut para anak kelas dua belas yang seperti orang demo buruh pabrik, —meminta dinaikkan gaji. Sama halnya dengan anak MPK yang lebih memilih diam, dan hanya bisa menjaga pintu gerbang berharap tidak didobrak.

"BUKAIN, WOY! DENGER NGGAK SIH LO?!"

"Enggak ada yang boleh keluar, sebelum acaranya SELESAI!"

Suara itu, sukses membuat seluruh murid yang berdemo meminta dibukakan gerbang terdiam seketika. Suara itu begitu tajam, dingin dan menusuk, seolah panah tajam baru saja terarahkan tanpa diketahui sudah tertancap dalam.

Siapa lagi, kalau bukan suara sang ketua MPK yang menyebalkan itu?

"Kenapa pada diem? Lo semua bisa dengerkan tadi gue ngomong apa?" Ujar ketua MPK itu. "Enggak ada yang boleh keluar, tanpa kecuali!"

Laki-laki itu menatapnya dengan datar namun tatapan matanya terlihat sangat menakutkan dan mematikan seluruh murid yang sejak tadi mengerubungi tidak jauh dari keberadaan gerbang depan sekolah. Mereka terdiam, dan hanya saling melirik yang lainnya. Entah kenapa semuanya takut dengan suara dan tatapan itu.

Namun bagi seorang Dinar, itu tidak berlaku untuknya.

"GUE MAU BALIK! LO NGGAK TAU KITA CAPEK? SEHARIAN DI SEKOLAH LO KIRA KITA KERJA?!"

Dinar kembali berteriak marah karena keheningan melanda. Seluruh murid yang tadi terdiam sesaat pun kembali ikut berteriak ricuh, meminta gerbang dibukakan.

"Tugas lo itu cuman duduk, dan merhatiin acaranya sampe selesai! TAPI KENAPA LO SEMUA PADA SUSAH BANGET?!" Suaranya yang berawal rendah dan datar, kini berujung sentakan dan teriakan keras yang membuat semuanya kembali terdiam. Senyap. Mereka ketakutan.

"LAGIAN, LO BARU GUE SURUH DATENG PAGI, CUMAN BUAT DUDUK MANIS MERHATIIN ACARANYA, TAPI LO BILANG CAPEK?" Katanya lagi. "GIMANA SAMA KITA PARA OSIS SAMA MPK YANG NYUSUN ACARANYA? BISA MIKIR NGGAK?!"

Ketua MPK itu terlihat semakin marah. Walaupun wajahnya masih sama datar, namun terlihat dari nada bicaranya yang sudah meninggi. Kemarahannya pun pasti sudah berada diubun-ubunnya.

Tapi, itu tetap tidak berpengaruh apapun untuk Dinar.

Dinar tetaplah Dinar.

Dinar tidak akan takut sama sekali, jika itu menyangkut ketidaknyamanan dan bertentang keras dengan keinginannya.

"YA LO JUGA, UDAH TAU MURID PADA NGGAK MAU SAMA ACARA BEGITUAN! TAPI LO SAMA KELOMPOK SAMPAH LO MASIH AJA NGERENCANAIN HAL NGGAK JELAS KAYAK GITU! NGGAK GUNA!"

Suasana kembali ricuh, semuanya sangat menyetujui apa yang dikatakan Dinar.

Dinar lantas menatap kemenangan pada si ketua MPK itu. Namun ketua MPK itu hanya diam dengan wajah datarnya.

"Buka atau kita robohin ini gerbang!" Dinar kembali bersuara, seolah mengomando untuk bersiap agar melakukan penyerbuan. Dan itu membuat keadaan semakin ricuh.

Ketua MPK itu masih saja terdiam, tidak merespon apapun. Laki-laki itu hanya menatap dingin seluruh murid, sementara para OSIS dan MPK sudah melirikinya dengan cemas, bertanya apa yang akan mereka lakukan. Dan karena merasa tak ada jawaban apapun dari mereka, Dinar yang menjadi provokator itu kembali bersuara.

"Kalo beneran nggak mau bukan, KITA ROBOHIN SEKARANG JUGA! AYOO!!!"

Kemenangan berada didepan mata.

Dinar pun berlari semakin mendekati gerbang, mengajak seluruh murid lainnya untuk mengikutinya dan melakukan apa yang dikatakannya. Teriakan pun terdengar semakin ricuh saat gerbang mencoba didorong paksa oleh seluruh murid. Para OSIS dan MPK begitu juga ketua MPK yang tadi berjaga telah menyingkir dan membiarkan mereka merobohkan gerbang.

Dan,

BRAK!

Suaranya sangat keras, hingga nyaring. Gerbang lantas roboh. Seluruh murid kemudian berhamburan cepat meninggalkan lingkungan sekolah dengan teriakan kemenangan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fia
Dijodohkan dengan CEO muda, tampan, dan mapan bak cerita dongeng. Tapi jika ikut mendapatkan masalah dan berhadapan dengan masa lalunya, masih mau? Baca selengkapnya di "Bukan Cerita Dongeng" dengan penulis "Fia" Selamat membaca:)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status