Sungguh. Alice tidak akan pernah berbaring satu ranjang dengan Charlotte walau sedetikpun! Bahkan dalam benaknya sendiri. Alice rela duduk sepanjang malam di kursi tanpa tidur hingga fajar tiba.
Beruntungnya, kepekaan masih melekat dalam diri Charlotte. Tepat pukul satu dini hari Charlotte pergi dari kediaman Alice. Mengurus kegiatan yang lebih penting disaat semua orang terlelap nyenyak.
Dan sekarang. Alice berdiri diambang pintu perpustakaan Raja. Bersama satu pelayanannya yang mendampingi. Menunggu dengan cermat penjaga perpustakaan angkat bicara.
"Maaf, tuan Putri. Meskipun tuan Putri sudah mendapatkan izin ke perpustakaan Raja, tetap saja. Tuan Putri tidak bisa membawa orang lain yang tidak layak masuk." Ujar penjaga tersebut, kemudian melipat kembali kertas yang ia baca beberapa saat yang lalu. Kemudian dimasukkan ke amplop panjang.
Tekanan nada dari pria kurus berpakaian wol biru rapi tampak mengusik.
"Kalau Herly m
"Buku itu belum selesai dirangkum oleh Gilmer di kantor catatan, sebelum akhirnya dipasang di sini. Tidak boleh ada yang menyalin buku tersebut."Seluruh informasi yang disalin menjadi buku. Kantor catatan akan otomatis memilah dan merangkum buku tersebut bersama informan dan mencari kejelasan dari berbagai informasi yang tersedia. Sekaligus memberikan ketetapan atas pembaca buku tersebut yang bukanlah orang sembarangan.Penyalinan buku dalam jumlah ganda hanya akan memberikan pemikiran-pemikiran yang salah untuk pembaca yang tidak seharusnya. Itu sebabnya tidak ada yang boleh tau rahasia cahaya biru laut.Itu berarti Gilmer menjadi salah satu orang yang tau betul mengenai cahaya biru laut dan sejenisnya."Saya harap, putri Alice tidak berusaha mencari tau perkembangan cahaya biru laut.""Kenapa tidak? Tentu aku harus tau, karena aku masih punya hak atas apapun di istana ini.""Tidak untuk masalah ini. Informasi ini hanya akan diberikan pada
Ada pertengkaran dari kedua belah pihak terkait waktu yang berjalan detik itu juga. Tetapi seolah tidak ada yang peduli atau karena tidak berani, semua orang yang dilewati ke dua pemuda yang tengah berdebat tersebut tidak ada yang melerai."Ini konyol! Bagaimana bisa pangeran Herly memilih membentuk pemerintahan sendiri?" Tampak frustasi dengan mengusap rambut bergelombangnya secara berulang. Sam mendesis ke arah Ursula yang masih berjalan tergesa. Hampir tidak memperdulikan temannya tersebut berbicara."Pelankan suaramu!" Ursula memperingati."Tapi ini mustahil. Membentuk pemerintahan sendiri. Itu berarti kita memerlukan banyak pengikut! Oh,jangan lupakan dana yang kita butuhkan untuk membentuk kerajaan baru!"Ursula memutar bola mata jengah begitu melihat wajah kekanakan milik Sam. Seolah tengah merajuk dengan menautkan kedua lengan di dada."Mustahil atau mungkin? Kau jelas tau, dengan reputasi dan kehormatan seorang pangeran tidak bisa ma
Sam sedikit terkekeh. Melirik wajah lancip yang terbingkai rambut cokelat yang tampak kaku didepannya. Bola mata biru yang sama dengan miliknya tersebut tidak pernah ragu dengan ucapannya. Hingga mata Sam berhenti tepat pada ikat kepala berwarna hitam dengan gambar mawar separuh tanpa warna dibagian tengah. Ikat kepala yang sama dengan yang ia kenakan. Itu pemberian Herly. Mereka bertiga adalah sahabat. Meski terkadang Herly terlalu sering sombong."Rupanya kau ini yang sedang buta. Kau tau sendiri Ratu Alice tidak lagi memiliki matanya yang hebat. Kupikir, tanpa matanya itu sikapnya yang garang tidak akan menakutkan." Sam terlalu santai saat mengucapkan itu.Hingga bunyi ketukan keras dan rintihan terdengar lebih dramatis. Ursula kembali memukul kepala Sam geram."Kenapa kau melakukan itu lagi?" Ia tidak terima sembari menunjuk ke arah Ursula setengah tidak percaya."Untuk membungkam mulutmu yang berisik seperti macan kawin!""Hoho, ho. Kau menyam
Ada keraguan yang menjalar hebat ke seluruh nadi. Jika hemlock tersebut dilenyapkan maka satu-satunya barang bukti untuk menyingkirkan kekuasaan Raja Charlotte juga akan hilang. Alice rasa itu menjadi options paling tepat dari pada bukti tersebut malah mengarah pada orang yang salah."Aku akan melakukan apapun! Dengan kekuasaan penuh yang akan kau berikan." Dyn merunduk dengan harap. Ia tidak bisa membiarkan nyawa Insley melayang sia-sia.Sembari menegakkan bahu, "lakukan secepat mungkin. Keputusan sidang akan dikeluarkan besok pagi."Seolah wajah datarnya meninggalkan bekas. Dyn meminta undur diri dari kediaman Alice.Sedangkan dalam kesendirian, Alice memangil salah satu pelayan yang menjaga pintu untuk masuk."Panggilkan Sam dan Ursula untuk menemuiku sekarang!"Sedangkan di sisi lain. Dyn menapakkan kaki dengan tegas menyusuri lorong istana.
Pagi ini matahari tidak tampak menyingsing seperti hari-hari sebelumnya. Udara tampak diselimuti angin mendung hingga membeku sayup-sayup menusuk kulit. Tetapi kantor hukum masih sibuk mempersiapkan kereta yang lebih mirip seperti penjara berjalan. Para petugas keamanan lantas menyeret seorang perempuan bercadar dan memasukkan pada kereta tersebut dengan kasar. Membawanya dengan dua serigala besar sebagai pemandu dan pemikul untuk kereta berjalan dengan roda-roda besi. Sebenarnya jika dilihat dari atas. Istana Mercia berbentuk kastil yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebelah timur menara adalah kediaman ratu. Menara barat adalah kediaman raja. Dan tepat di tengah-tengah menara adalah aula singgah sana raja sekaligus raung rapat. Sedangkan sisa-sisa ruangan di kastil tersebut adalah ruang para pelayan dan dapur bagian konsumsi. Tepat di belakang kastil Mercia terdapat lapangan pertandingan sekaligus tempat eksekusi. Bagian ini diapit oleh kantor hukum sebe
Charlotte memerintahkan menteri hukum untuk memulai acara. Sedangkan menteri hukum yang telah mendapatkan kebebasannya mulai berpidato. Berbicara lantang di sebelah Charlotte, berdiri sekitar tiga meter darinya.Menteri hukum tersebut memerintahkan seseorang yang berdiri di sudut lapangan untuk membawa seorang perempuan bersaksi. Dia adalah orang yang sama dengan yang bersaksi di pertarungan kemarin. Seseorang yang pernah mencuri sepotong daging tersebut diseret untuk bersimpuh di samping Insley."Aku, aku melihatnya. Bertemu dengan mendiang pelayan Arly. Mereka berdua tampak mendebat sesuatu dan dia memberikan sesuatu pada Arly," kesaksian perempuan tersebut sembari menitikkan air mata gemetar membuat Menteri hukum mengangkat tangan. Menyuruhnya berhenti.Di tangga agung tersebut Menteri hukum memerintahkan walinya yang berada di sudut lapangan membacakan seluruh data informasi dan mengeluarkan bukti di dep
"Menurut riwayat hidup Insley. Dia pernah menjadi salah satu anggota pemberontakan atas perubahan pemerintah sistem kelompok menjadi sistem kerajaan. Bukankah begitu, saudara Insley?"Insley tidak berniat menjawab. Tetapi algojo yang berdiri tepat dibelakang memukulnya dengan keras menggunakan cambuk. Insley meringis, terpaksa mengangguk. Lagipula pernyataan itu ada benarnya."Bagus. Dalam kasus ini, maka motif pembunuhan Raja terlihat jelas! Insley dan Arly ingin meruntuhkan kekuasaan Raja dan menjadikan sistem kerajaan menjadi sistem kelompok seperti dahulu.Bisa dipastikan, ini adalah bagian dari rencana kudeta kelompok mereka. Mereka sengaja menyerahkan diri dengan berujar komplotannya telah habis. Dan saat itu Insley dan Arly akan melepaskan diri dari kelompok kudeta dan melakukan penyerangan dari dalam.Dengan motif ini, Insley dinyatakan bersalah dan harus dihukum mati!"Insley tidak bisa menahan ketika adilan hukum padanya. Jiwanya seolah m
Kalau saja waktu bisa diperlambat. Kalau saja masa depan bisa dilihat. Semua orang akan memanfaatkan itu sebaik mungkin untuk mempertahankan segalanya.Tetapi nyatanya. Segala hal, baik di dunia nyata ataupun di dunia fantasi tidak ada yang bisa ditawar.Ini hanya Dyn dan Alice, yang berdiri kaku. Lemah. Tidak berdaya. Menunggu sesuatu yang bahkan belum tentu akan tiba.Satu tahun yang lalu. Dyn benar-benar kehilangan Insley. Kekasih yang selalu bertanya 'apakah kau mencintaiku' padanya itu telah menjadi abu. Berterbangan lebih liar dari peri.Saat itu Dyn hanya mampu berteriak pilu. Bahkan setelah menerobos benteng merah bata yang teramat tinggi. Ia tidak mampu menyelamatkan Insley yang lemas di atas bara api. Sudah terlambat. Tidak ada oksigen yang tersisa dalam kobaran tersebut. Bahkan mata yang menjadi miliknya tersebut menatap Dyn tidak berdaya.Kedatangan Dyn secara tiba-tiba membuat para penjaga langsung mencekal. Hendak menyeretnya paksa ke