"Senjata yang digunakan untuk menembus punggungmu sangatlah berbahaya. koyakannya begitu besar pun dengan pendarahannya yang parah. Kau beruntung masih hidup menahan luka ini selama berjam-jam." dokter Derrick berucap sambil membebat luka yang berada di punggung Sean. "Katakan siapa yang membalut lukamu dengan perban itu. Setidaknya dia cukup bijak menghentikan pendarahan mu sesaat." sambungnya kemudian.
Sean hanya terdiam, dia sama sekali tidak menaruh minat apapun tentang medis. Luka yang bekas tembakan itu memanglah parah hanya saja semua itu terbayar lunas ketika dirinya masih bisa bernafas dan kembali di sisi Kesya."Beruntung sekali timah panas itu tidak mengenai jantungmu. Jika hal itu sampai terjadi, aku yakin kau tak lagi bisa melihat mentari pagi bersinar." sahut dokter Derrick lagi sambil melilitkan perban itu dengan hati- hati. Dia memasang penyangga siku untuk menjaga tangan kanan Sean tidak bergerak leluasa sehingga memperlambat proses pemulihan.<Happy reading...😘"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu. Kau selalu saja bertingkah layaknya anak kecil."Diandra Oliver, wanita cantik berusia paruh bayah itu tampak begitu frustasi menghadapi semua tingkah laku Dastan. Suara Diandra yang membahana mengusik ketenangan seluruh penghuni kediaman Oliver."Sebenarnya apa yang terjadi disini?" dokter Derrick berujar dengan suara serak, matanya masih terpejam ketika menuruni tangga."Ini pasti kak Dastan. Hanya kak Dastan yang dapat mengobarkan api kemarahan ibu."Daniela Oliver, mulai mengintrupsi pertikaian yang sedang terjadi dari balik punggung ayahnya. Dengan wajah masam, dia menatap dalam-dalam ekspresi wajah Dastan."Ada apa lagi ini, mengapa kalian sudah bangun?" Diandra langsung menodong suami dan putri bungsunya sesudah mereka berada di hadapannya."Tanyakan yang masuk akal sayang, suaramu sudah seperti gendang yang ditabuh. Jangankan m
Sejak tadi wajah Kesya tak lagi bertahan dengan sinar cerah bahagia. Keinginan Sean yang tiba-tiba melibatkan diri untuk menemaninya membuat dirinya menggeram tertahan. Lelaki itu sedang tidak dalam keadaan baik namun, keputusannya tak mampu terbantahkan oleh siapapun."Apa kau masih marah?" Sean mulai bersuara ditengah keheningan yang sedari tadi melanda mereka."Jika aku katakan ya, apa kau mau untuk kembali ke apartemen?" Kesya sengaja menjawab pertanyaan Sean dengan pertanyaan."Tidak. Aku akan ingin menemanimu. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." kalimat perintah berisi suara tegas Sean berhasil menyulut emosi Kesya."Sesuatu apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau tidak lihat jejeran puluhan mobil yang mengawalku di belakang?" Kesya menggeram karena amarah, sikap over protective Sean membuatnya hampir frustasi.Sayangnya sikap keras kepala Kesya berhasil menyulut bara kemarahan Sean. Dengan kasar lelaki itu membuka sek
"Bagaimana keadaanmu?" suara Bobby yang berisi kecemasan langsung menyapa Sean dan Kesya sesaat setelah keduanya masuki butik."Aku baik-baik saja. Lihatlah, tidak ada yang kurang bukan dari anggota tubuhku?" Sean berucap santai, sengaja mengusir kecemasan yang nampak di wajah Bobby."Kau selalu bersikap seolah semuanya baik-baik saja." ujar Bobby mengalihkan pandangan di samping Sean. "Bagaimana denganmu Kesya, apa kau juga akan menjawab hal yang sama seperti Sean?" sambung Bobby menyelipkan sindiran sinis pada Sean."Aku baik-baik saja. Tenang saja, aku sudah menyiapkan argumen kuat jika berdebat denganmu nanti." jawab Angel dengan senyum lebar.Seketika Ekspresi wajah Bobby berubah datar. Kesya selalu punya cara untuk membungkamnya."Lebih baik kita hentikan perang dingin ini." sahut Bobby mengakhiri pertikaian mereka. "Ayo Kesya, kau harus segera mencoba gaunmu" sambungnya kemudian lalu beranjak dari hadapan Sean dan Kesya."Aku pergi du
Tidak ada seorangpun yang mampu mengalihkan mata dari kecantikan dan kemolekan wanita yang sedang berjalan menapaki lorong. Bibir seksi dipoles gincu merah itu semakin membuat dirinya begitu mempesona. Dan semua yang dimilikinya pantas untuk sebuah kata sempurna. Kaki jenjang mulus beralas high heels hitam itu membuat kaum Adam tanpa sadar menelan ludah yang bercampur hasrat. Lorong yang tadinya sepi akan makhluk hidup kini berkerumun layaknya lautan manusia. Bibir wanita itu tersenyum tipis, baginya pemandangan seperti sudah hal biasa.Ketika matanya menangkap sebuah tulisan VIP di kepala pintu, dia langsung menghentikan langkahnya. Dengan gerakan kepala, para pengawal yang sedari tadi berjalan dibelakangnya mundur dengan sikap hormat. Dipandangnya pintu sejenak, lalu mengarahkan tangannya untuk mendorong gagang pintu."Hai.... sayang." Kesya berujar dengan senyum manis.Sheila yang sedang bersandar di kepala ranjang seketika duduk tegap saat melihat kehadiran
Kesya menyandarkan punggungnya di kepala mobil. Sungguh hatinya dipenuhi perasaan bersalah saat ini. Tidak pernah tahu bahwa hari ini dirinya akan mendapat kenyataan pahit. Pernyataan cinta Adrian beberapa saat lalu berhasil menggerogoti kenyamanannya. Mata itu tak lagi bersinar cerah seperti biasa, kabut genangan kristal bening mulai tampak lagi disana. Siapa sangka, tidak perlu menunggu lama, pipi Kesya sudah basah akan hujan air mata. Dia sudah tidak sanggup lagi menahan sesaknya dada yang kian mendesak. Kalimat- kalimat berasa pahit Adian mulai menguasai pikirannya.Flashback On"Aku tidak meminta untuk kau membalas cintaku. Sebab pada akhirnya cintamu bukanlah untukku. Aku hanya ingin mendampingi mu untuk yang terakhir kalinya Kesya. Meskipun bukan aku yang menunggu mu di atas altar namun, setidaknya kakiku pernah melangkah bersamamu di tempat itu." suara Adria bergerak menahan tangis, dia bahkan mendongak sesekali demi menahan diri untuk tampak tidak terl
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga