Home / Romansa / YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT / Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

Share

Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

Author: Rizkymutha14
last update Last Updated: 2024-07-30 20:56:01

Pangeran Qing Chuan dan Pangeran Qing Chen merasa geram dengan sikap tidak sopan dan arogan yang ditunjukkan oleh Putri Yuan Ling. Ia dengan tegas, menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kerajaan. Suasana di ruangan istana menjadi tegang, dan semua mata tertuju padanya.

Tiba-tiba, selir Yuhe, yang duduk di kursi kebesaran, tertawa ringan. Tawanya memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. "Jangan terlalu serius, Putri Yuan Ling," ujarnya dengan bijaksana. "Para pangeran memang suka membuat lelucon."

Selir Yuhe melirik ke arah Qing Chuan dan berkata, "Chuan, berikan teh Krisan itu pada Pangeran Kelima." Pangeran Qing Chuan mengangguk tegas dan melangkah menuju meja di bawah kursi selir Yuhe. Disana, sebuah gelas teh Krisan sudah tersedia.

Namun, ketika Pangeran Qing Chuan berjalan mendekati Pangeran Qing Fei, dia terlihat takut dan bersembunyi di belakangnya. Yuan Ling terheran saat melihat suaminya itu bersembunyi di balik punggungnya saat pangeran Qing Chuan berjalan ke arah nya.

"Adik. Aku memberikan selamat atas pernikahanmu dengan putri Yuan Ling," ucapnya. Bukannya memberikan teh tersebut, ia malah meminum sendiri dengan raut wajah mengejek.

Yuan Ling memandang geram terhadap pangeran Qing Chuan yang bersikap semena-mena terhadap pangeran Qing Fei. Setelah meminum teh tersebut, ia memberikan sisa teh tersebut pada Yuan Ling.

"Adik, giliranmu untuk meminumnya ." Pangeran Qing Chuan mengulurkan tangan yang memegang gelas teh. Pangeran Qing Fei melirik ke arah putri Yuan Ling dan kembali menatap pangeran Qing Chuan, dengan ragu-ragu, ia mengulurkan tangan hendak mengambil gelas tersebut. Namun, tak di sangka, putri Yuan Ling segera mencegahnya dan mengambil alih gelas tersebut. Yuan Ling langsung mengendus teh tersebut, memastikan teh itu aman dari racun.

"Apakah seperti ini sikap seorang pangeran istana? Menyambut adiknya yang baru saja menikah, hanya menyuguhkan teh sisa yang baru saja kau minum? Sungguh memalukan," ucap Yuan Ling dengan nada ketus.

Bukan pangeran Qing Chuan yang menjawab melainkan pangeran Qing Chen yang sejak tadi berdiri di dekat Putri Zhu Lian, istri pangeran Qing Chuan.

"Jaga sikapmu. Teh baru atau pun sisa, itu sama saja. Lagi pula kakak Fei tidak keberatan, benarkan kakak ?" balas pangeran Qing Chen seraya tersenyum mengejek dan jijik pada pangeran Qing Fei.

Seketika, Yuan Ling terdiam sejenak saat melihat saudara-saudara suaminya tersebut, mengejek dan menindas dengan kalimat yang menjatuhkan harga dirinya.

"Ternyata, bukan hanya dikucilkan tetapi mereka juga sering menindasnya," gumamnya dalam hati. Melihat Yuan Ling terdiam, pangeran Qing Chen, membentak Yuan Ling hingga terlonjak dan tersadar dari lamunannya.

"Lihatlah, si dungu dan si bodoh ini," kata pangeran Qing Chen terhadap Yuan Ling dan pangeran Qing Fei, " Kalian memang pasangan yang serasi. Jadi, jangan berharap kalian mendapat kehormatan dari kami," sambungnya. Gelak tawa pun menggema di udara, sementara selir Yuhe dan putri Zhu Lian hanya menahan senyum dengan anggun.

Melihat keduanya tertawa terbahak-bahak , Yuan Ling hanya bisa menatap sinis. Rasa marah dan jengkel membara di hatinya. Seketika, ide jahat pun terlintas di benak Yuan Ling.

"Siapa yang kau bilang dungu? Bukankah hanya kau, pangeran yang tidak pernah diberikan perintah apapun. Kau itu tak ada bedanya dengan alas kaki yang selalu berada di bawah kaki," balas Yuan Ling tidak kalah kejam menggunakan kalimatnya.

"Kau __," kalimatnya terpotong. Pangeran Qing Chen yang hendak menyerang Yuan Ling segera dihentikan oleh pangeran Qing Chuan, begitu juga Yuan Ling, ia dicegah oleh pangeran Qing Fei. Namun, hal yang memalukan pun terjadi pada pangeran Qing Fei. Pangeran Qing Chuan sengaja menginjak kakinya hingga ia terjatuh. Sementara Yuan Ling, ia mengambil kesempatan memasukan serbuk racun ke dalam teh dan menyiramkan teh tersebut ke wajah pangeran Chen.

"Beraninya kau," pekik pangeran ke enam dengan raut wajah yang begitu emosi. Ia Mengangkat satu tangannya hendak menampar Yuan Ling. Namun, Yuan Ling tidak menggubrisnya sama sekali, ia lebih memilih membantu suaminya yang duduk terjatuh di lantai.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yuan Ling penuh perhatian. Pangeran Qing Fei menggeleng pelan dan berdiri di samping Yuan Ling. Kegaduhan pun terjadi hingga selir Yuhe harus turun tangan.

"DIAM !" teriak selir Yuhe seraya menggebrak meja di depannya. Semuanya terdiam dan kembali ke posisi masing-masing.

"Ibunda, lihatlah ! Dia menyiram wajahku ," pekik pangeran Qing Chen, begitu emosi tidak terima atas apa yang dilakukan oleh Yuan Ling.

"Bisakah kau diam, Chen'er ?, selir Yuhe menarik nafas panjang dan menghembuskan nya kasar.

" Kalian sudah dewasa tapi sikap kalian seperti anak kecil." Lalu, pandangannya beralih ke arah Yuan Ling dan pangeran Qing Fei. "Putri Yuan Ling, aku harap kejadian hari ini tidak terulang lagi," sambungnya.

Zhu Lian yang berdiri di samping suaminya, tiba-tiba tangannya gemetar seraya meraba wajahnya sendiri. Ia melihat wajah pangeran Qing Chen yang tiba-tiba berdarah.

"Chen'er, wa-wajahmu?" Melihat kepanikan yang terpancar dari wajah kakak iparnya tersebut, pangeran Qing Chen ikut meraba wajahnya sendiri. Dan alangkah terkejutnya saat melihat noda darah di telapak tangannya.

'AAA' teriak pangeran Qing Chen dengan histeris.

"Wajahku? Apa yang terjadi pada wajahku?" Monolognya. Lalu, ia menengok tegas dengan tatapan nyalang ke arah Yuan Ling.

"Kau?" tunjuk pangeran Qing Chen, "Kau pasti menaruh racun di dalam teh tersebut," tebaknya. Yuan Ling mengernyitkan alisnya, pura-pura tidak tahu.

"Aku? Menaruh racun di teh itu? Itu sungguh tidak masuk akal," kilahnya.

"Jangan berpura-pura," sarkas pangeran Qing Chen. Ia masih tidak terima dan tidak percaya dengan ucapan Yuan Ling. Namun, bukan Yuan Ling jika ia tidak bisa melemparkan pertanyaan tersebut pada yang lain.

"Pangeran Chen, apa kau lupa. Teh tersebut selir Yuhe sendiri yang menyediakan, bahkan pangeran Chuan pun sempat meminumnya, bukankah itu akan berdampak sama seperti dirimu? Seharusnya, yang harus kau tanyakan hal tersebut, bukalah padaku melainkan ke mereka." Semuanya terdiam.

Memang benar adanya, tidak ada bukti kuat jika menuduh Yuan Ling lah yang memasukkan racun itu ke dalam teh Krisan, sementara yang menyajikan teh tersebut adalah pangeran Chuan sebagai penyambutan kecil untuk pernikahan pangeran Qing Fei dan Yuan Ling.

"Pangeran , ayo kita pergi dari sini," ajak Yuan Ling seraya menggandeng tangan pangeran Qing Fei. Baru beberapa langkah sebelum mereka berdua keluar, Yuan Ling dan pangeran Qing Fei menghentikan langkahnya.

"Aku peringatkan pada kalian semua, jika ada yang menggertak pangeran Qing Fei, maka kalian akan berhadapan denganku," ucapnya tegas. Mereka pun kembali melangkah keluar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 26

    Sinar keemasan fajar merayap di antara puncak-puncak pegunungan, membelai dedaunan yang masih berhiaskan embun pagi. Butiran-butiran air itu laksana permata yang memantulkan cahaya, menciptakan kilauan lembut di tengah udara yang dingin menusuk.Diiringi simfoni alam, burung-burung berkicau riang, melantunkan melodi yang saling bersahutan di antara pepohonan yang bergoyang perlahan oleh hembusan angin. Namun, di balik tabir suara alam itu, kedamaian sejati bersemayam dalam kehangatan ranjang.Yuan Ling menggeliat perlahan, merasakan sisa-sisa kelelahan dan sedikit nyeri di tubuhnya. Di sampingnya, Pangeran Qing Fei masih terlelap, lengannya melingkari pinggang Yuan Ling dengan posesif, seolah tak ingin melepaskan istrinya barang sedetik pun.Sebuah ringisan tertahan lolos dari bibir Yuan Ling saat ia mencoba bangkit, pergerakannya terasa memberat di bagian pinggul.Mendengar desisan lirih Yuan Ling, mata Pangeran Qing Fei terbuka. Wajahnya yang polos dan tanpa dosa menyambut pagi. Ia

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 25. warning 21++

    Namun, tepat ketika hidung mereka hampir bersentuhan, ketika Yuan Ling sudah bisa merasakan hembusan napas Pangeran Qing Fei yang hangat menerpa wajahnya, sang pangeran tiba-tiba menarik diri. Gerakannya tiba-tiba dan tak terduga, menciptakan ruang hampa di antara mereka yang tadinya terasa begitu intim."Pergilah!" titahnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, namun sarat akan kepedihan dan pergolakan batin.Yuan Ling merasakan amarah yang membakar tiba-tiba menyentak dirinya. Ia telah bersabar, berusaha memahami, dan memberikan dukungan. Namun, penolakan yang ambigu ini terasa seperti penghinaan, sebuah keraguan yang menyakitkan terhadap dirinya dan ikatan mereka."Bisakah kau menjadi pria sejati?" desis Yuan Ling tajam, matanya menyala menantang. Tanpa menunggu jawaban, ia bergerak cepat. Tangannya terulur, menarik tengkuk leher Pangeran Qing Fei dengan gerakan yang tegas dan penuh keberanian. Dalam sekejap, ia menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang penuh gairah dan tunt

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 24 . warning 21++

    Debu jalanan yang kelabu seolah enggan beranjak dari sepatu kulit Yuan Ling saat ia tiba di kediaman megah itu, kontras mencolok dengan gemerlap samar yang terpancar dari balik jendela-jendela bertirai sutra. Langkahnya tergesa, membawa Pangeran Qing Fei yang limbung di sisinya. Aroma dupa mahal bercampur peluh dingin sang pangeran menusuk indra penciuman Yuan Ling saat mereka memasuki kamar tidur yang luas dan dingin. Dengan gerakan cekatan namun penuh kehati-hatian, Yuan Ling membaringkan tubuh Pangeran Qing Fei di atas ranjang berukir rumit dengan seprai selembut awan. Namun, ketenangan yang diharapkan tak kunjung datang. Pangeran Qing Fei menggeliat resah, napasnya tersengal-sengal, jari-jarinya mencengkeram seprai, meraba-raba tubuhnya sendiri seolah mencari sesuatu yang hilang. "Pa...nas sekali," bisiknya lirih, suaranya tercekat dan bergetar seperti dawai kecapi yang hampir putus. Butiran keringat dingin membasahi pelipisnya. Mata Yuan Ling yang tajam menangkap keanehan yan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 23

    Pangeran Qing Chuan meringis kesakitan, napasnya tersengal-sengal. Ia memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Yuan Ling berdiri di hadapannya, tubuhnya bergetar karena amarah yang masih membara."Ini pelajaran untukmu, Qing Chuan," ucap Yuan Ling dengan suara dingin dan tegas. "Jangan pernah mencoba memainkan permainan kotor di belakang suamiku. Aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya."Ia menunjuk wajah Pangeran Qing Chuan dengan jari telunjuknya, matanya penuh peringatan. "Ingat ini baik-baik. Jika kau berani menyentuh sehelai rambut pun di kepala Qing Fei, kau akan berhadapan denganku."Suara bisik-bisik di antara para penonton semakin intens. Mereka menyaksikan adegan yang tak terduga ini dengan campuran rasa takut, kagum, dan penasaran."Dia benar-benar membela Pangeran Qing Fei," gumam seorang wanita tua dengan kerutan di wajahnya."Pangeran Qing Chuan pasti tidak menyangka akan mendapat perlawanan seperti ini," timpal seorang pemuda dengan nada kagum.Pangeran Qing Chuan mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 22

    "PERGI !" pekik Yuan Ling dengan tatapan nyalang. Tanpa mengatakan apapun, wanita penghibur itu pergi dengan wajah marah. Namun, bukan hanya pemandangan itu yang membuat darah Yuan Ling mendidih. Di sudut ruangan, bersandar pada pilar kayu berukir naga, berdiri Pangeran Qing Chuan. Ekspresi wajahnya datar dan dingin, namun seulas senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat kedatangan Yuan Ling yang penuh amarah. Di tangannya, ia menggenggam sebuah cawan keramik halus yang tampak kosong, namun Yuan Ling mencium samar aroma samar opium yang tertinggal.Dari balik kerumunan di ambang pintu, terdengar bisikan-bisikan para penonton yang penasaran."Lihat! Itu Nyonya Yuan!" seru seorang pria berjubah cokelat kusam."Apa yang terjadi? Mengapa dia terlihat begitu marah?" timpal seorang wanita dengan sanggul tinggi yang dihiasi jepit rambut perak."Kudengar Pangeran Qing Fei dibawa ke sini secara paksa," bisik seorang pria bertubuh kurus dengan nada khawatir."Pangeran Qing Chuan juga a

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 21

    Setelah menerima titah dingin dari Pangeran Qing Chuan, seulas senyum licik mengembang di bibir ranum wanita penghibur itu. Cahaya remang-remang lentera minyak di sudut ruangan menari-nari di wajahnya, menonjolkan guratan kemenangan yang tersembunyi. Dengan langkah anggun namun penuh maksud tersembunyi, ia mendekat ke arah Pangeran Qing Fei yang terbaring lemah di atas dipan, kesadarannya masih berjuang untuk kembali sepenuhnya. Aroma candu yang samar bercampur dengan bau keringat dingin dari tubuh sang pangeran menciptakan atmosfer yang menyesakkan.Sementara itu, bagai disengat ribuan lebah, Yuan Ling menerima kabar dari seorang pelayan istana mengenai keberadaan suaminya. Jantungnya berdegup kencang, bagai genderang perang yang ditabuh bertalu-talu. Tanpa membuang sedetik pun waktu, ia segera melompat ke atas punggung kuda kesayangannya. Derap kaki kuda memecah keramaian jalanan yang berliku. Cambuk ia layangkan tanpa ampun, memacu hewan itu dalam kecepatan yang membahayakan. Angin

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 20

    Keesokan harinya, ketika sinar matahari pagi yang hangat mulai menyelinap melalui jendela, Yuan Ling dengan tergesa-gesa keluar untuk mencari bahan obat-obatan. Setelah berjam-jam mencari, ia kembali ke kediaman Pangeran Qing Fei hanya untuk mendapati ruangan yang kosong dan sepi."Fei'er... Fei'er?" panggil Yuan Ling dengan suara penuh kekhawatiran, matanya liar mencari di setiap sudut ruangan. Langkahnya cepat dan resah, setiap detik yang berlalu semakin membebani pikirannya. Ia memutuskan untuk keluar, berharap menemukan jejak sang pangeran. Di halaman depan, ia melihat seorang pelayan yang tengah menyapu dengan tenang."Pelayan, apa kau melihat pangeran?" tanya Yuan Ling dengan nada cemas yang kian memuncak."Maaf, Permaisuri, aku tidak melihatnya," jawab pelayan itu dengan singkat, menundukkan kepala tanpa berani menatap langsung."Apa? Bagaimana kau bisa tidak mengawasi pangeran? Jika terjadi sesuatu padanya, bersiaplah untuk ku penggal kepalamu," ancam Yuan Ling, suaranya berge

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 19

    Setelah berkata demikian, Yuan Ling pergi dari sana. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah mengawasi mereka dari kejauhan, mendengarkan setiap kata yang terucap. Pangeran Qing Fei mengerutkan alisnya, mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut ayah mertuanya serta istrinya. Hatinya bergolak, berusaha memahami situasi yang semakin rumit. Angin berhembus lembut, membawa aroma bunga yang sedang bermekaran, seolah menjadi saksi bisu dari perbincangan yang tengah terjadi."Jenderal Yuan tidak akan salah mengenal putra-putrinya? Bukankah, putri kedua Jenderal Yuan terkenal dengan rumor bahwa dia adalah putri bodoh dan memiliki temperamen yang buruk? Tapi, kenapa yang aku lihat adalah kebalikannya?" gumamnya dalam hati, penuh kebingungan.Pangeran Qing Fei langsung bersembunyi di balik pintu, saat melihat Yuan Ling berjalan ke arahnya. Nafasnya tertahan, jantungnya berdegup kencang seiring langkah Yuan Ling yang semakin mendekat. Ternyata, Yuan Ling hanya melewati tempat itu saja. S

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 18

    Melihat kedatangan Jenderal Yuan, ayah dari Yuan Ling dan Pangeran Qing Fei, Yuan Ling pun beranjak dari sana. Kepergian Yuan Ling tidak luput dari perhatian Jenderal Yuan."Pangeran, sebaiknya kau menunggu di dalam saja. Aku akan pergi dulu sebentar," ucap Jenderal Yuan dengan nada yang terdengar gelisah, wajahnya yang biasanya tenang kini tampak cemas."Baik. Hati-hati, Ayah Mertua," balas Pangeran Qing Fei dengan penuh perhatian, menatap Jenderal Yuan dengan sorot mata yang khawatir.Yuan Ling, yang sedang berjalan di halaman luas kediaman Jenderal Yuan, merasakan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga-bunga taman. Langkah Yuan Ling terhenti saat mendengar seruan seseorang dari belakang dirinya."Yuan Ling!" seru Jenderal Yuan memanggil namanya dengan suara yang tegas namun mengandung kekhawatiran. Sejenak, Yuan Ling berhenti dan hanya melirik melalui ujung matanya. Detik kemudian, ia kembali melanjutkan langkahnya, mencoba menghindari panggilan sang ayah. Namun, langkahnya ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status