Share

Bab 6

Author: Aina D
last update Last Updated: 2021-10-11 19:08:32

Bab 6. Maaf

Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana.

Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya.

Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik.

"Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika dia sudah mulai kembali aktif menjadi supir pribadi kepercayaan Irawan.

"Ehm, kita mampir ke rumahmu dulu."

"Maaf, Tuan? Ke rumah saya?"

"Ya, boleh kan?"

"Eh, maaf. Boleh, Tuan. Tapi ... kenapa mampir ke rumah saya? Apa saya ada salah, Tuan?" tanya Juan gugup.

Irawan tertawa mendengar pertanyaan Juan. "Kamu nggak ada salah, Juan. Saya hanya ingin menikmati teh buatan putrimu. Entah mengapa saya sangat menyukainya, rasanya sangat pas. Bolehkan?" Irawan beralasan.

"Tentu saja boleh, Tuan. Kalau begitu saya akan menelpon Zafira untuk segera pulang."

"Memangnya putrimu kemana?"

"Tadi Zafira mengabari saya, katanya mau mampir ke klinik setelah pulang kerja."

"Klinik? Apa putrimu sedang sakit?"

"Tidak, Tuan. Zafira hanya punya berteman baik dengan pemilik klinik."

****

"Zafira mau nggak kerja di perusahaan saya," ucap Irawan saat Zafira menyuguhkan segelas teh padanya.

"Maaf, Tuan?"

"Iya, kebetulan perusahaan sedang membutuhkan beberapa tambahan karyawan. Saya rasa Zafira cocok untuk menjadi salah satu karyawan kami, mengingat ayahmu adalah salah satu karyawan terbaik kami karena kejujurannya."

"Terima kasih atas tawarannya, Tuan. Fira sangat tersanjung. Tapi mohon maaf Fira nggak bisa menerima," jawab Zafira sopan.

"Kenapa, Nak?"

Juan dan Zafira terkejut mendengar atasan Juan, pemilik perusahaan properti terkenal itu memanggil Zafira dengan sebutan 'Nak'.

"Kebetulan saya baru saja menerima tawaran untuk bekerja di sebuah klinik, Tuan."

"Wah, sayang sekali. Sepertinya penawaran saya terlambat."

“Fira menerima tawaran bekerja di klinik Dokter Hesti?” tanya Juan pada putrinya.

“Iya, Yah. Fira mau resign dari perusahaan percetakan tempat Fira bekerja sekarang dan menerima tawaran untuk membantu Dokter Hesti di kliniknya. Nggak apa-apa kan, Yah?”

“Nggak apa-apa, Nak. Asal itu membuatmu senang dan bahagia, ayah akan mendukungnya.”

Irawan sengaja terus mengajak Zafira mengobrol. Itu membuat Juan sedikit curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh tuannya itu.

"Saya pamit dulu, ya, terima kasih atas suguhan teh nya, Nak," Irawan berpamitan pada Zafira dan ibunya.

"Terima kasih juga sudah mampir ke gubug kami, Tuan," jawab Zafira.

"Tidak usah panggil tuan, Nak. Panggil saya Pak Irawan saja."

"Baik, Tuan. Eh maaf. Baik, Pak."

"Ayah juga pamit untuk mengantar Tuan Irawan dulu ya, Bu, Fira," Juan pun berpamitan pada istri dan putrinya untuk mengantar Boss nya itu pulang ke rumahnya.

***  

Sudah sebulanan ini Irawan terus melakukan pendekatan pada Zafira, beberapa kali bahkan Irawan mengunjungi gadis itu di klinik dokter Hesti dengan alasan memeriksakan kesehatan di klinik tersebut. Dokter Hesti sendiri sudah mengetahui siapa Irawan, pengusaha terkenal yang tak mungkin mmemriksakan kesehatan pada klinik sederhana miliknya jika tanpa maksud lain.

Dari awal Irawan sudah mengatakan maksud dan tujuannya pada dokter Hesti yaitu untuk mendekati Zafira, gadis korban pemerkosaan yang dilakukan oleh putra mahkotanya. Dokter Hesti pun membantu Irawan karena melihat niat tulus dari pria itu untuk bertanggung jawab atas perbuatan keji putranya.

Sedangkan Juan dan keluarga kecilnya masih terus bertanya-tanya ada apa dengan Boss perusahaan tempat Juan bekerja itu. Setelah kedatangannya pertama kali ke rumah Juan bersama putranya, Irawan terus menjadi tak seperti biasanya. Selain lebih sering berkunjung, beberapa kali Juan dan keluarganya bahkan mendapat kiriman yang dikirim atas nama Irawan. Baik itu kiriman berupa makanan ataupun barang. Irawan bahkan menyuruh Juan dan keluarganya untuk tidak memanggilnya dengan sebutan “Tuan” seperti biasanya dan menyuruh mereka menggantinya dengan sebutan “Pak Irawan”.

“Sudah lama Pak Irawan jadi pasien Dokter Hesti?” tanya Zafira ketika dokter Hesty mengajak Zafira makan siang di kafe dekat kilnik.

“Belum lama ini. Kenapa Fira?” tanya Dokter Hesti.

“Nggak apa-apa, Dok. Fira hanya merasa aneh. Kita semua tau siapa Tuan Irawan, pengusaha properti yang terkenal di kota ini, tapi mengapa dia memeriksakan kesehatannya di klinik kecil ini? Bukannya biasanya para pengusaha kaya seperti mereka rela merogoh kocek demi pemeriksaan kesehatan di rumah sakit yang fasilitasnya bagus, bahkan sampai ke luar negeri.”

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Yang Ternoda   Bab 130

    Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran klinik, lalu turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Hati-hati, Sayang,” ucapnya sambil menyambut uluran tangan Zafira.“Jangan berlebihan, Mas. Aku nggak apa-apa.”Gilang menggeleng. “Aku harus berlebihan kalau itu menyangkut kamu dan anak kita. Aku nggak mau kehilangannya lagi.”Akhirnya Zafira mengalah ketika Gilang dengan posesifnya mengantarkannya ke dalam klinik hingga terdengar suara Felix menyapa mereka.“Hai, Fira.”Gilang dan Zafira menoleh. Felix tersenyum dapa Zafira, namun mengabaikan pria posesif di samping wanita itu.“Eh, lu nggak ngeliat gue?” sengit Gilang.Felix tertawa. “Oh, iya. Maaf nggak kelihatan. Makanya jangan terlalu sering di samping Fira, soalnya yang lain nggak kelihatan ditutupi sama auranya dia.”Gilang semakin gusar ketika merasa Felix sedang memprovokasiny

  • Yang Ternoda   Bab 129

    Gilang mengantar Zafira ke klinik dr. Hesty sebelum berangkat bekerja. Telepon dari Felix yang mengajak Zafira bertemu pagi ini benar-benar membuat Gilang gelisah. Maka saat istrinya mengatakan jika Felix mengajak bertemu di klinik tempat Zafira dulu bekerja, Gilang memilih mengantarkan sendiri istrinya ke sana. Meski awalnya Gilang menolak, namun rengekan Zafira membuatnya luluh. Gilang masih ingat bagaimana tadi pagi mereka berselisih paham akibat telepon dari dr. Felix.“Felix minta ketemu Fira, Mas. Katanya ada yang ingin ditanyakan,” ucap Zafira tadi pagi setelah mengibrol dengan Felix di bawah tatapan tajam Gilang.“Ngapain dokter gila itu minta ketemu kamu? Dia masih ngejar-ngejar kamu?”Zafira mengerucutkan bibirnya.“Jangan mulai deh, Mas. Kemarin-kemarin udah enak ngeliat kalian damai,” kata wanita hamil itu.“Aku nggak ngizinin! Kalau mau ketemu suruh ketemu aku saj

  • Yang Ternoda   Bab 128

    Kehamilan Zafira kali ini ternyata masih sama dengan kehamilannya sebelumnya, di mana Gilang lah yang harus setiap hari menahan mual dan tak berselera makan, sedangkan Zafira terpengaruh apa-apa. Ia bahkan makin terlihat segar karena Gilang menyuruh semua ART di rumahnya untuk memperhatikan semua kebutuhan istrinya.“Jangan banyak bergerak!”“Kalau perlu apa-apa bilang sama Maria atau yang lainnya!”“Jangan urusin taman!”“Kalau jalan pelan-pelan!”Serta masih banyak kalimat-kalimat Gilang yang setiap hari harus didengar oleh Zafira. Sesekali Zafira merasa iba jika melihat kondisi Gilang yang justru semakin kurus dan pucat karena mual dan muntah yang dialaminya setiap pagi.Pria itu bahkan beberapa kali mengunjungi dokter untuk meminta obat penghilang rasa mual dan morning sick yang dialaminya. Namun tak ada satu pun obat-obatan yang mempan dan bisa menghilangkan

  • Yang Ternoda   Bab 128

    "SELAMAT ULANG TAHUN PAK GILANG!"Gilang tersenyum membaca spanduk yang terbentang di sana. Gilang baru menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Perlahan Gilang melangkah ke arah Zafira, lelaki itu tau jika ini semua pasti ide istri kesayangannya itu."Pantasan dari kemarin kamu kelihatan sibuk banget telpon sana sini, ternyata nyiapin ini ya. Terima kasih, Sayang." Gilang mengecup kening istrinya."Uwuwuwuuuu!!!""Ciumnya di bibir dong, Pak Boss!""Ternyata Boss kita romantis banget, ya!"Gilang dan Zafira hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan dari para karyawannya."Cium bibirnya offline dong! Itu adegan khusus, nggak boleh jadi tontonan!" seru Gilang sambil mengedipkan matanya pada Zafira, yang disambut oleh kalimat-kalimat godaaan berikutnya dari para karyawannya pada mereka berdua.Gi

  • Yang Ternoda   Bab 127

    Tanpa kata, Gilang mendorong kursi roda Zafira meninggalkan area pemakaman, diikuti oleh keluarga mereka yang tak pernah lepas mendampingi mereka dan memberi semangat pada kedua orang tua yang baru saja diberi cobaan hidup itu. Selain kedua orang tua Gilang dan Zafira, Felix dan Claudia serta dr. Hesti, bahkan dr. Stella dan dr. Hera pun masih berada di sana menemani Zafira dan Gilang hingga keduanya meninggalkan area pemakaman. Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah besar Irawan. Semua keryawan yang bekerja di sana ikit merasakan kesedihan mendalam majikan mereka. Begitupun di dalam kamar Gilang dan Zafira, suasana sunyi sangat terasa. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, Gilang dan Zafira hanya bisa saling menatap kemudian saling berpelukan memberi kekuatan entah siapa kepada siapa, karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama terpukul.Zafira menyadari bahwa pada akhirnya semua akan kembali pada takdir masing-masing. Manusia hanya perlu men

  • Yang Ternoda   Bab 126

    Sudah seminggu ini Zafira diperbolehkan pulang ke rumah, namun bayinya masih dirawat intensif di rumah sakit. Hal itu membuat Gilang dan Zafira harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengantarkan ASIP agar bayi mereka tetap bisa meminum ASI Zafira. Dengan telaten Gilang mendampingi Zafira dan menyemangatinya pada saat memompa ASI nya. Zafira selalu saja bersedih karena belum bisa menyusui bayinya secara langsung, yang membuat Gilang akan selalu berada di sampingnya dan menyemangati Zafira agar tidak selalu bersedih. Gilang bahkan belum pernah masuk ke kantor sejak Zafira melahirkan. Dia lebih memilih mempercayakan pekerjaan pada asistennya dan sesekali memeriksa hasil pekerjaan mereka di rumahnya.Siang ini, Gilang dan Zafira kembali mengunjungi bayi mereka di rumah sakit. Gilang bersiul-siul senang sambil mendorong kursi roda Zafira menuju ruang perawatan bayinya. Gilang belum memperbolehkan Zafira berjalan dan memilih menyuruhnya duduk di atas kursi roda meskipun Zafira sel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status