Bab 6. Maaf
Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana.
Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya.
Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik.
"Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika dia sudah mulai kembali aktif menjadi supir pribadi kepercayaan Irawan.
"Ehm, kita mampir ke rumahmu dulu."
"Maaf, Tuan? Ke rumah saya?"
"Ya, boleh kan?"
"Eh, maaf. Boleh, Tuan. Tapi ... kenapa mampir ke rumah saya? Apa saya ada salah, Tuan?" tanya Juan gugup.
Irawan tertawa mendengar pertanyaan Juan. "Kamu nggak ada salah, Juan. Saya hanya ingin menikmati teh buatan putrimu. Entah mengapa saya sangat menyukainya, rasanya sangat pas. Bolehkan?" Irawan beralasan.
"Tentu saja boleh, Tuan. Kalau begitu saya akan menelpon Zafira untuk segera pulang."
"Memangnya putrimu kemana?"
"Tadi Zafira mengabari saya, katanya mau mampir ke klinik setelah pulang kerja."
"Klinik? Apa putrimu sedang sakit?"
"Tidak, Tuan. Zafira hanya punya berteman baik dengan pemilik klinik."
****
"Zafira mau nggak kerja di perusahaan saya," ucap Irawan saat Zafira menyuguhkan segelas teh padanya.
"Maaf, Tuan?"
"Iya, kebetulan perusahaan sedang membutuhkan beberapa tambahan karyawan. Saya rasa Zafira cocok untuk menjadi salah satu karyawan kami, mengingat ayahmu adalah salah satu karyawan terbaik kami karena kejujurannya."
"Terima kasih atas tawarannya, Tuan. Fira sangat tersanjung. Tapi mohon maaf Fira nggak bisa menerima," jawab Zafira sopan.
"Kenapa, Nak?"
Juan dan Zafira terkejut mendengar atasan Juan, pemilik perusahaan properti terkenal itu memanggil Zafira dengan sebutan 'Nak'.
"Kebetulan saya baru saja menerima tawaran untuk bekerja di sebuah klinik, Tuan."
"Wah, sayang sekali. Sepertinya penawaran saya terlambat."
“Fira menerima tawaran bekerja di klinik Dokter Hesti?” tanya Juan pada putrinya.
“Iya, Yah. Fira mau resign dari perusahaan percetakan tempat Fira bekerja sekarang dan menerima tawaran untuk membantu Dokter Hesti di kliniknya. Nggak apa-apa kan, Yah?”
“Nggak apa-apa, Nak. Asal itu membuatmu senang dan bahagia, ayah akan mendukungnya.”
Irawan sengaja terus mengajak Zafira mengobrol. Itu membuat Juan sedikit curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh tuannya itu.
"Saya pamit dulu, ya, terima kasih atas suguhan teh nya, Nak," Irawan berpamitan pada Zafira dan ibunya.
"Terima kasih juga sudah mampir ke gubug kami, Tuan," jawab Zafira.
"Tidak usah panggil tuan, Nak. Panggil saya Pak Irawan saja."
"Baik, Tuan. Eh maaf. Baik, Pak."
"Ayah juga pamit untuk mengantar Tuan Irawan dulu ya, Bu, Fira," Juan pun berpamitan pada istri dan putrinya untuk mengantar Boss nya itu pulang ke rumahnya.
***
Sudah sebulanan ini Irawan terus melakukan pendekatan pada Zafira, beberapa kali bahkan Irawan mengunjungi gadis itu di klinik dokter Hesti dengan alasan memeriksakan kesehatan di klinik tersebut. Dokter Hesti sendiri sudah mengetahui siapa Irawan, pengusaha terkenal yang tak mungkin mmemriksakan kesehatan pada klinik sederhana miliknya jika tanpa maksud lain.
Dari awal Irawan sudah mengatakan maksud dan tujuannya pada dokter Hesti yaitu untuk mendekati Zafira, gadis korban pemerkosaan yang dilakukan oleh putra mahkotanya. Dokter Hesti pun membantu Irawan karena melihat niat tulus dari pria itu untuk bertanggung jawab atas perbuatan keji putranya.
Sedangkan Juan dan keluarga kecilnya masih terus bertanya-tanya ada apa dengan Boss perusahaan tempat Juan bekerja itu. Setelah kedatangannya pertama kali ke rumah Juan bersama putranya, Irawan terus menjadi tak seperti biasanya. Selain lebih sering berkunjung, beberapa kali Juan dan keluarganya bahkan mendapat kiriman yang dikirim atas nama Irawan. Baik itu kiriman berupa makanan ataupun barang. Irawan bahkan menyuruh Juan dan keluarganya untuk tidak memanggilnya dengan sebutan “Tuan” seperti biasanya dan menyuruh mereka menggantinya dengan sebutan “Pak Irawan”.
“Sudah lama Pak Irawan jadi pasien Dokter Hesti?” tanya Zafira ketika dokter Hesty mengajak Zafira makan siang di kafe dekat kilnik.
“Belum lama ini. Kenapa Fira?” tanya Dokter Hesti.
“Nggak apa-apa, Dok. Fira hanya merasa aneh. Kita semua tau siapa Tuan Irawan, pengusaha properti yang terkenal di kota ini, tapi mengapa dia memeriksakan kesehatannya di klinik kecil ini? Bukannya biasanya para pengusaha kaya seperti mereka rela merogoh kocek demi pemeriksaan kesehatan di rumah sakit yang fasilitasnya bagus, bahkan sampai ke luar negeri.”
Bersambung
“Kamu meragukan klinik kita, Fira?” “Maaf, Dok. Bukan maksud saya seperti itu. Tapi ....” Zafira menggantung kalimatnya. “Aku mengerti maksudmu, Nak,” ucap dokter Hesty tersenyum. “Mungkin beliau menemukan apa yang selama ini dicarinya di klinik kita. Kita tetap harus profesional, siapapun pasien yang datang harus tetap mendapat layanan medis yang terbaik dari klinik,” lanjut dokter Hesty. “Iya, Dok.” “Apa boleh aku mengajukan pertanyaan untukmu, Fira?” “Silakan, Dok.” “Bagaimana jika suatu saat ada seseorang yang ingin menikahimu?” Zafira terkejut mendengar pertanyaan dokter Hesti. “Saya belum berpikir ke sana, Dok. Sekarang ini saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan baik tanpa ada penyesalan atas takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam hidup saya,” jawab Zafira. “Masa depanmu masih panjang, Nak. Satu peristiwa pahit yang terjadi tak boleh membuat langkah kakimu ter
“Apa … apa maksud Anda, Pak?” sahut Juan dengan suara gemetar.“Maafkan saya, Juan. Itulah kenyataannya, Gilang putraku yang melakukannya! Aku sudah menyelidiki semuanya setelah kedatangan kami pertama kali kemari. Mungkin kalian masih ingat bagaimana Gilang saat itu tiba-tiba terlihat gugup saat melihat putrimu. Itulah sebabnya aku menyelidiki apa yang membuatnya tiba-tiba gugup dan pucat pasi waku itu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa putraku mengenali putrimu sebagai gadis yang menjadi korban nafsu bejatnya, sedangkan Zafira tak mengenalinya karena Zafira dalam keadaan pingsan pada saat itu dan ia tidak pernah tau siapa pelakunya.”Tubuh Zafira bergetar hebat mendengar penuturan Irawan. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terus menerus gemetar dan tak bisa dikendalikannya. Tidak ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya, menandakan betapa perasaannya saat ini tidak dapat digambarkan hanya
Bab 9.Juan menengok keadaan Zafira ketika Irawan dan Gilang serta beberapa orang ajudannya sudah berlalu dari rumahnya. Zafira sudah kelihatan sudah tidak gemetaran lagi namun sekarang berganti dengan suara tangisan diiringi deraian air matanya.“Lebih baik jika seperti ini, dia bisa mengeluarkan emosinya dengan menangis. Kondisi terparah dari trauma dan kesedihan seseorang adalah ketika air mata pun tak mampu lagi dikeluarkannya seperti keadaan Zafira tadi,” jelas Dokter Hesti.***Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, d
Zafira kembali merapikan mukenanya setelah menunaikan salat subuh, dia tak melirik sekalipun ke arah tempat tidur mewah di mana Gilang berada. Gilang pun mengacuhkan keberadaan Zafira di sana dan hanya berkonsentrasi pada layar ponselnya. Zafira membuka pintu kamar dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Kebiasaannya di rumahnya terbawa ke rumah mewah ini. Di rumahnya, setelah salat subuh Zafira biasanya dia akan langsung menuju dapur dan membantu kegiatan ibunya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi, Nak.” Suara Irawan mengejutkan Zafira.“Selamat pagi, Tuan,” jawab Zafira."Jangan panggil tuan, Nak. Saya sekarang adalah orang tuamu. Jadi panggil papa, ya, sama seperti Gilang," ucap Irawan sambil tersenyum."Baik, Tuan. Maaf Baik, Pa." Zafira merasa sedikit grogi."Kenapa bangun sepagi ini, Nak. Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya Irawan."Nggak, Tuan.
Bab 11. Susah payah Zafira berusaha mengatur napasnya kemudian duduk di sofa yang sekaligus menjadi tempat tidurnya di kamar ini. Zafira menerapkan apa yang telah diajarkan Dokter Hesti padanya saat rasa trauma itu datang. Zafira memejamkan matanya dan berkali-kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya kembali. Perlahan-lahan detak jantungnya pun mulai kembali normal. Zafira membuka matanya dan menyadari bahwa kamar itu sudah terang dengan masuknya cahaya dari jendela kaca yang gordennya telah terbuka lebar. Zafira berjalan perlahan ke arah jendela kaca besar dan merasa takjub dengan pemandangan yang tersaji dari sana. Hamparan rumput yang terawat dengan baik dan sebuah air mancur kecil yang ada di tengahnya membuat hati Zafira sedikit menghangat. Dia tersenyum memandang ke arah taman kecil yang terlihat sangat terawat itu. Zafira begitu terpesona sehingga tak menyadari jika Gilang sudah berada di sana dan memperhatikannya. "Heh, batu! Ngapain senyum-senyum dekat jendela?"
Bab 12Zafira pasrah dan memilih duduk di salah satu sofa mewah berwarna gold yang ada di rumah besar itu. Sementara Irawan terlihat mengambil ponselnya nya dan terlihat terlibat pembicaraan dengan seseorang yang Zafira yakini adalah Gilang. Tak lama kemudian Zafira melihat Gilang menuruni anak tangga dengan muka masamnya.“Zafira itu istrimu, Gilang. Kamu mau membiarkannya pergi begitu saja? Mana tanggung jawabmu? Zafira sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu setelah ayahnya menyerahkan putrinya padamu. Kamu mengerti kan arti kalimat ijab kabul yang beru kemarin kamu ucapkan?”“Iya, Pa. Lagian dia nggak pamit pada Gilang juga. Mana Gilang tau dia mau ke mana!” sahut Gilang sambil melototkan matanya ke arah Zafira.“Ya sudah sana antarkan istrimu ke rumah ayahnya. Dan ingat, besok pagi kamu sudah harus aktif di kantor. Papa hanya mengijinkanmu libur sehari ini, itupun karena papa pikir Fira juga masih l
Bab 13“Kenapa nggak minta ijin dulu sehari, Nak. Ayah rasa dr. Hesti pasti mengerti. Lagian Nak Gilang juga masih belum ke kantor kan?” tanya Juan memperhatikan penampilan Gilang yang hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek.“Iya, saya besok baru aktif kembali di kantor, Yah. Papa menyuruh Gilang libur hari ini.”“Nah, kamu ijin dulu sama dr. Hesti, Nak. Temani suamimu aja hari ini, apalagi kalian kan masih pengantin baru. Apa perlu ayah yang menelpon dr. Hesty?”Zafira terbatuk-batuk kecil mendengar kata ‘pengantin baru’ yang diucapkan ayahnya.“Baiklah, Yah. Fira akan menelpon dr. Hesty. Fira permisi ke dapur dulu ya, Ya,” pamit Zafira kemudian berlalu dari ruang tamu.Zafira tak menuju ke dapur, dia malah berbelok ke arah kamarnya dan membuka pintu kamarnya.‘Ah, baru semalam meninggalkan kamar ini aku sudah m
"Bawa motor ini ke rumah utama dan langsung masukkan ke garasi!" Perintah Gilang pada seorang anak buahnya yang diperintahkannya untuk datang ke rumah Zafira dan membawa motor Zafira ke rumah Irawan. "Maaf ya, Nak. Fira jadi merepotin begini. Dia memang dari dulu mandiri nggak mau diantar-antar maunya pergi sendiri dengan motor matic kesayangannya itu," ucap Juan. "Nggak apa-apa, Yah. Oiya, kami pamit pulang dulu ya. Ada beberapa pekerjaan yang harus Gilang selesaikan." "Iya, Nak." Gilang dan Zafira pun berpamitan pada Juan dan Sinta. "Selalu ingat nasehat ibu ya, Nak. Fira sekarang adalah seorang istri. Letak surgamu sekarang ada pada suamimu, Nak," bisik Sinta saat Zafira berpamitan sambil memeluknya. "Iya, Bu," jawab Zafira lirih. *** "Aku boleh mampir sebentar ke klinik nggak?" tanya Zafira pada Gilang ketika mereka sudah kembali berada di dalam mobil sport merah metalik milik Gilang. "Klinik? Oh maksudnya t