Share

Broken Heart

CYRUS POV

Ku pijat kepala ku yang terasa begitu berat hingga rasanya ingin ku copot dan di letakkan di salah satu meja di dalam kamar ku ini. Bahkan rasanya semakin menjadi ketika Reyden terus mengoceh tentang keinginan ku. Jika tahu akan berakhir seperti ini, aku memilih untuk tidak memberitahunya dan langsung saja bertindak.

"Dengar, keinginan mu ini tidak mungkin aku setujui. Meskipun kau melakukannya di belakang ku, maka akan ku gagalkan bagaimana pun caranya"

"Rayden, dengar. Ini bukan permintaan dimana kau harus membunuh salah satu pendeta di kerajaan ini, atau permintaan untuk membakar seisi kota. Aku hanya meminta kepada mu untuk membatalkan penobatan ku, katakan saja kepada para pendeta itu kalau keadaan ku sedang tidak stabil karena di bawah pengaruh alkohol. Bukankah itu cara terbaik untuk membatalkan penobatan?"

Gelengan kepalanya membuat ku semakin kesal. "Itu berbohong namanya. Bukankah kita di ajari pendidikan yang sama, dimana sebuah dosa karena berbohong kepada pemuka agama tentang hal seperti ini. Tidak aku tidak mau, aku tidak mau membuat kerajaan ini hancur hanya karena keegoisan mu"

"Ke egoisan ku?" aku bangkit dari duduk dan berdiri di hadapannya. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu, hah? Justru kau yang egois. Aku sudah bilang dari awal kalau aku tidak mau menjadi Emperor, tapi kenapa kau masih menyiapkan semua itu? Sekarang kau atau aku yang egois?"

"Aku.. Aku bukan egois tapi ini keharusan. Sebagai sahabat, aku senang akhirnya kau mendapatkan posisi ini, makanya aku menyiapkan segalanya seorang diri. Seharusnya kau berterimakasih kepadaku"

"Sudahlah, tidak ada gunanya berdebat dengan mu" aku melangkah ke arah pintu.

"Kau mau kemana?"

"Kalau kau tidak mau membantu ku maka biar aku sendiri yang menemui pemuka agama itu" tepat saat aku membuka pintu, tiba-tiba saja Rayden memeluk ku dari belakang. "Hei, apa yang kau lakukan?!"

"Aku tidak akan membiarkan mu pergi"

Pelukannya begitu erat hingga sulit sekali melepaskan tangannya dari tubuh ku. "Hei, lepaskan. Lepaskan aku!"

"Tidak! Tidak akan ku lakukan!"

"Hei, Rayden! Lepaskan aku, lepas.." mataku bertemu dengan mata pelayan wanita yang kini berdiri tak jauh dari ku dengan dua gelas teh hangat yang telah ku pesan sebelumnya.

Tatapannya... Tatapannya seakan telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat. Matanya membulat dengan mulut terbuka, bahkan tangannya terlihat sedikit bergetar seraya membelalakkan matanya menatapku.

"S-s-saya.. Ma-maafkan saya" dia pergi begitu saja sebelum aku sempat mencegahnya. 

Raydan sialan! Kenapa ia harus memelukku saat pintu terbuka? Tapi bukan berarti aku menerima pelukannya saat pintu tertutup.

"Ah, lepaskan!" dengan kuat aku mendorongnya menjauh. "Baiklah, baiklah! Aku tidak akan pergi untuk membatalkan penobatan ku. Setidaknya tidak sekarang" ke rapihkan pakaianku. "Dasar bodoh" gumamku setelah melihat senyuman penuh kebanggaan di wajahnya.

"Aku jamin, kau tidak akan menyesali keputusan mu hari ini" 

Begitu malas melihat wajahnya yang berbinar itu, aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya.

"Mau kemana?" tanyanya sembari mengikuti ku.

"Aku mau ke taman seorang diri" ku balikkan tubuh ku. "Kau jangan mengikuti ku atau ku bunuh kau" langkahnya berhenti mendengar ancaman ku kepadanya dan ku kembali berjalan menuju tempat yang jauh darinya untuk sekarang ini. Aku yakin akan ada rumor aneh jika pelayan tadi melihat kami terus bersama hari ini, meskipun sebenarnya bukan hal yang mengusik jika melihat panglima kepercayaan bersama tuannya selama seharian, tapi mengingat kejadian yang baru saja terjadi.. Rasanya ingin aku membunuh Rayden.

Langkah ku kian mencepat ketika terlihat segerombolan para pelayan yang menatap ku sebelum mereka membungkukkan tubuhnya.

"Emperor Cyrus" sapa mereka yang tidak ku balas karena langkah ku yang semakin cepat, bahkan rasanya seperti sedang berlari kecil.

Merasa sudah sendirian saat ini, ku hentikan langkah kaki ku dan memilih duduk di salah satu pohon besar tak jauh dari castle.

Anginnya begitu sejuk karena memasuki musim dingin. Kicauan burung terdengar seperti nyanyian selamat tidur untuk ku yang merasa begitu lelah hari ini. Setelah 5 tahun berpetualang di luar sana, tidak pernah sedikitpun aku merasa begitu lelah, tapi hari ini aku merasa begitu kelelahan hanya karena memikirkan penobatan yang tidak ku inginkan itu.

Ku rebahkan tubuh ku diatas rumput seraya menatap dedaunan yang bergerak tertiup angin.

Rasanya begitu sulit dengan menjadi seorang duke, sedangkan sekarang aku sudah menjadi the emperor. Huft, aku tidak menginginkannya, sekalipun tidak pernah terpikir untuk mengambil posisi itu.

Ku pejamkan mataku dengan kesunyian yang begitu ku rindukan di sekitarku. Selama ini hanya ada suara tangisan, pedang dan teriakan orang yang kesakitan yang ada di sekitar ku. Keheningan ini jarang ku dapatkan meski aku duduk seorang diri di tendaku.

Sebaiknya aku tidur sejenak sebelum Raydan menemukan ku di sini dan memberikanku semua dokumen yang harus aku tanda tangani.

*******

"Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang terluka?"

"Tidak ada sama sekali, hanya efek obat tidur yang menyebabkan emperor masih belum sadar sampai sekarang"

"Asap yang mengelilingi emperor adalah obat tidur?" 

"Benar Rayden, itu adalah obat tidur. Terlihat jelas di tulisan pada botol yang kau temukan"

Astaga, kenapa berisik sekali?! Apa yang mereka bicarakan dan siapa mereka?!

Mataku berusaha untuk terbuka meski rasanya begitu berat, bahkan kepala ku begitu pusing seperti aku sudah lama tertidur.

"The emperor?" 

Ku lirik Rayden yang melihatku dengan mata membulat dan ekspresi yang begitu terkejut.

Tunggu dulu.. Aku tidur di taman, tapi kenapa.. Kenapa aku berakhir di kamarku sendiri?

"Syukurlah emperor sudah sadar kembali" 

"Siapa kau?" tanyaku sembari bangkit dari tidur ku dan menyandarkan tubuhku.

"Saya dokter di castle ini" jawab pria dengan pakaian begitu rapih dan membawa tas besar di tangannya.

"Kenapa ada dokter di kamarku?"

"Apa emperor tidak mengingat apapun?" tanya Rayden.

"Hal terakhir yang aku ingat adalah berbaring di taman, tapi sekarang aku berakhir di sini?"

"Saat emperor tertidur ada asap datang dari balik semak-semak ke arah emperor. Seorang pelayan wanita melihat seseorang mencoba melukai emperor dengan sebuah belati, tapi syukurlah wanita itu berhasil menggagalkannya"

"Tunggu dulu" aku menatap Rayden dengan bingung. "Orang asing berhasil masuk ke dalam castle dengan penjagaan ketat? Apa yang para penjaga lakukan di luar sana?!"

Semua merasa terkejut atas bentakan ku kepada mereka.

"Sedang ada pertukaran shift antara penjaga malam dengan penjaga siang" jawab Rayden.

"Rayden, itu bukan alasan! Jika kau menggunakan alasan seperti itu maka semua penjahat di dunia ini akan dengan mudah keluar masuk ke dalam castle ini, kau mengerti?!"

"Hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, emperor. Aku yang akan memastikan semua itu"

Ku pijat kepala ku yang masih terasa berat. "Panggilkan pelayan yang sudah menyelamatkann ku. Bawa wanita itu ke ruang kerja ku dan siapkan beberapa koin emas untuknya"

"Tapi saya sarankan untuk hari ini the emperor jangan bekerja dulu"

Ku gelengkan kepala ku. "Aku harus bekerja meski keadaan tidak dalam kondisi baik" aku bangkit dari duduk ku dan berjalan menuju ruangan berpakaian. "Pastikan tidak ada yang tahu masalah ini, beri mereka semua uang sebanyak yang mereka mau asalkan mulut mereka di tutup rapat-rapat. Dan jika ada warga yang tahu masalah ini, maka akan ku bunuh semua pelayan dan pegawai di dalam istana" ku buka ruangan pakaian pribadi. "Kau tahu sifat ku Rayden, aku tidak pernah berbohong dalam berucap" ku tutup kembali pintu itu setelah masuk ke dalamnya.

Sebuah hal yang memalukan jika masyarakat tahu kalau castle bisa di tembus dengan mudah oleh orang asing, dan hal yang lebih memalukan lagi jika mereka tahu emperor yang baru dapat dengan mudah di serang bahkan hingga tidak sadarkan diri. Hal itu seperti menggambarkan bahwa ketidak mampuan diriku.

*******

Setelah berganti pakaian ke yang lebih nyaman, aku kembali bergulat dengan dokumen-dokumen penting yang di tinggalkan ayah kepada ku. Dokumen kerja sama, dokumen keluhan rakyat dan yang lebih membuatku pusing adalah undangan minum teh dari berbagai kerajaan dan para pejabat tinggi. 

Hanya alasan mereka mengundangku untuk minum teh, ketika aku tiba di tempat mereka, sepanjang hari hanya membicarakan kerja sama antar kerajaan atau sekedar menjodohkan anak perempuan mereka kepadaku.

Sungguh menyebalkan..

Tok tok tok 

"Ada apa?" jawab ku dengan malas.

"Saya Rayden bersama pelayan wanita yang saya ceritakan"

"Masuklah" 

Pintu kebuka lebar, langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arah ku, tapi pandangan ku masih pada dokumen-dokumen yang tengah ku baca. Hingga akhirnya aku melihat bayangan Rayden yang sudah berdiri di depan mejaku.

"Pergilah Rayden, tinggalkan kami"

"Baik the emperor" bayangan Rayden di gantikan oleh bayangan berambut panjang.

Dentuman pintu tertutup membuka pembicaraan diantara aku dan pelayan wanita itu.

"Sebelumnya terimakasih karena sudah menyelamatkan ku, tapi aku harus memperingatkan mu agar berita ini tidak tersebar hingga di luar castle" ujarku tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya dan masih fokus pada dokumen-dokumen di hadapan ku. "Sebagai hadiah telah menyelamatkan ku, maka ku beri kau pekerjaan tetap di castle ini. Tidak akan ada yang bisa memecat mu dari castle selama kau tidak mencuri atau merusak barang-barang di dalam castle. Gaji mu akan bertambah 20% tapi sembunyikan hal ini dari para pelayan yang lain karena hanya kau pelayan yang gajinya di tambah sebesar itu" ku letakkan dokumen yang sudah ku tulis sebelumnya, di ujung meja agar dia bisa dengan mudah meraih dokumen tersebut. 

"Tanda tangan diatas kertas itu, jika ada hal yang kurang menyenangkan terjadi di dalam castle ini segera beritahu Rayden karena dia akan membantu mu" tak lama dokumen itu di serahkan kepada ku. "Apa ada pertanyaan?"

Hanya ada keheningan diantara kami. Sebelum aku memintanya keluar dari ruangan ku, secara mengejutkan pertanyaannya memecah keheningan itu.

"Bagaimana keadaan mu sekarang?"

Nafasku berhenti sejenak, gerakan tangan ku seketika menjadi kaku, mataku terbelalak dan waktu seakan berhenti berputar. 

Suara yang selama ini ku coba untuk melupakannya, kini kembali terdengar jelas di telingaku. Sosok yang ku coba hapus dalam ingatan ku.. Kini ia berdiri di hadapan ku dengan senyuman yang tidak ingin lagi ku lihat seumur hidupku.

"Sudah cukup lama, lord Cyrus"

To Be Continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status