Share

The Suspicion

CYRUS POV

"Kau begitu lihai dalam melakukannya. Sudah berapa lama kau melatih keahlian mu ini?" tanyaku yang berada di atasnya dengan pandangan lurus ke sepasang mata coklat yang kini menatap ku ketakutan. "Kenapa Saphire? Kau menatapku dengan ketakutan seperti itu. Apa kau berpikir aku akan mencoba membunuh mu?"

"Maafkan saya the emperor, saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu. M-mereka meminta saya melakukannya"

"Siapa?" 

"Segerombolan orang dengan pakaian mewah. Mereka menyebut diri mereka sebagai pembela negeri sebrang"

Rasanya aku pernah mendengarnya. Dimana kira-kira aku mendengar nama kelompok itu?

"Tolong lepaskan saya the emperor, tolong" dari matanya keluar air mata yang memohon kepada ku agar mau melepas ikatan tangan dan kakinya.

"Kenapa aku harus melepaskan mu?" ku dekatkan belati yang ku bawa ke wajahnya. "Aku lebih senang menghabisi mu dan mendengar mu memohon ampun kepada ku"

Air matanya semakin banyak mengalir membasahi wajahnya yang cantik itu. 

"Jangan menangis. Kau begitu berani ketika mendekati ku, lalu kenapa kau merasa begitu takut sekarang? Bukankah kau ingin bermain bersama ku?"

"Ampuni saya, ampuni saya"

"Begini saja" aku berbaring di sampingnya. "Katakan kepada ku, apa kau tahu perihal percobaan penyerangan castle hari ini?"

Ekspresinya semakin ketakutan, tapi mulutnya tetap bungkam.

"Katakan kepada ku yang kau tahu. Sebagai gantinya aku akan membebaskan mu"

Dia menoleh ke arah ku. "Apa anda serius?"

"Aku selalu menepati janji ku"

"Sebenarnya..."

---------

Dengan pakaian lengkap, aku keluar dari kamar itu dan berjalan dengan cepat keluar kedai untuk kembali ke castle secepat mungkin.

"Sebenarnya.. Para penjahat itu tidak mungkin bisa masuk sendiri ke dalam castle. Seseorang di dalam castle telah membantunya, tapi saya tidak tahu siapa itu. Dan yang saya dengar, ada salah satu pelayan yang di tugaskan untuk memata-matai pergerakan emperor dan melaporkannya kepada mereka melalui kode khusus yang hanya mereka saja yang mengetahuinya"

Sialan! Demi tuhan, aku tidak akan membiarkan orang-orang itu hidup dengan nyaman di dalam castle.

Kuda ku lari dengan cepatnya. Melihat aku yang mendekat ke arah gerbang, dengan cepat para penjaga pintu membuka lebar-lebar gerbangnya sehingga aku dapat masuk kedalam castle tanpa hambatan.

Rayden berlari keluar castle dengan ekspresi senang bercampur bingung.

"Kau kembali dengan cepat" ujarnya setelah aku turun dari atas kuda.

"Rayden" aku menariknya untuk berjalan bersama menuju kamar ku.

"Ada apa?" tanyanya.

Ku lihat sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Ku hentikan langkah kami dan ku bawa Rayden ke belakang vas bunga besar.

"Dengar Rayden, aku.."

"Seseorang di dalam castle telah membantunya, tapi saya tidak tahu siapa itu" 

Ucapan wanita itu terngiang di telingaku. Bagaimana jika Rayden-lah yang membantu mereka? Meskipun ia sahabatku, bukan berarti tidak ada kemungkinan ia akan mengkhianati ku bukan?

"Ada apa? Kenapa wajah mu begitu tegang?"

Tidak, tidak.. Rayden adalah sahabatku, dia tidak mungkin mengkhianati ku. Hanya dia yang ku punya saat ini. Hanya dia yang dapat membantu ku saat ini.

"Emperor?"

Sebaiknya aku memberitahunya, tapi bagaimana jika pengkhianat itu adalah salah satu keluarganya? Ya, aku ingat kalau beberapa sepupu Rayden bekerja di bagian prajurit dan pelayan. Ayah yang memberikan keluarga Rayden kesempatan karena mengingat kesetiaan Rayden pada keluarga kami.

"Emperor..?"

Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan?

"Cyrus!" guncangan yang di berikan Rayden kepadaku, mampu membuatku kembali dari labirin tidak berujung di kepala ku. "Sebenarnya ada apa dengan mu? Tadi kau terlihat begitu marah, lalu kau terlihat tegang dan sekarang kau terlihat bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Aku akan memberitahu mu setelah aku yakin akan satu hal. Jadi persiapkan dirimu untuk segala kemungkinan"

Langkah ku di hentikan dengan berdirinya Rayden di hadapan ku.

"Aku benci saat kau melakukan ini. Katakan Cyrus ada apa?" 

"Rayden, biarkan aku berpikir jernih selama beberapa hari. Aku tidak mau kecerobohan ku membuat semuanya berantakan, jadi bersabarlah" ku langkahkan kakiku menuju kamar.

Aku harap Rayden tidak terlibat dalam hal apapun mengenai masalah ini. Meski hati ku berkata dia tidak melakukan kesalahan, tetap saja aku harus waspada untuk saat ini. Lagipula apa masalah mereka dengan ku? Kenapa mereka ingin sekali membunuh ku? Jika bukan dari wilayah yang telah ku hancurkan berarti datang dari tempat yang ingin ku hancurkan.

Mari istirahat malam ini, dan pikirkan selanjutnya besok pagi.

*******

Kembali angin sejuk menerpa tubuh ku melalui jendela kamar yang lupa ku tutup semalam. 

Meski matahari belum sepenuhnya terbit, aku sudah bangun bahkan sudah membersihkan diri dan siap bekerja.

Mungkin secangkir teh akan menenangkan. Sebaiknya aku sendiri yang membuatnya, karena seorang musuh selalu lebih awal bangunnya dibandingkan korbannya.

Aku masuk kedalam dapur dan mulai membuat secangkir teh untuk diriku sendiri.

Kompor, panci dan pemanggang roti.. semuanya tidak berubah sama sekali. Sama seperti terakhir kali aku berkunjung ke sini. Tepat sebelum aku memutuskan untuk pergi jauh dengan alasan memperluas wilayah kekuasaan.

Jika boleh memilih, aku ingin kembali dimana aku merasa bahagia ketika memanggang roti, tapi rasanya diriku yang seperti itu begitu lemah dan bodoh hingga dengan mudahnya di tipu oleh cinta munafik.

Ku bawa cangkir teh panas ku menuju kamar. Ketika aku menaiki beberapa anak tangga, wajah wanita itu kembali muncul di hadapan ku.

"The emperor" dia membungkukkan tubuhnya sejenak untuk menghormati ku.

"Kenapa pagi-pagi harus merusak suasana hati orang?" gerutu ku seraya melewatinya tanpa membalas sapaannya.

"Apa emperor membutuhkan sesuatu? Akan saya antar ke kamar the emperor"

Aku begitu malas menjawab pertanyaannya dan memilih berlalu pergi meninggalkannya seorang diri di dalam dapur.

"Emperor!" teriakannya yang menggema mengejutkan ku yang sedang melamun dengan langkah kembali ke kamar.

Ku balikkan tubuh ku ke belakang dan terlihat Rayden yang berlari semakin dekat ke arah ku.

"Apa kau harus berteriak seperti itu?" tanyaku sembari melotot ke arahnya.

"Aku terkejut melihat mu di luar pada jam segini" dia menatapku lekat-lekat. "Apa kau kesulitan tidur?"

"Tidak. Aku hanya bangun lebih awal karena mimpi buruk. Lalu bagaimana dengan mu? Kenapa jam segini kau sudah berkeliaran di dalam castle?"

"Emperor ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Aku kepikiran sepanjang malam dan memutuskan untuk tidak tidur. Aku berpatroli malam bersama yang lainnya"

Ku anggukan kepala ku mengerti. "Baiklah, sekarang kau kembalilah ke kamar mu dan mandi. Aku tidak mau seseorang yang bau berada di dekatku. Itu akan merusak konsentrasi ku" 

Kembali ku melangkah menuju kamar, meninggalkan Rayden sendirian di tengah lorong.

Ku letakkan cangkir teh itu di atas meja, dan ku membuka pintu balkon untuk berdiri diatasnya dan menikmati sunrise hari ini.

Bukannya menikmati langit pagi yang indah, aku malah melihat sesuatu yang...

To Be Continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status