CYRUS POV
Mendengar teriakan itu dengan cepat ku raih Amaris dalam pelukan ku seraya melihat sekeliling. Suaranya begitu menggema di antara pepohonan ini. Daripada teriakan, aku lebih suka menyebutnya sebuah jeritan.
"Suara apa itu?"
"Entah, sebaiknya aku segera mengantar mu pulang, lalu kembali untuk memeriksanya" aku mempersilahkan Amaris untuk berjalan di depanku, sedangkan aku mengawasi dari belakang.
Setelah memastikan Amaris kembali dengan selamat, segera aku kembali ke tengah hutan untuk mencari asal dari suara itu. Aku berjalan mengikuti insting berdasarkan pantulan suara yang tadi ku dengar. Tapi sudah sejauh ini aku melangkah, tidak ada satupun tanda tanda dari munculnya sosok wanita baik itu dalam keadaan hidup ataupun tidak.
Trakkk
Suara ranting yang terinjak terdengar jelas dari belakangku.
Sial! Aku tidak membawa senjata apapun. Ini hari liburan ku, bagaimana bisa ada suara seperti itu yang
CYRUS POV Sepanjang perjalanan Rayden hanya bisa mengeluhkan keputusanku yang mengajak dua pemuda itu bekerja sama dengan ku. Mulai lelah kuping ku mendengarnya, dengan cepat aku hentikan langkah ku dan menatapnya yang berdiri di belakang. "Rayden, hentikan ocehan mu itu karena itu tidak membantu sama sekali" "Astaga, ocehan ku ini justru akan membantu kita dari jalan yang tidak benar" keluhnya. "Jalan yang tidak benar? Apa meminta bantuan kepada seseorang bukanlah jalan yang benar? Apa kau mau bekerja sendiri mencari pelaku bajingan yang ada di luar sana? Apa kau mau membuktikan bahwa kau pahlawan?" "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Hanya saja kau tidak mengenal mereka dan kau langsung memberi perintah sepenting ini kepada mereka" "Lalu apa mau mu? Apa yang menurut mu penting?" Rayden terdiam. Dia hanya menatapku bingung dan kehilangan kata-kata. "Kau bahkan tidak bisa mengatakannya" ujarku sembari berl
VALERIE POV Kepalaku terasa begitu berat. Telingaku seperti berdengung, dan terdengar gumam yang tidak begitu jelas. Perlahan mataku terbuka. Langit-langit kamar tidak terlihat familiar. Tidak seperti di dalam kamarku, maupun di ruang tengah dekat perapian. "Terimakasih karena sudah mau datang di cuaca seperti ini" "Emperor tidak perlu sungkan. Bagaimanapun sejak emperor lama yang menjabat, saya sudah menjadi dokter di castle ini" "Kereta kuda ku akan mengantarmu kembali" "Sebenarnya saya ingin menolak tapi.." "Tidak masalah. Di luar salju turun semakin deras jadi hati hatilah di jalan" Terdengar suara pintu tertutup. Mungkin mereka semua sudah pergi. Kini aku akan mencoba untuk dud... Mataku menemukan sosok Cyrus yang berdiri seraya bersandar di pintu. Tatapannya begitu taja, kepadaku. "M-maaf karena saya merepotkan emperor seperti ini" ujarku dengan pandangan ke bawah, menatap lantai
CYRUS POV Aku ingin bertanya mengenai keadaan Valerie, tapi aku tidak mau ia berpikir aneh dan menyangka jika aku memberikan perhatian lebih kepadanya. Lagipula aku tidak peduli juga apa dia sehat maupun sakit. Yang terpenting dia tidak menimbulkan gosip tidak baik tentang castle. "Kau sudah makan?" tanya Rayden yang masuk ke dalam ruangan kerja ku tanpa permisi. "Jika ada yang melihat kau melakukan itu, mereka akan mulai tidak hormat kepadaku karena kau memberikan contoh tidak baik" "Bagaimana mungkin aku memberikan contoh yang tidak baik? Memangnya apa yang ku lakukan?" Ku lepas kacamata bacaku. "Kau masuk begitu saja ke ruangan ku, apa menurut mu itu tindakan sopan?" "Enak saja. Aku sudah mengetuk pintu mu sejak tadi, bahkan jariku ini sampai terasa sakit karena ketukan ku semakin lama semakin kencang" Ku kerutkan dahiku. "Benarkah? Aku tidak mendengarnya" Rayden, anak tidak sopan. Berani-beraninya i
CYRUS POV Mataku terbelalak melihat orang yang kini di hadapanku. Hampir saja aku membunuhnya jika aku tidak segera melihat ke wajahnya. "Sedang apa kau disini?!" "Emperor?" Kudekatkan belati ku di tenggorokannya ketika ia hendak berdiri. "Jelaskan dengan posisimu" "Aku kemari karena penasaran dengan pelaku jahat itu, jadi aku pikir bisa menangkapnya sebelum emperor sendiri yang kemari dan membahayakan diri" "Kau mencari pelakunya atau kaulah pelaku itu?" matanya terbelalak menatapku. "Ba-bagaimana bisa emperor berkata seperti itu? Apa emperor sudah tidak mempercayaiku?" "Apa yang akan kau pikirkan jika kau menemukan ku disini, disaat para pemuda itu bilang tempat ini adalah rumah si penjahat? Lagipula lihat sekeliling mu.. Rumah ini sepi dan gelap" Tiba-tiba saja Rayden menggenggam kuat belati yang ku pegang. Darah segar keluar dari telapak tangannya yang terluka. "Silahkan bunuh
VALERIE POV Cyrus begitu penasaran dengan alasan ku mengenal si korban. Sebenarnya aku tidak mengenalnya secara pribadi, atau bisa di bilang kami tidak begitu dekat. Tapi.... FLASHBACK "Kau bertemunya dimana?" "Kami tidak sengaja bertemu di pasar, lalu kami sering bertemu hingga akhirnya selama beberapa hari ini kami sering bertemu di dekat danau di tengah hutan" ujar salah satu pelayan castle diantara 5 pelayan lain yang berdiri melingkar dengannya. "Kenapa kau menemuinya disana?" "Dia bilang orang tuanya sangat religius, jadi dia tidak boleh memiliki hubungan dengan lawan jenis sampai dia berumur 30 tahun" Bukan maksudku untuk menguping, tapi pembicaraan mereka dapat terdengar dengan jelas meski aku berdiri di seberang meja mereka sembari memotong beberapa wortel untuk hindangan makan siang emperor. "Apa ia begitu tampan?" "Tentu saja. Dia setiap bertemu denganku menggunakan jubah, dan itu menambah kesan kerennya dimataku" "Kapan kalian akan bertemu kembali?" "Malam ini di
VALERIE POV Dengan cepat dia mendorong penjahat itu dan menghunuskan pedang yang ia bawa untuk melawan. Dia berdiri membelakangiku, tapi... Aku tahu tubuhnya. Seseorang yang ahli dalam berpedang. Memiliki suara berat dan langkah yang panjang. "Alessio.." gumamku saat melihat wajahnya ketika ia melangkah memutar untuk menghindari pedang tajam musuhnya. Sedang apa dia disini? Kenapa dia disini? Untuk apa dia kemari? "Valerie.." Cyrus datang dengan tergesa-gesa bersama beberapa prajurit yang langsung membantu Alessio. "Kau tidak apa-apa?" wajahnya penuh ke khawatiran. Wajah dingin yang tak pernah sudi menatapku.. Kini menatapku dengan mata bergetar khawatir. "Valerie.." lirihnya yang tidak mendapatkan respon dariku. Ingin ku tatap lama wajah yang kini berdiri di hadapanku, tapi.. Tatapanku tidak dapat teralihkan dari tangan Alessio yang terus mengalirkan darah segar. Kini sang penjahat terbarik diatas tanah yang dingin dengan nafas terengah-engah. Para prajurit segera mengikat k
CYRUS POV Aku duduk di samping tempat tidurku seraya berdoa kepada tuhan agar ia menyelamatkan sahabatku, Rayden. Lukanya sangat parah, bahkan ia kehabisan banyak darah saat terakhir dokter mengobatinya. Ku topang kepalaku pada kedua tanganku. Sudah dua hari Rayden tidak ada perubahan, dan sudah dua hari juga aku diam disini tanpa tidur, tanpa makan, bahkan tanpa minum. "Emperor" Suara Valerie mengagetkanku. "Ya?" jawabku seraya menoleh ke arahnya. Ku lihat troli makanan yang ia bawa di sampingku. "Sarapan emperor sudah siap" "Sarapan?" tanyaku bingung. Apa ini sudah pagi? Ku menoleh kebelakang dan melihat langit yang berwarna biru terang telah dihiasi dengan awan cantik. "Aku.. Sudah berapa hari ini?" tanyaku kepada Valerie. "Sudah 3 hari" "Bukan 2 hari? Sudah 3 hari tapi.. Tapi kenapa Rayden masih belum sadar?" aku bangkit dari duduk ku. "Kau segera panggil dokter terhebat di negeri ini. Dokter yang kemarin pasti tidak bekerja dengan benar makanya Cyrus masih dalam kondisi
CYRUS POVTerjadi kekacauan di hari eksekusi. Beberapa prajurit terlatih membentuk 2 barisan di depan dan belakangku. Dengan insting yang kuat dan sikap terlatih, mereka melindungiku dari hal-hal mengejutkan yang baru saja terjadi. Langkahku berhenti ketika wakil Rayden menghampiri. "Ada apa?" tanyaku."Kami tidak dapat menemukan tuan Aether dan penculik itu di sekitar castle. Mohon izin untuk melakukan pencarian lebih luas""Ya, lakukan apapun yang terbaik untuk mengurangi kecemasan masyarakat" ujarku sebelum akhirnya aku masuk ke dalam castle, tepat setelah memberikan kedua sarung tangan hitamku ke salah satu pelayan yang berdiri di dekat pintu masuk. "Tinggalkan aku" perintahku langsung dituruti oleh para prajurit yang mengikuti ku sejak tadi. Aku dengan cepat membuka pintu kamar dan.. Mataku terbelalak melihatnya."Sepertinya ada kekacauan di luar" pria tangguh yang penuh perban di tubuhnya, berjalan mendekat ke arahku meski langkahnya tertatih."Rayden.." aku melangkah dengan