Share

Y5

Setelah pernyataan Azka tidak ada pembicaraan sama sekali dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang melupakan niat membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk studio, Azka dapat melihat wajah Rena memerah setelah pernyataannya dan Azka sendiri tidak tahu harus bagaimana bersikap pada Rena.

Azka memutuskan membawa Rena ke taman dekat rumahnya, dalam keheningan mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Rena."

Rena menatap Azka lembut membuat dirinya merasakan tatapan Rena seperti Tania yang selalu dirindukan, Azka seketika langsung tidak mampu berpikir jernih terlalu hanyut dalam tatapan Rena.

"Perkataan aku yang tadi itu aku serius."

"Kita baru mengenal," tolak Rena "nggak mungkin langsung melamar."

"Apa yang membuat kamu ragu?," Azka memandang Rena yang tampak gugup.

Azka memegang dagu Rena agar menatap wajahnya dan tatapan lembut itu selalu mengingatkan Azka pada orang tercintanya, Azka mendekatkan diri hingga jarak mereka hanya beberapa sentimeter. Azka dapat merasakan hembusan nafas Rena yang sangat berbeda dengan Josh.

Azka mencoba semakin mendekat dan tampak Rena hanya diam dengan keberanian tersisa Azka mencium bibir Rena, hanya sentuhan bahkan Azka tidak menggerakkan bibirnya untuk lebih jauh. Tidak adanya penolakan membuat Azka semakin berani dengan menggerakkan bibirnya, semakin lama semakin dalam dan tidak adanya respon pada Rena membuat Azka menggigit bibir Rena membuat sang pemilik membuka mulutnya.

Azka bermain dengan bibir Rena, menciumnya dan juga mengeksplore giginya. Ciuman mereka semakin dalam karena Rena mengalungkan tangannya pada leher Azka yang semakin membuat Azka berani bahkan tangan Azka sudah berada pada bagian intim Rena, meremasnya perlahan yang membuat Rena mendesah dalam ciuman mereka. Azka menatap wajah Rena yang sudah memerah membuat dirinya gemas dengan perubahan pada diri wanita di hadapannya, Rena menunduk dalam ketika ciuman mereka berakhir membuat sesuatu dalam diri Azka bangkit.

“Kamu sudah menjadi milikku jadi aku akan membawamu bertemu dengan keluargaku.”

Rena membelalakkan matanya mendengar perkataan Azka yang bagi dirinya sangat tiba – tiba, pasalnya mereka baru pertama kali berinteraksi meski berada dalam pekerjaan yang sama. Azka yang melihat perubahan pada wajah Rena seolah tidak peduli dengan mencoba fokus dengan keadaan di jalan, dirinya tahu jika Rena sedang mengatur detak jantungnya sama seperti dirinya.

“Siapkan dirimu karena aku akan datang bersama keluarga minggu ini.”

Rena membelalakan mata mendengar perkataan Azka, tapi melihat jika dirinya sudah berada depan rumah membuatnya mau tidak mau turun dari mobil. Rena tidak menyadari jika Azka mengikutinya masuk ke dalam rumah, Rena baru sadar ketika Redi sang adik menatap dirinya bingung seketika Rena menatap ke belakang di mana Azka berdiri dengan santai dan tersenyum pada pria yang menatapnya.

“Azka calon suami Rena.”

Perkataan Azka membuat Redi terkejut dan Rena menatapnya tajam tapi dirinya tidak peduli dengan apa yang terjadi di hadapannya, tidak lama kemudian Redi teriak memanggil kedua orang tua Rena membuat sekarang dirinya berada di ruang tamu berhadapan dengan keluarga Rena yang menatapnya dengan berbagai pertanyaan. Azka mencoba menenangkan diri melihat mereka semua karena ini pertama kali dirinya berhadapan langsung dengan orang lain terutama melamar wanita yang baru dirinya lihat beberapa hari yang lalu.

“Saya Azka rekan kerja Rena, kedatangan saya ke sini adalah melamar putri bapak untuk menjadi istri dan ibu dari anak – anak saya nantinya. Saya tidak bisa menjanjikan apa pun karena saya masih dalam tahap merintis usaha yang saya sukai tapi saya akan berusaha membuat Rena bahagia meski di pernikahan tidak hanya kebahagiaan tapi saya akan usahakan, ucap Azka tanpa ragu.

“Kami terkejut dengan niat Mas Azka karena selama ini Rena tidak pernah mengenalkan pria apa lagi sampai melamar begini, Rena bukan gadis sempurna tapi kami melimpahinya kasih sayang jadi kami harap Mas Azka bisa melakukan itu dan jika memang serius silakan datang bersama keluarga secepatnya, tapi sebelum itu kami ingin mendengar jawaban Rena apa setuju dengan lamaran mas atau tidak?.”

Rena menunduk pasalnya semua menatap ke arah dirinya “jika ini yang terbaik kenapa aku tolak.”

“Saya Rendi sebagai ayah Rena dan ini Inna sebagai ibu Rena sedangkan pria itu bernama Redi adiknya, mereka hanya dua bersaudara.”

Azka mengangguk “saya akan membawa keluarga besok karena kebetulan kedua orang tua lagi berada di sini.”

“Kalau boleh tahu orang tuanya di mana?” tanya Inna menatap Azka.

“Mereka memegang perusahaan yang ada di Singapore,” jawaban Azka membuat semua mengangguk.

Azka tidak ingin membongkar silsilah keluarga karena ingin semua terbuka dengan sendirinya bukan dari bibirnya, Azka hanya ingin hidup tanpa bayang – bayang nama besar keluarga maka  dari itu dirinya memilih bidang lain meski nanti akan kembali berada di perusahaan milik keluarganya ini. Azka berbicara banyak pada Rendi mengenai rencana lamaran dengan keluarganya yang akan dilaksanakan besok, sesekali pandangan Azka mengarah pada Rena yang hanya diam dan mendengarkan. 

Azka berpamitan tidak lama kemudian dan selama perjalanan banyak hal yang dirinya pikirkan termasuk tindakan dirinya yang dengan berani melamar Rena, gadis yang baru dirinya temui dan langsung cium dengan tiba – tiba. Azka tidak sadar jika saat ini mobilnya mengarah ke rumah orang tua bundanya, perlahan dirinya mematikan mesin dengan masuk ke dalam yang membuat pekerja terkejut dengan kedatangannya.

“Opa di mana?”

Azka masuk ke dalam melihat Wijaya dan Tania sedang berbicara, meski usianya tidak mudah lagi tapi fisik Wijaya masih sangat kuat dan tidak terlihat seperti orang tua pada umumnya. Azka mendekati mereka berdua dan tampak wajah terkejut mereka ketika melihat Azka yang sangat jarang datang ke rumah, Tania memeluk Azka erat seolah menyampaikan apa yang dirasakannya yaitu merindukan Azka.

“Ada apa?” tanya Wijaya setelah Tania melepaskan pelukan.

“Lamarkan Azka pada seorang wanita, sebenarnya tadi sudah melamar hanya saja butuh orang tua untuk melamar jadi Azka minta oma dan opa ikut serta.”

“Ke mana orang tuamu?” tanya Wijaya yang mendapatkan pukulan dari Tania.

“Bunda terlalu drama jadi oma saja yang bicara sama bunda.”

Wijaya mencibir perkataan Azka “oma kamu ini lebih drama dari bunda kamu.”

Azka menceritakan tentang lamaran yang baru saja dirinya lakukan, Tania bertanya banyak hal terutama keyakinan Azka dalam melamar seseorang. Berbagai nasehat mereka berikan pada Azka mengenai pernikahan terutama pernikahan harus berdasarkan perasaan bukan karena tuntutan dari orang tua atau lingkungan sekitar. Wijaya akan membantu Azka jika Via sang bunda masih menginginkan dirinya untuk segera menikah dalam waktu dekat, Azka hanya mendengarkan tapi dalam hati menyetujui perkataan mereka berdua.

“Aku memutuskan menikah untuk membahagiakan bunda, karena kebahagiaan bunda akan membuat langkahku akan menjadi mudah nantinya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status