Share

5. RUMAH DAN KELUARGA BARU

Keesokan harinya, kulihat seorang wanita dengan usia yang sudah matang, datang menjenggukku.

Walau Aku merasa asing, tapi Aku tahu kalau dia adalah ibu dari raga yang ku'diami' saat ini. Dia lah yang dimaksud oleh dokter Anna sebagai ibuku sebelumnya.

"Astaga! Nak, ka-kamu beneran sudah sadar?" Tanya Ibu tersebut dengan tatapan penuh haru dan bahagia.

Dari melihat penampilannya, aku bisa tahu kalau 'ibu'ku ini dari ekonomi rendah. Aku jadi tersenyum sendiri di dalam hati, karena aku bisa menyimpulkan jika tubuh anak tempat rohku terlahir kembali ini, berasal dari keluarga yang biasa saja.

"Kamu beneran tidak ingat dengan ibu, nak?" Tanya ibu tersebut pelan, terlihat ada kesedihan dan beban yang berat didalam tatapannya. Ia berjalan ke samping kasurku, lalu mengusap kepalaku pelan dengan kasih sayang ke ibuannya.

Tanpa sadar, perlahan air mata mengalir begitu saja keluar dari kelopak mataku. Walau Aku sama sekali tidak mengenal wanita yang sedang mengusap lembut kepalaku ini. Namun, usapan sayangnya di kepalaku membuat hatiku menjadi hangat.

Perasaan yang mengingatkanku pada sebuah kenangan dimasa kecilku, ketika ibu masih ada. Rasa itu kembali hadir saat ini, rasa disayang oleh seorang ibu membuat hatiku larut dalam keharuan.

"Bu.." Panggilku pelan padanya, berhasil membuat matanya memancarkan binar bahagia.

"Kamu sudah ingat ibu, nak?" Tanyanya penuh harap.

Aku menggelengkan kepalaku, "Maaf, bu! Aku tidak bisa mengingatnya. Tapi, Aku bisa merasakan rasa sayang ibu padaku, terimakasih." Ucapku tulus sambil tersenyum padanya.

"Jangan dipaksa dulu, bu Fitri! Dik Zaha nya mungkin butuh waktu untuk memulihkan ingatannya kembali. Secara bertahap, ingatannya akan kembali pulih seperti semula." Ujar dokter Anna menyemangati.

Ibu memeluk kepalaku sambil mengecup pelan keningku, "Maafkan Ibu, ya nak! Kalau saja kamu tidak menjemput Ibu ke pasar malam itu, mungkin kamu tidak akan mengalami kecelakaan." Ujar ibu penuh kesedihan.

"Gak apa-apa, bu. Semuanya sudah berlalu! Zaha juga sudah tidak apa-apa sekarang, kan?" Ujarku sembari tersenyum tipis dan menunjukkan kalau semuanya baikbaik saja.

'Andai saja, Ia tahu kalau yang ada dalam tubuh anaknya sekarang bukanlah anaknya lagi, entah bagaimana perasaan Ibu ini?'

Aku pun tak kuasa untuk memberitahu kenyataan yang sebenarnya padanya, tentu itu akan membuat Ia akan semakin terpuruk dalam kesedihan.

Aku tidak tahu, apa rencana yang Maha Kuasa membuatku tetap hidup, walau dalam raga yang berbeda. Sementara ini, aku hanya coba menjalankan peranku yang baru, sebagai seorang 'Zaha' yang lain.

...

POV Author

"Selamat datang di rumah, nak!" Kata bu Fitri menyambut kedatangan Zaha siang itu dengan diantar oleh pak Hadi serta putrinya, Sherlin. Wanita yang menabrak Zaha sebelumnya.

Zaha masuk dalam rumah yang sangat sederhana, yang berlokasi di pinggiran kota Jakarta. Namun begitu, suasana di sekitar rumah penduduk yang rata-rata dari kalangan masyarakat level menengah kebawah itu, terlihat lumayan asri.

Beruntung ketika Zaha akan pulang siang tadi, diantar oleh Pak Hadi dan putrinya yang kebetulan juga berniat datang menjenguk dan mengantarnya ke rumah. Beliau sangat bertanggung jawab dengan semua yang terjadi pada Zaha, mulai dari menanggung semua biaya perawatan serta mengantarkan Zaha serta ibunya hingga sampai ke rumah.

Menurut beliau, itu merupakan bagian dari tanggung jawab mereka. Bagaimana pun, Zaha sampai mengalami nasib seperti ini, akibat kecerobohan putrinya. Dengan membantu Zaha pulih dan melakukan hal ini, membuat pak Hadi bisa sedikit mengurangi rasa bersalah mereka.

"Kita hanya tinggal disini berdua, bu?" Tanya Zaha begitu melihat isi rumah.

"Ya, tidak! kan, masih ada Nia, kakakmu, nak! Kalau sekarang, mungkin kakakmu itu sedang kuliah." 

"Astaga, sampai lupa saya! Bapak Hadi sama Non Sherlin, mau minum apa?" Tanya Bu Fitri pada kedua tamunya sedikit gugup. Karena senang dengan kepulangan anak lelakinya, ia hampir lupa menjamu tamunya.

"Tidak usah repot-repot, bu Fitri. Kami cuma sebentar disini."

"Sekali lagi, kami mohon maaf atas kejadian yang menimpa Nak Zaha. Putri saya terlalu ceroboh sehingga menyebabkan nak Zaha sampai celaka. Mungkin, hanya ini yang bisa kami bantu untuk pemulihan nak Zaha."

"Namun, jika nak Zaha masih ada keluhan tentang kondisinya pasca kecelakaan kemarin, jangan sungkan untuk menghubungi saya atau putri saya nantinya." Imbuh pak Hadi sambil menyerahkan kartu namanya dan sebuah amplop yang lumayan tebal pada Bu Fitri.

"Ini... apa, pak?" Tanya Bu Fitri bingung. Ketika melihat isi amplop, alangkah terkejutnya ia, begitu melihat segepok uang berwarna merah dalam amplop tersebut.

"Diterima yah, bu! Mungkin tidak seberapa. Kami harap, ini bisa untuk membantu pemulihan Zaha." Ucap Pak Hadi dengan penuh wibawa.

"Gak apa-apa, bu. Diterima saja! Tidak baik menolak kebaikan orang." Ucap Zaha begitu melihat Ibunya seperti berat menerima uang pemberian dari pak Hadi. Apalagi, mereka juga sudah bertanggung jawab terhadap semua keperluan Zaha selama di rumah sakit.

Mendapat dorongan dari anaknya, bu Fitrinya akhirnya bersedia menerima pemberian pak Hadi.

"Baiklah, pak. Kalau begitu, kami terima. Sekali lagi kami ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kebaikan Bapak dan non Sherlin pada keluarga kami." Ujar bu Fitri terharu.

"Iya Bu, sama-sama. Sekali lagi, kami mohon maaf dan kami berharap semoga Zaha bisa pulih sepenuhnya dan bisa beraktifitas normal kembali."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status