Share

Bab 5. Annoying Period

Bulan yang datang di waktu yang salah memang memalukan.

~

Naira bergerak gelisah di tempat duduknya. Di tengah meeting dengan pak Rino tadi, ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari bagian bawahnya. Aduh, tidak lucu kan jika bulanannya datang di waktu yang tidak tepat seperti ini.

Setelah kepergian pak Rino, ia ingin sekali ke toilet dan mengecek tamu itu. Tapi, bagaimana kalau sampai tembus? Mana sekarang ia pakai celana putih. Hiks.

"Kenapa?"

"En-engga apa-apa kok Pak" ucap Naira sambil nyengir. Ya kali ia bilang pada Bos kalo tamu bulannya sedang datang. Bisa malu tujuh turunan.

"Ngga usah bicara formal. Jam kerja sudah berakhir"

Yeee, bilangnya ngga usah bicara formal, tapi dia sendiri sedang bicara formal. Tak tau lah. Naira sudah capek menghadapi Bian.

"Ayo pulang"

"Eh eh, bentar Pak, jangan pulang dulu" mati-mati. Bagaimana ini Tuhan? Mana baju yang dipakainya tidak sampai menutupi pantat. Hiks.

"Kenapa lagi?"

"Tamusayakayaknyadatengpak" ucap Naira cepat sambil menunduk. Duh, baru juga ketemu, kenapa malu-maluin begini sih.

"Hah? Gimana-gimana?"

"Tamu bulanan saya Pak kayaknya sekarang dateng" bisik Naira tepat di telinga Bian. Ia tidak mau sampai orang lain mendengar percakapan memalukan ini.

"Oh, terus?"

"Kok terus sih Pak? Ya bapak pinjemin jas kek buat nutupin celana saya. Kan saya malu Pak"

"Enak aja. Jas saya mahal ya. Emang kamu sanggup ganti jas yang seharga gaji kamu setahun?"

Heh? Apa? Jas seharga gaji setahun? Gila. Pantas saja begitu indah dengan kain perak mengkilap yang menghias bagian kerah. Loh loh, kok jadi bahas jas?

"Perhitungan banget sih. Perasaan dulu bakal ngelakuin apapun buat..."

"Ooh sudah mengenali saya ternyata. Ok ok, saya bakal jadi Bian yang ngelakuin apapun buat kamu"

Eh? Kok gitu? Maksud Naira tadi kan... Heeeeh. Ia hampir mengumpat saat merasakan sebuah jas yang dilemparkan tepat di depan wajahnya. Kurang ajar memang.

"Saya tunggu di mobil"

"Ish, jadi cowok ngga ada manis-manisnya. Pengen gue sleding tapi doi sekarang bos gue, hiks" Naira mengumpat kesal sambil menautkan lengan jas milik Bian ke pinggulnya.

"Cepet, doimu ini ngga suka nunggu" ucap Bian yang kemudian pergi begitu saja. Sombong sekali pria itu.

"Iya iya Pak, sabar dong. Heran sensi mulu. Gue yang mens, eh dia yang PMS"

"NAIRA CEPET"

Allahu, pengen ku ruqyah titisan jin ifrid satu itu. Terbuat dari apa sih dia, pasti campuran tanah dan tai. Sabar Nai, Bian yang sekarang sudah keluar wujud aslinya.

Karena tidak ingin mendapat amukan lagi dari Bian, Naira pun segera menuju parkiran. Ia mengernyitkan dahi bingung melihat pria itu yang duduk di kursi supir. Akhirnya peka juga, harusnya kan memang pria yang menyetir.

"Seatbelt jangan lupa. Cek juga, jangan sampe darah kotor kamu kena mobil mahal saya"

"Inggih Ndoro" ucap Naira malas.

Hening. Lagi-lagi perjalanan kali ini sepi. Tidak ada yang berani memulai percakapan. Hadeh boro-boro ngomong, liat wajah Bian yang tidak bersahabat aja sudah membuatnya ciut.

"Pak, mampir ke minimarket ya. Saya mau beli sesuatu"

"Hm"

Naira menghembuskan nafas pasrah. Jika bukan karena urgent, ia ogah bicara dengan pria itu. Tapi kan setelah ini ia masih ada kerjaan di kantor, tidak mungkin ia tidak memakai pembalut sampai pulang kerja. Bisa banjir nanti kantor Bian.

Bian memarkirkan mobilnya tepat di depan minimarket. Duh, untung saja pria itu berbaik hati mau menuruti kemauannya. Naira pun langsung melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil.

"Eh Pak, kok ikut turun"

"Memangnya minimarket itu punya bapakmu? Cih" ucap Bian datar kemudian meninggalkan Naira yang masih cengo.

Sabar Nai, orang sabar jodohnya besok dateng. Amiiin.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status