~ZOMBIEING~ "Bian tuh zombie" ucap Naira bersungut-sungut. Pikirannya melambung membayangkan pertemuan tak mengenakkan dengan iblis itu. "Hah? Maksud lo?" "Uda mati terus bangkit lagi" "Mati suri gitu?" Naira memutar bola matanya malas, kemudian menghembuskan nafas keras. Berbicara dengan Silla memang membutuhkan tenaga ekstra. Sabar-sabar. "Dia uda mati, ilang di telan bumi. Eh tiba-tiba hidup, muncul, dan ngeracau di dunia gue. Sama kayak zombie ngga sih" "Oooh. Emang dia bawa virus? Kok lo namain zombie" "Iyalah. Virus merah jambu. Kan berabe kalo gue terjerat pesonanya lagi" "Ciee, bilang aja belum move on" Silla tertawa geli sambil menyolek gemas dagu sahabat baiknya. Ia langsung menghempaskan tangan Silla dengan kasar. Bukannya Naira belum move on, tapi ia tidak yakin hatinya akan kuat jika terus-terusan bertemu dengan dia. Kalian ingatkan pepatah yang mengatakan bahwa cinta pertama tidak akan pernah pudar? Nah kegalauan itu yang sekarang menyelimuti otaknya. Pepatah dari mana itu? Sepertinya hanya tertera di kamus hidup Naira. Hiks. IG: nadiinath
View More"Nai, kamu mau kan jadi pacarku?"
Sorak ramai langsung terdengar begitu sosok pria gagah berkacamata bertekuk lutut di hadapan seorang gadis. Dia membawa setangkai bunga mawar yang entah di dapat darimana.
Karena malu, gadis bernama Naira itu hanya mengangguk kemudian menerima bunga indah itu. Hatinya sungguh berdebar saat pria itu memeluknya secara tiba-tiba.
Tanggal 10 Oktober adalah hari paling membahagiakan bagi Naira. Bagaimana tidak, setelah penantian beberapa bulan, akhirnya sang pujaan hati menembak dirinya.
Ditambah lagi acara penembakan ini sangatlah romantis. Pria yang kini tengah tersenyum manis ke arahnya itu terlihat semakin tampan setelah berhasil mencuri kecupan di keningnya.
"Cieeee, uda sold out nih prince charming kita satu ini. Pj dong, iya ngga guys?"
"Pj pj pj pj"
"Ok, istirahat nanti gue traktir makan baksonya mbak Mia"
Sorakan pun semakin ramai karena ucapan pria itu yang mengatakan akan memberikan pajak jadian. Naira sendiri hanya pasrah saat teman-temannya menarik tangannya ke luar kelas.
Ia tak habis pikir dengan mereka. Padahal ia hanya pacaran, tapi kenapa sampai di arak begini? Sudah seperti pasangan yang terciduk berbuat mesum saja.
Naira menutup wajahnya dengan kedua tangan. Seruan para temannya yang menggoda dirinya, membuat Naira sangat malu. Ia hanya berdoa, tidak ada guru yang lewat dan memarahi kerusuhan pagi ini.
"Cie cie uda jadian nih yeee"
"Akhirnya prince kita gas juga"
"Duh, patah hati tingkat internasional ini mah. Hiks"
Naira sampai menundukkan kepala mendengar suara samar-samar itu. Apa sih manfaatnya ia diarak begini? Kan jadi malu. Dan lagi, kenapa sang pacar malah terlihat sangat bahagia? Menyebalkan.
Sebentar? Pacar? Kok wajah Naira jadi panas begini.
"Jangan nunduk, biarin semua orang tau kalo kamu uda jadi milikku"
Blus
Kini tak hanya wajahnya yang panas, bahkan telinga juga ikut kepanasan mendengar bisikan itu. Duh, bisa tidak sih pria itu tidak menggodanya saat sedang di arak begini.
Bukannya apa-apa, kelakuannya itu semakin membuat Naira malu. Dan lagi, kapan acara arak-arakan ini berakhir?
Melihat anak-anak yang masih heboh, membuat Naira menghembuskan nafas pelan. Sepertinya kealayan ini tidak akan berakhir dengan cepat. Secara, pria yang kini berada di sampingnya ini adalah prince charming di sekolah Juang Negara.
Iya benar. Namanya Bian, pria tampan yang entah kenapa kepincut dengan gadis biasa-biasa saja seperti dirinya. Tak hanya tampan, dia juga pintar dan mapan.
"Nai, janji ya kamu selalu setia sama aku?"
"Iya, kamu juga. Awas aja kalo tiba-tiba ngilang dan ninggalin aku" ucap Naira dengan nada mengancam.
Entah apa yang terjadi kemudian, tiba-tiba tanah bergetar hebat. Bangunan sekolah retak di banyak bagian. Semua orang pun berlarian mencari tempat untuk berlindung.
Begitu pun dengan Naira yang berusaha berlari menyusul Bian yang sudah jauh di depannya. Ia sudah meneriakkan nama pria itu dengan kencang, tapi apa? Dia tidak menoleh sama sekali.
Sedikit lagi, jaraknya dengan sang pacar hanya tinggal sejengkal. Tangannya hampir meraih lengan gagah pria itu dan....
"Aaaaaah"
Nafas Naira sampai tersenggal-senggal saat terbangun dari mimpi buruk itu. Ia langsung duduk dan mengambil minum yang sudah ia siapkan di nakas samping ranjangnya.
Kepalanya terasa berdenyut karena bangun secara tiba-tiba. Ditambah lagi dengan mimpi buruk yang berakhir tidak jelas. Ia tidak tau apa alasan dibalik mimpi itu.
Naira hanya berharap bahwa tidak akan terjadi apa-apa ke depannya. Ia ingin hidup tenang tanpa bayang-bayang pria bernama Bian.
Tapi entah kenapa perasaannya mengatakan bahwa ketenangan hidupnya tidak akan bertahan lama. Semoga saja saat waktu itu tiba, Naira sudah siap dan bisa membentengi hatinya.
Fabian Vero Dirgantara
Terkutuklah Anda.
*****
Kenapa harus bertemu jika hanya menebarkan garam di atas luka? Takdir sungguh kejam.~"Uda sah? Ha ha ha, halu banget tuh orang"Wajah Bian sontak berubah menjadi cemas. Pikirannya melambung, berusaha mengingat wajah Naira yang terlampau serius saat mengatakan hal itu.Tidak mungkin kan kalau dia sudah menikah. Buktinya status di CV gadis itu masih lajang. Iya benar, gara-gara penasaran, Bian sampai meminta data tersebut pada salah satu karyawan HRD.Yang pasti bukan Hilmi. Bisa gawat kalau pria itu mengadu pada Naira jika dirinya ini kepo dengan asistennya. Iya kalau dia hanya mengadu, kalau sampai menghajarnya bagaimana?Masalahnya, Bian belum tau status diantara mereka, jadi ia tidak boleh gegabah. Naira juga tidak mengatakan dengan siapa dia menjalin hubungan. Bisa jadi dengan Ganendra, Hilmi, atau bahkan dengan pria yang mengantarkan gadis itu ke kantor.Atau jangan-jangan dia madih berhubungan dengan pria sewaktu SMA itu?Ah entahlah, ia jadi pusing."Woy ngelamun aja. Mikirin
Jika tukang bangunan menghasilkan rumah dan gedung, maka tukang nyindir menghasilkan... Ada yang bisa jawab?~Bian meringis pelan saat menerima berkas yang diberikan oleh Tiur. Bagaimana bisa berkas penting ini ada padanya?"Kok ada di kamu?""Gimana pak?"Ia menghembuskan nafas pelan kemudian membuka berkas itu. Benar, ini berkas yang sama dengan yang ia lihat kemarin. Jadi, dimana Tiur menemukannya."Kenapa berkas ini ada di kamu?" Tanya Bian lagi dengan dahi mengernyit bingung."Kan bapak sendiri yang ngasih ke saya kemarin"Hah? Kapan? Kenapa Bian tidak ingat hal itu sama sekali? Sebentar-sebentar, sepertinya Bian mengingat sesuatu.Rasyid memberikan berkas itu tepat saat dirinya selesai meeting. Karena sibuk, ia tanpa sadar memberikan berkas itu pada... Tiur? Oh god, harusnya kan ia memberikan berkas itu pada Naira yang merupakan asistennya. Pantas saja gadis itu ngotot bahwa berkas penting ini tidak ada padanya. Duh, dasar Bian bodoh."Kenapa pak? Saya ngga boleh liat berkas i
Lebih enak mana, bos adalah mantanmu, atau mantan adalah bosmu? Serius nanya.~"Kamu gimana sih? Itu berkas penting Nai""Iya pak, saya juga tau. Tapi saya ngga ngerasa nerima berkas itu" ia sampai menekankan semua kata yang diucapkan.Baru 2 jam ia bekerja, Naira sudah mendapat amukan dari Bian. Berkas dari Rasyid mengenai gaji di hotel Nusa yang diterima langsung oleh Bian menghilang.Entah dimana pria itu menyimpan berkasnya, yang pasti Naira sama sekali tidak merasa menerima berkas itu. Boro-boro menerima, ia melihat saja tidak.Yang jadi masalah, kenapa Bian malah menyalahkannya? Ah pria itu memang suka melemparkan kasus yang ia buat sendiri. Menyebalkan."Meskipun kamu ngga nerima, tapi kan kamu yang beresin meja kerja saya. Jadi otomatis kamu harus bertanggung jawab karena berkas itu hilang"Mampus. Kenapa Naira tidak memikirkan kemungkinan itu? Bisa jadi berkas itu keselip dengan berkas lain. Sebaiknya ia segera mencari berkas itu sebelum mendapat amukan yang lebih parah. Bis
Aku memang sudah melatih tanganku untuk mengendalikan stik drum. Tapi hatimu, aku masih tidak paham bagaimana cara menjinakkannya.~ Tangan dan kaki Bian tidak bisa berhenti bergerak saat Bimo mulai menyanyikan sebuah lagu. Ia sendiri sedang memainkan drum dengan senyuman yang merekah di wajahnya.Sudah lama ia tidak memegang alat musik, apalagi ngeband seperti ini. Ya semoga saja bakatnya masih tersimpan. Jika tidak, bisa malu dirinya karena salah nada.Lagu jadilah legenda yang dinyanyikan oleh SID benar-benar membuat suasana menjadi syahdu. Lirik lagunya yang berisi ungkapan kebanggan untuk negara tercinta itu benar-benar membangkitkan semangat semua orang.Bimo yang kini menjadi vokalis, benar-benar bisa membangun suasana yang meriah. Semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, langsung mendekat ke arah panggung.Suaranya yang memang cukup besar dan dalam, terdengar sangat cocok dengan lagu yang ia bawakan. Semangat pria itu yang begitu membara semakin membuat p
Naira cantik, siapa yang punya? Tentu saja bapak ibunya, hiks.~Bian menaikkan satu alisnya saat melihat Naira yang menatapnya dengan mata penuh kebencian. Ia jadi bingung, apa salahnya sampai mendapat pelototan seperti itu.Ia disini kan hanya untuk menghadiri acara reuni. Karena ini adalah reuni SMP pertama yang ia ikuti, jadi Bian menjadikan taman hotel perusahaannya untuk lokasi pertemuan.Tak hanya penyedia tempat, ia juga sudah menyuruh para koki hotel untuk menyiapkan beberapa hidangan lezat. Bahkan ia juga memerintah beberapa karyawan untuk membuat panggung. Asal kalian tau, apapun akan Bian lakukan demi Naira. Ya meskipun gadis itu sudah menduakannya. Tapi ia ingin Naira melihat bahwa inilah Bian sekarang. Sudah sukses dengan harta kekayaan yang menggunung.Siapa tau kan gadis itu akan memutuskan pacarnya dan kembali pada Bian. Ia memang mengharapkan itu terjadi. Meskipun ia benci, tapi rasa cintanya lebih besar pada Naira."Ehm maaf, mas siapa ya?" T
Dimanakah tempat aman bagi Naira? Masuk kardus dan dipaketin ke gurun sahara, sampe tidak ya?~Naira menghembuskan nafas pasrah melihat Silla yang heboh membawa sesuatu dan meletakkannya di kamar kost. Niatnya yang ingin langsung tidur sepulang kerja ternyata hanya angan-angan.Selama dirinya masih berteman dengan Silla, itu tandanya hidup Naira tidak akan pernah tenang. Seperti sekarang ini, meskipun ia bilang tidak, pasti dia akan tetap menyeretnya untuk datang ke sebuah acara yang menurutnya tidak penting.Ya Reuni, salah satu hal yang paling dibenci Naira. Jika bukan karena temannya yang heboh meminta dirinya untuk ikut, ia tidak akan sudi datang ke acara itu.Bayangkan saja, siapa sih zaman sekarang yang masih mengadakan reuni SMP. Iya SMP, duh, ia saja hampir lupa dengan masa-masa SMPnya dulu.Setiap tahun reuni itu memang diadakan. Dan Naira yang kelewat malas, tidak pernah datang ke acara itu. Lagian tanpa reuni, mereka juga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments