Share

jawab pertanyaanku

3"Ilhammm..."

Kudapati tubuh ilham yang sedang terbaring lesu siatas karpet bermainnya dengan bertemankan beberapa mainan dan juga sebotol susu yang sengaja kutinggalkan, aku papah tubuh kecilnya keatas tempat tidur miliknya. Kupandanginya dengan penuh kebahagiaan karna memiliki anak setampan dirinya dan juga tidak rewel saat aku melakukan pekerjaan lainnya. Namun terkadang aku merasa iba saat ia kurang perhatian dari ayahnya yang sibuk sekali mencari rezeki halal.

Dengan badan yang rasanya hampir remuk setelah bekerja keras sedari pagi buta kubaringkan tubuh ini menemani tubuh mungil ilham dan menina bobokannya agar tidurnya lelap. Hingga tanpa tersadar kedua kelopak mataku semakin tertutup dan menghilangkan kesadaranku untuk menuju dunia mimpi

14.15 wib

Suara kebisingan lalu lalang banyak kendaraan membangunkanku dari tidur nyenyakku hingga aku sadari bahwa waktu cepat berlalu membuatku teringat tentang sesuatu wajib yang belum kukerjakan saat ini juga

" astaghfiruallah sudah jam berapa ini aku belum solat duhur"

Ilham yang masih terlelap tidur di pangkuan lenganku segera kupindahkan tubuhnya pada beberapa bantal empuk yang akan membuatnya nyaman segera aku cepat cepat menuju kamar mandi membersihkan diri secepat cepatnya agar tidak melewatkan waktu wajib, seusai tubuh ini kurasa bersih langsung saja kukenakan baju bersihku dan menuju musholla kecil rumah kami dan mengerjakan kewajiban yang diturunkan pada hambanya.

" alhamdulillah akhirnya selesai juga, mumpung ilham masih tidur aku sekalian nunggu adzan ashar deh"

Tubuhku masih tetap bersimpuh di atas sajadah suci yang terbentang. Di tengah tengah penantian adzan tiba tiba saja fikiranku berkecamuk tanpa sebab kembali aku mengingat kehidupan lamaku yang sangat kurindukan hingga saat ini namun kembali kusadari bahwa aku sekarang sudah menjadi seorang istri dan juga ibu bagaimana bisa aku akan merasakan hal itu lagi

Aku menarik nafas dalam dalam untuk tujuan menenangkan fikiran dan mulai kembali fokus pada masa kini

" allah maafkan hambamu ini yang sering berkeluh kesah dan kurang bersyukur untuk nikmat yang kau berikan"

Seketika adzan ashar berkumandang menjadikanku semakin tenang pada fikiranku yang berkecamuk.

Kujawabi satu persatu lantunan adzan tersebut hingga akhir iqamah dan berdiri untuk mengerjakan solat asar

" ya allah aku mohon hilangkan fikiran fikiran buruk tentang suamiku ya allah aku tidak mau berburuk prasangka padanya dan aku yakin bahwa dia adalah sosok imam yang setia dan aku mohon jagalah keluarga kecil kami dari hal buruk manapun ya allah aminn.."

Langsung aku berkemas dari tempat ibadahku dan menuju kamar ilham yang sudah terdengar suara kecil ilham yang sedang tertawa.

" ilham sudah bangun ya nak anak ibu bagus banget sii ganangis kalo bangun tidur"

Dengan mendaratkan ciuman dikening ilham rasanya aku memiliki harta yang paling berharga didunia

Kemudian aku memindahkan tubuh ilham ke ruang tamu dekat dengan dapur agar tetap bisa kujaga ilham dalam pandanganku, kali ini aku akan memasak makanan kesukaan mas irfan yaitu ayam bakar bumbu rujak sekarang jam masih menunjukan tepat di angka 16.00 masih ada waktu satu jam untuk mas irfan sampai dirumah.

17.30 semua masakan sudah tertata rapi diatas meja makan bundar, sekarang aku hanya perlu memandikan ilham dan memberinya susu

18.30 semua ruangan rumah tampak masih rapi dan bersih dan ilham kini telah berada di dalam gendonganku dengan sebotol susu yang menancap dimulut kecil ilham.

Tangisan ilham kini mulai menggema di ruang makan, ia menangis ntah apa yang ternyata Suhu badannya mulai naik sepertinya ilham demam tanpa berfikir panjang aku langsung menuju kotak P3K untuk mengambil sebotol sirup penurun panas.

Beberapa menit setelah ilham meneguk satu sendok sirup penurun panas perisa stoberi ia mulai terlelap dalam dekapan gendonganku, namun ketika hendak aku menidurkannya di dalam kamar ilham seperti menolak dan kembali merengek

" huhhhh cape semua badanku rasanya pegal sekali apalagi bahu kananku, mas irfan kemana ya ko masih belum pulang padahal udah jam 20.00"

Pertanyaan yang menggundahkan kepala akhirnya terjawab mobil mas irfan sudah memasuki garasi mobil di samping rumah.

Aku duduk diatas sofa dengan keadaan masih mengeloni ilham yang panas tubuhnya masih saat mas irfan sudah mendekat ke ruang tamu

" mas ko pulangnya lambat "

" sayang apa kau tidak mendengar tadi pagi perkataanku bahwa aku akan pulang lambat hari ini"

" iya mas aku lupa, ayo kita makan aku udah siapin makanan kesukaan kamu"

" darimana kamu mendapatkan semua makanan ini bukankah semalam kamu mengeluh tentang keuangan"

" aku membelinya dengan uang hasil penjualan kueku"

" hah apa kau tidak punya malu?"

" a apa maksudmu mas"

" kita adalah keluarga yang tidak berstatus kekurangan lalu kenapa kamu malah seperti merendahkan keluarga kita dengan berjualan kue di warung, jika direstoran mungkin akan lebih berkelas"

Beberapa kali hatiku terasa seperti tertusuk duri mendengar ucapan mas irfan yang sangat pahit untuk ditelan

" jadi apakah mas irfan tidak memperbolehkanku untuk menjual kue lagi?"

" tentu saja tidak mau ditaro dimana wajah seorang irfan firmansyah yang terhormat menantu dari seorang pengusaha ternama dikota ini"

" tapi apa salahnya mas kita bisa menabungnya untuk keperluan ilham atau hari tua kita nanti"

" ah apapun itu aku tidak mengizinkanmu untuk menjual kue kue busuk itu lagi titik"

Aku tidak akan bisa meneruskan perdebatan ini lebih baik aku mengalah saja dan menggunakan uang di celenganku untuk memenuhi kebutuhan ilham di hari esok sebelum mas irfan gajian

" iya mas ayo kita makan terlebih dahulu"

" ah udahla udah gaselera makan udah kenyang debat sama kamu!"

Mas irfan berlalu pergi kedalam kamar meninggalkan aku dan makanan yang sudah aku siapkan untuknya"

Tetesan air mata tak bisa kuredam lagi. Tetes demi tetes air mata membasahi pipi, ntah apa yang membuat mas irfan berubah drastis sejak kelahiran ilham tak mungkin aku mencurigainya sedang main gelap dibelakangku tapi jika itu benar apa yang akan kulakukan?

Aku beranjak dari sofa yang kujadikan tempat beristirahat untuk memakan makanan yang sudah aku masak.

Ditengah kesunyian hanya terdengar suara gesekan sendok dan piring yang kukenakan suara mas irfan kembali terdengar mendekati tubuh ini.

" halo pah, papa masih disana kan ini papa dengerin sendiri ya. Ini istriku sayang yang cantik ada titipan uang dari ayahmu"

" halo nak?"

" i iya ayah"

Aku sekuat tenaga menyembunyikan sesegukan dari sisa tangisanku dari ayah agar ayah tidak khawatir padaku apalagi ia sedang tidak baik baik saja.

" ayah titip uang sama suami kamu tadi itu insya allah cukup buat sebulan kok nak papa harap sisa uangnya ditabung ya kamu harus membiasakan menabung dari sekarang okey"

Dulunya aku bisa berbelanja sepuas hati dengan uang ayah sekarang aku harus menahan semua hasrat demi suamiku demi perasaan suami tidak terluka dan bahkan aku tak mau mengeluh untuk jumlah uang yang ia suguhkan padaku

" oh iya ayah tentu saja cukup"

Melihat dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu aku heran kenapa ayah berkata uang ini cukup sebulan apakah ia bercanda tapi aku tanyakan langsung saja pada mas irfan setelah ini

" berapa titipan uang ayah yang kamu terima dari suamimu?

Mas irfan sontak menjauhkan ponselnya dariku dan berpura pura seolah sedang terjadi kendala jaringan

" ha halo ayah aku tak mendengar perkataanmu mungkin jaringan disini bermasalah atau pulsaku sudah habis halo halooo"

Mas irfan langsung mematikan ponsel dan berlalu pergi dari pandanganku namun aku tak mau membiarkannya pergi tanpa menjawab pertanyaanku

" mas aku ingin kamu menjawab pertanyaanku"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status