Share

jangan cintai AKU lagi
jangan cintai AKU lagi
Author: Pinjolcan

serba salah

" apa yang kau kerjakan sepanjang hari win! Mengapa rumah kau biarkan seperti kapal pecah dan apakah sepanjang hari kau hanya tidur? Apa kau lupa bahwa kamu sudah punya batita kenapa dia masih sangat bau apa kau belum memandikannya seharian?"

tanya lelaki yang sudah sah menjadi suamiku dua tahun yang lalu

" ma- maaf mas aku bukan bermaksud untuk tidak merapikan rumah tadi sore aku juga sudah merapikannya tapi anak kita sudah mulai aktif mengacak acak isi rumah dan sebagian barang juga ia mainkan dan soal anak kita mungkin popoknya sudah terisi penuh. Aku akan mengganti nya sekarang"

ucapku gemetar karna memang aku sangat takut dengan menghadapi nada tinggi dari suamiku itu

" halah minta maaf aja kerjanya setiap hari kamu itu memang gapernah becus andai aja dulu aku gakasian sama orang tua aku! Gamungkin aku dapet istri yang ga bisa apa apa kaya kamu udah penampilan kaya pembantu kerjaan pembantu aja gabecus diurus!" Timpal suamiku yang lontaran katanya semakin membuat hatiku tercabik cabik. Sudah beberapa bulan terahir semenjak aku hamil anak pertama sikapnya agak berubah tapi aku tidak mau berprasangka buruk karna bisa jadi ia terlalu kelelahan bekerja seharian penuh untuk mencukupi hidup kami Mas irfan berlalu pergi meninggalkan kamar anakku untuk membersihkan diri setelah pulang dari kantornya, aku yang sudah tinggal berdua dengan anak lelakiku yang baru genap berumur satu tahun akan mengganti popoknya yang sudah menebarkan bau tak sedap

" ningnang ningnung ningnang ningnung anak siapa inii tampan sekali" Gelak tawa kecil anakku menenangkan kegelisahanku atas perdebatan kecil tadi. Aku segera membersihkan tubuh anakku dan menggantikan popoknya yang sudah penuh, namun ada suatu hal yang baru kusadari

" ah stok popok ilham sudah habis, aku harus segera membelinya sekarang agar besok aku tidak bingung untuk membelinya pagi pagi buta"

Kurogoh saku kanan daster merah bataku yang sedang kugunakan untuk mengecek berapa sisa pecahan nominal yang tertera diatas uang kertas itu

" yah udah tinggal 12 ribu, popok eceran satu aja harganya 4000 sementara sehari ilham bisa berganti popok hingga lima kali. Apa aku minta uang ke mas irfan aja ya kali aja ia punya sedikit rezeki hari ini"

Begitulah gerutu dalam hatiku, setelah mengganti pakaian ilham dan juga memberinya susu selang beberapa menit saja ia sudah lelap dalam tidur malamnya meskipun aku tau ia sering terbangun di malam hari membangunkanku dengan kondisi sangat lelah tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri dan juga ibu aku harus bisa membagi waktu.

* dikamar*

Pintu kamar mandi perlahan mulai terbuka. Mas irfan dengan baju tidurnya mulai menuju ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya, aku yang masih memiliki tujuan ke warung berniat meminta beberapa uang receh yang mas irfan punya untuk membeli popok ilham yang sudah habis

" mas aku izin pergi ke warung depan untuk membeli popok ilham yang sudah habis"

" oh iya pergilah aku akan tidur"

Aku masih diam tak berkutik meskipun kalimat perintah sudah terucap dari mulut mas irfan aku menunggu mas irfan menanyakan apakah aku memiliki uang untuk membelinya namun mas irfan sepertinya tidak akan menanyakan hal itu karna kedua tangannya telah memapah selembar selimut untuk menutupi tubuhnya

" mas aku butuh uang untuk belanja ke warung bolehkah aku mengambilnya di dalam dompetmu?"

aku yang masih sedikit takut dengan gertakan mas irfan tadi harus memberanikan diri untuk mendapat uang untuk keperluan anakku, namun sepertinya tanggapan mas irfan berbeda padaku Tubuhnya mulai bangun menyingkap selimut yang tadinya menutupi tubuhnya, ia menatapku dengan mata terbuka lebar dan menghela nafas bak akan menyantapku mentah- mentah

" apa yang kau katakan win! Kemana uang yang kuberikan padamu beberapa hari lalu apa kamu menghabiskannya untuk keperluanmu sendiri! Apa kamu berusaha mencuri uangku benarkah itu win?"

Dengan perasaan yang sama berkecamuk dengan isi kepala ingin Aku menjawab semua tuduhannya aku ingin mengatakan bahwa uang itu telah sepenuhnya habis dengan kebutuhan anaknya dan juga dapur. Aku terdiam dihadapan mas irfan yang sudah dikuasai emosinya, namun sepertinya sudah saatnya aku memberanikan diri untuk berkata sejujurnya pada suamiku sendiri

" ma- maaf mas bukannya aku lancang menjawab kemarahanmu aku tidak bermaksud begitu tapi uang yang kamu berikan sudah habis 2 hari yang lalu dan untuk mengisi isi dapur dan juga keperluan ilham aku menitipkan kue pada warung depan untuk dijual"

" hah apa? Dasar boros sekali kamu aku susah susah banting tulang berangkat pagi pulang malam dan itupun kadang harus lembur karna ayahmu memintaku untuk bekerja ekstra dalam proyeknya"

" iya mas aku tau uang sejuta di tanggal muda yang kamu berikan itu sepenuhnya kugunakan untuk keperluan dapur dan anak kita ilham kok mas aku tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadiku demi allah"

Sengaja aku mengucapkan sumpah agar mas ilham semakin percaya pada perkataan ku yang memang benar-benar aku tak melakukan semua tuduhannya

" halah ngeles aja terus pokoknya aku gamau ngeluarin sepeser uangpun sampai gaji bulan depan tiba aku gamau kamu jadi makin boros dan lagipun sisa gajiku semuanya sudah kutabung di dalam bank untuk keperluan anak kita nanti. Sekarang itu urusan kamu mau dapat uang dari mana sesekali kerja jangan cuma tidur aja dirumah apalagi ga ngapa- ngapain seperti hari ini"

" baiklah mas aku akan pergi ke warung depan sebentar mas kalo mau makan akan kuhangatkan lagi kuah supnya mas, tadi mas belum sempat makan kan sepulang dari kerja"

Aku berusaha mengalihkan pembicaraan bagaimana aku bisa membuat priaku marah padaku, dan itupun karna kesalahanku tidak bisa mengatur keuangan dengan tepat hingga terjadi kekacauan dan masalah seperti ini

" ah sudahlah sup itu palingan cuma sup sayur doang gaada ayam atau daging lainnya, males makan dirumah makanannya itu itu aja"

Seketika hatiku hancur bagaikan tertusuk anak panah yang paling runcing aku memikirkan bagaimana aku dapat membeli ayam yang harganya hampir lima puluh ribu sekilo, aku belum pandai mengatur keuangan lebih baik aku mulai belajar mengatur keuangan besok saja. Sekarang aku akan berangkat ke warung agar tidak terlalu malam Ku langkahkan kakiku yang lumayan sakit karna jatuh saat membersikan kamar mandi siang tadi kususuri jalanan kota yang masih ramai dengan lampu lampu kendaraan yang masih banyak lalu lalang di depan rumah kami, hanya butuh tiga menit sekujur tubuhku telah berada tepat di lokasi warung tersebut

" pak popok yang biasa buat ilham 2 ya pak"

sembari menyodorkan uang delapan ribu yang kurogohkan dari saku dasterku

" eh mbak windi bentar mbak saya ambilkan dulu"

Dua bungkus popok eceran sudah berada tepat di hadapanku langsung saja aku bergegas pergi sembari pamit dan mengucapkan terima kasih. Sementara itu "

mbak mbak windi ini uang kue semalem mbak...loh mbak windinya kemana cepat amat ngilangnya padahal udah kusiapin uangnya dari tadi pagi sudahlah besok pasti mbak windi kesini lagi untuk belanja sayuran seperti biasa"

Penggilan seorang bapak yang memiliki usia kepala 5 itu ternyata windi tak mendengarnya Kaki windi telah melangkah kembali pada rumah kecil namun tidak terlihat sederhana karna windi sejatinya adalah anak dari pengusaha ternama dikota itu namun sejak menikah dengan mas ilham windi harus hidup seperti keinginan mas irfan dan juga hasil jerih payah dari irfan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status