Share

Club Malam

Author: NomNom69
last update Last Updated: 2025-10-08 12:16:59

Setelah lama mereka berbincang, suasana mulai terasa tenang. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Ajeng melirik ke arah jam itu, lalu menghela napas kecil.

“Luk… aku pamit dulu, ya. Soalnya malam ini aku masuk kerja,” katanya sambil merapikan tas kecilnya.

Luki langsung menatapnya. “Sekarang? Malem banget, Mbak.”

Ajeng tersenyum lembut, berusaha menenangkan. “Iya, shift-ku emang malam. Udah biasa kok.”

Luki sempat ingin menahan, tapi ia tahu tak bisa memaksa. “Ya udah deh, kalau gitu… hati-hati di jalan, Mbak. Jangan pulang terlalu larut, ya.”

Ajeng mengangguk, menatap Luki dengan sorot mata hangat. “Iya, Luk. Makasih udah dengerin aku malam ini.”

“Serius, Mbak,” kata Luki lagi dengan nada tulus. “Jaga diri baik-baik, ya. Dan… jaga hati juga.”

Ajeng sempat terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Heh… jaga hati, ya?” katanya pelan, seperti menahan sesuatu di dadanya. “Iya, Luk. Aku janji.”

Setelah itu, Ajeng berjalan pelan ke luar rumah. Dari balik jendela, Luki m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Gladys x Pingsan

    Malam pun tiba, suasana kota mulai tenang dan lampu-lampu jalan perlahan menyala. Luki melajukan mobilnya pelan menuju rumah Tante Sarah. Hatinya masih belum tenang sepenuhnya — bayangan wajah kesal Gladys di kantor tadi terus terlintas di kepalanya. Tapi janji tetap janji, dan Tante Sarah bukan orang yang mudah menerima alasan. Begitu sampai di depan rumah, Luki sempat menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tak lama kemudian, Tante Sarah muncul dengan senyum hangat di wajahnya. Rambutnya tergerai, dan malam itu ia mengenakan gaun santai berwarna krem yang membuatnya terlihat anggun tapi tetap menggoda. “Akhirnya datang juga,” ucap Tante Sarah lembut, senyumnya menenangkan tapi ada sedikit nada menuntut di baliknya. “Iya, Tante. Maaf agak telat, tadi rapatnya molor dikit,” jawab Luki sambil menunduk sopan. Tante Sarah hanya mengangguk dan mempersilakannya masuk. Meja makan sudah tertata rapi dengan hidangan yang masih hangat—ada sop ayam, ikan bakar, dan segelas jus jer

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Gladys x Tante Sarah

    Tiba di kantor, suasana pagi terasa canggung.Gladys masih diam sejak di mobil, pandangannya hanya tertuju ke layar komputer.Luki yang berdiri di depan pintu ruangannya pun menarik napas sebelum masuk.“Dys, hari ini jam sepuluh kita ada meeting sama klien,” katanya pelan.Gladys hanya menjawab singkat, “Hmm.”Suasana kembali hening, hanya terdengar bunyi kipas pendingin ruangan.Luki mencoba mencairkan suasana. “Kamu mau kopi atau teh?”Gladys masih menatap layar. “Kopi. Yang pahit.”Luki mengerutkan dahi. “Tumben kopi pahit?”“Biar sesuai sama mood aku,” jawab Gladys datar.Luki hanya mengangguk, memilih tak menimpali.Ia keluar dari ruangan, menuju pantry untuk membuat kopi hitam tanpa gula.Beberapa menit kemudian, ia kembali.“Ini kopinya,” ucapnya singkat, meletakkan cangkir di meja.Gladys mengambilnya tanpa bicara, lalu meneguk satu kali.“Paittt banget!” keluhnya spontan, menatap Luki tajam.Luki menatap bingung. “Kan kamu yang minta kopi pahit.”Gladys mendengus. “Dasar kam

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Pagi yang Manis

    Tante Sarah menarik Luki kembali ke sofa. Dengan cepat, ia membalik posisi, membuat dirinya berada di atas Luki. Lengan Sarah mencekik leher Luki, mengunci ciuman mereka. Sarah menyingkap daster satinnya dan mengambil alih kendali penuh. Posisi penuh kuasa itu membuat Luki tak bisa berbuat banyak selain menikmati. Luki hanya bisa mencengkeram pinggul Sarah. Tarikan napas Luki tercekik, sangat pendek dan tajam karena terkejut. "Masih pagi udah senafsu ini, Tan!" Desisan Raka teredam di bahu Sarah. Sarah tidak peduli dengan protes itu. Ia menentukan ritme dengan gerakan pinggul yang kuat. Ia membungkuk, menggigit kecil telinga Luki, sambil terus bergerak. Desahan Sarah memanjang, cepat, dan semakin liar. Ia berusaha bicara, tetapi yang keluar hanyalah gumaman yang terpotong-potong. "Mmm... Ah... ya... cepat!" Gumaman itu adalah sisa dari kontrolnya yang runtuh. "Terus Sayang! Aaaahhh.. Y-yaaa.. Begitu..." perintah Sarah, suaranya parau. Desahan Sarah mencapai klimaks. Ia melengk

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah    Pagi x Tante Sarah

    Masih dengan mata setengah terbuka, Luki menatap layar ponselnya yang terus bergetar. Nama Tante Sarah terpampang di sana. Ia sempat ragu untuk mengangkat, tapi akhirnya menyerah. “Halo, Tante…” suaranya serak, baru saja bangun tidur. “Luki, bisa ke rumah Tante pagi ini?” suara di seberang terdengar mendesak, bahkan sedikit gemetar. “Pagi ini, Tan? Sekarang jam lima… Kan aku harus berangkat kerja, pagi—” “Luki, tolong. Sekarang aja. Kamu izin aja berangkat siang. Tante butuh kamu,” potong Tante Sarah cepat. Nada bicaranya membuat Luki terdiam. Ada sesuatu yang terasa aneh, nada panik yang jarang sekali ia dengar dari tantenya itu. “Emangnya kenapa, Tan? Ada apa?” “Pokoknya kamu ke rumah dulu. Tolong banget.” Telepon langsung ditutup tanpa sempat Luki membalas. Ia menghela napas, lalu menatap jam di dinding. Masih terlalu pagi untuk drama seperti ini. Tapi nada suara tante barusan membuatnya gak enak hati. Akhirnya ia bangkit dari kasur, mencuci muka, lalu menyeduh kopi instan

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Emosi Rizal

    Luki duduk di sofa dengan tubuh agak bersandar, pandangannya sesekali mengarah ke pintu. Jam dinding menunjukan hampir pukul sepuluh malam. Suasana apartemen terasa tenang, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar pelan. Ia meneguk sisa kopi di cangkirnya, mencoba menenangkan diri sebelum percakapan penting itu dimulai. Beberapa menit kemudian terdengar ketukan di pintu. Luki segera bangkit dan membukanya. “Yo, masuk Zal.” Rizal melangkah masuk, menepuk bahu Luki. “Susah banget cari alamat lu, bro. Untung lu kirim share loc.” “Hehe, ya maklum, baru pindah sini juga,” jawab Luki sambil tersenyum tipis. Ia segera menyiapkan dua cangkir kopi panas dan mengajaknya duduk di ruang tamu. Rizal menatap Luki dengan penasaran. “Jadi, apa sih yang penting banget sampe ngajak gue kesini malem-malem gini?” Luki menarik napas dalam, lalu meletakkan ponselnya di meja. “Ini soal Annisa, Zal.” Mendengar nama itu, ekspresi Rizal langsung berubah serius. “Kenapa? Jangan bilang ada

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Tentang Bowo x Kumpul

    Luki duduk di sofa ruang tengah dengan segelas kopi hitam di tangan. Asap tipis naik perlahan dari cangkir, menebarkan aroma hangat yang bercampur dengan bau lembut parfum ruangan. Malam terasa tenang, hanya terdengar suara jam dinding berdetak pelan. Tak lama, Tante Sarah keluar dari kamar mandi dengan rambut masih setengah basah. Ia mengenakan baju santai berwarna lembut, lalu berjalan menghampiri Luki dan duduk di sampingnya. Tubuhnya bersandar manja di bahu Luki, sambil memainkan jari ke lengan Luki. “Merokok sekarang kamu ya,” ucapnya pelan sambil tersenyum. Luki menoleh sekilas, lalu hanya membalas dengan senyum tipis. “Iya, Tante. Ya gak sering juga sih.” Mereka terdiam sejenak, menikmati suasana hening itu. Hingga akhirnya Tante Sarah membuka pembicaraan. “Oh iya, kamu penasaran soal Mas Bowo, kan?” katanya tiba-tiba. Luki menatapnya, sedikit terkejut. “Iya, Tante. Aku cuma penasaran aja, soalnya namanya pernah disebut sama Om Albert.” Tante Sarah mengangguk pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status